Kamis, 01 Desember 2016

Metode Takhrij

Tidak ada komentar:

Untuk mengetahui kejelasan hadis beserta sumber-sumbernya, ada beberapa metode takhrij yang dapat dipergunakan oleh mereka yang akan menelusurinya. Metode-metode takhrij ini diupayakan oleh para ulama dengan maksud untuk mempermudah mencari hadis-hadis rasul.Para ulama telah banyak mengkodifikasikan hadis-hadis dengan mengaturnya dengan susunan berbeda satu dengan yang lainnya, sekalipun semuanya menyebutkan ahli hadis yang meriwayatkannya.Perbedaan cara-cara mengumpulkan inilah yang akhirnya menimbulkan Ilmu Takhrij. Sesuai dengan cara Ulama mengumpulkan hadis-hadis, dapatlah kita katakan bahwa metode-metode takhri>j al-hadi>s\ disimpulkan dalam lima macam metode :
1.      Takhri>j Melalui Lafal Pertama Matan H}adi>s|
Sebagian menganggap bahwa metode ini adalah cara termudah dalam mencari h}adi>s|. Metode ini digunakan berdasarkan lafal pertama dari matan h}adi>s|. Di samping itu, metode ini juga mengkodifikasinkan h}adi>s|-h}adi>s| lafal pertamanya sesuai dengan urutan huruf hijaiyah.
Adapun kitab-kitab yang disusun berdasarkan huruf hijaiyah sebagai berikut:
a.       Kitab Al-Ja>mi’ al-S{agi>r fi> Ah{a>di>s\ al-Basyi>r al-Naz\i>r
Kitab ini dikarang oleh al-H}afi>z} Jala>l al-Di>n Abu>> al-Fad}l ‘‘Abd al-Rah}ma>n bin Abi> Bakr Muh}ammad al-Khud}airi> al-Suyu>t}i> al-Syafi>’i atau lebih dikenal dengan Imam al-Suyu>t}i. Dalam mentakhri>j suatu h}adi>s|, dalam kitab ini diatur menurut urutan huruf hijayyah agar pencarian lebih mudah. Kemudian dengan lafal pertama (awal) dari matan h}adi>s| dengan pasti.
Dalam kitab ini tidak menuliskan keterangan-keterangan h}adi>s| secara lengkap, tetapi disingkat lalu digunakan kode-kode tertentu: صح berarti صحيح, حberarti حسن,  ضberarti ضعيف .
Kemudian dalam penyusunan kitab ini, menulis nama-nama kitab terdapatnya h}adi>s|-h}adi>s| yang disusun. Kode-kode yang dipakai oleh penyusun kitab ini tercantum dalam muqaddimahnya, berikut keterangan maksud kode-kode tersebut, diantaranya:
1)      berarti Imam Bukha>ri>dalam S}ah}i>hnya
2)      berarti Imam Muslim dalam s}ah}i>hnya
3)      berarti H}adis| muttafaq ‘ilaih (Imam Bukha>ri> dan Muslim dalam kedua s}ah}i>hnya)
4)      berarti Imam Abu>> Da>wud dalam sunannya
5)      berarti Imam Turmuz\iy dalam sunannya
6)      berarti ImamNasa>‘i> dalam sunannya
7)      berarti Ibnu Ma>jah dalam sunannya
8)      ٤berarti H}adis| yang diriwayatkan oleh empat ulama h}adis| dalam sunan mereka (Abu>> Da>wud, Turmuz\i, Nasa>‘i dan Binu Ma>jah)
9)      ٣berarti diriwayatkan oleh Abu>> Da>wud, Turmuz\i dan Nasa>‘i
10)  ﺣﻢ berarti Imam Ah}mad dalam musnadnya.[1]
b.      Kitab Fath} al-Kabi>r fi> D{amm al-Ziya>dah li Ja>mi>’ al-S{agi>r 
Setelah Imam Suyu>t}i selesai menyusun kitab “al-Jami>’al-S}aghi>r” yang lain. Dalam kitab tersebut beliau menyatukan antara h}adi>s|-h}adi>s| perkata yang terdapat dalam kitab al-Ja>mi>’al-Kabi>r dengan h}adi>s|-h}adi>s| dari luar al-Ja>mi’al-Kabir. Keistimewaan yang dimiliki kitab al-Fath}u al-Kabi>r ini ialah mencakup h}adis|-h}adis| yang banyak sekali jumlahnya, karena ia merupakan perpaduan dari dua kitab. Sedangkan kekurangannya beliau dalam kumpulannya tdak menyebutkan hukum-hukum h}adis|, baik yang s}ah}i>h, h}asan dan yang Dha’if, padahal ini sangat penting sekali. [2]
Kegunaan metode kitab ini sama seperti yang digunakan oleh kitab al-Jami>’ al-S}aghi>r  yang lalu, hanya saja bila kita mendapatkan huruf  () ini berarti h}adis| tersebut berpindah dari ziyadah al-Jami’. Dalam kitab karya al-suyu>t}i memiliki keistimewaan dan memiliki kekurangan.
c.       Kitab Jam’u al-Jawa>mi’ atau al-Ja>mi’ al-Kabi>r
Kitab ini diklasifikasikan  dalam dua kelompok,[3] yakni h}adis| perkata (qauliy, h}adis| perbuatan (fi’liy) diklasifikasikan dalam tempatnya tersendiri. Sistematik yang digunakan dalam penyusunan h}adis|-h}adis| perkata sebagai halnya urutan huruf-huruf  hijaiyah yang terdapat pada huruf pertama dan seterusnya dari matan h}adis|. Adapun h}adis| perbuatan disusun menurut nama-nama sahabat. Penyusunan menuliskan nama setiap sahabat sebelum h}adis|-h}adis| yang diriwayatkan oleh masing-masing mereka, baik berupa perbuatan Rasul yang dilihatnya atau perbuatan sendiri.
Selain kitab diatas, masih ada kitab yang disusun berdasarkan metode pertama (lafal awal) diantaranya:
a)      Kitab al-Ja>mi’ al-Azha>r min al-H{adi>s\ al-Nabawi> al-Anwa>r karangan al-Ha>fiz} Abd al-Ra‘uf bin Taj al-Di>n ‘Ali> bin al-H{adda>di> al-Mana>wi> al-Qaha>ri> al-Syafi>’i.
b)      Kitab hidayah al-Bary ila> Tartib ‘Ahdits al- Bukhary, karya as-Sayyid ‘Abdur-Rahman bin ‘Anbar ath-Thahthawy
c)      Kitab Kunu>z al-Haqo’iq Fi> H}adi>s| Khair al-Khala’il, karya ‘Abdu ar-Rauf al-Manawi
d)      Kitab al-Maqa>s}id al-H}asanah Fi> Baya>n Kas|ir min al-Ah}a>dis| al-Musytahirah ‘ala al-Alsinah, karya al-H{a>fiz} Syamsuddin Abu> al-Khair Muh}ammad bin ‘Abdu al-Rahman al-Sakhowy. wafat pada tahun 905 H.
e)      Kitab Tamyiz al-Thayyib Min al-Khabits Fi> Ma> Yadu>ru ‘Ala Alsinati an-Na>s min al-H}adi>s|, karya Imam ‘Abdu al-Rahman bin Ali terkenal dengan Binu al-Diiba’, murid al-H}afiz} al-Sakhowi.
f)       Kitab Kasyf al-Kahafa wa Muziil al-Ilbas Amma Asytahara min al-H}adis| Ala Alsinahan-Naas, karya Syeikh Isma’il bin Muh}ammad bin ‘Abdu al-Hady al-Jiraahy Al’ajluny ad-Dimasyqy, wafat pada tahun 1162.
2.      Takhri>j Melalui Kata-kata Dalam Matan H}adi>s|
Metode ini bergantung kepada kata-kata yang terdapat dalam matan h}adi>s|, baik itu berupa isim (nama benda) atau fi‘il (kata kerja). Dalam penyusunan kitab ini menitikberatkan peletakan h}adi>s| menurut lafal-lafal yang asing. Semakin asing (gharib) suatu kata, maka pencarian h}adi>s| akan semakin mudah dan efisien. Di samping itu kitab ini mempunyai keistimewaan dan kekurangan[4].
Di antara keistimewaan metode ini ialah : 1) Metode ini mempercepat pencarian h}adi>s|-h}adi>s|; 2) Para penyusun kitab-kitab takhri>j dengan metode ini membatasi h}adi>s|-h}adi>s| dalam beberapa kitab-kitab induk dengan menyebutkan nama kitab, juz, bab dan halaman; 3) Memungkinkan pencarian h}adi>s| melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan h}adi>s|. Sedangkan di antara kekurangan metode ini ialah: 1) Keharusan memiliki kemampuan bahasa arab beserta perangkat ilmu-ilmunya yang memadai. Karena metode ini menuntut untuk mengembalikan setiap kata-kata kuncinya kepada kata dasarnya; 2) Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat untuk mengetahui nama sahabat yang menerima h}adi>s| dari Nabi saw.; 3) Terkadang suatu h}adi>s| tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata yang lain.
Pada kitab ini dalam metode takhri>j melalui kata-kata yang terdapat dalam Matan h}adi>s| adalah kitab Mu’jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s al-Nabawi> oleh A. J. Wensinck. Kitab Mu’jam ini merupakan kumpulan h}adi>s|-h}adi>s| yang terdapat dalam Sembilan kitab induk h}adi>s|: a) S}ah}i>h al-Bukha>ri>y; b) S}ah}i>h Muslim; c) Sunan Turmudz|iy; d) Sunan Abu>> Da>wud; e) Sunan Nasa>’i>; f) Sunan Ibnu Ma>jah; g) Sunan al-Da>rimiy>; h) Muwaththa’ Ma>lik; i) Musnad Imam Ah}mad.
Dalam mentakhri>j suatu h}adi>s| dengan metode ini, maka langkah pertamanya adalah menentukan kata kuncinya. Artinya kata tersebut adalah sebagai alat untuk mencari h}adi>s|. Setelah itu kembalikan pada kata tersebut kepada bentuk dasarnya.kemudian mencari dalam kitab mu’jam menurut urutannya dalam huruf hijaiyah. Langkah selanjutnya mencari bentuk kata sebagaimana yang terdapat dalam kata kunci tersebut untuk menemukan h}adi>s| yang di maksud. Kode-kode kitab terdapatnya h}adi>s| tersebut tercantum disamping setiap h}adi>s|. Demikian pula halnya dengan tempat h}adi>s| tersebut dalam kitabnya. Kode-kode tersebut bukan hanya sekedar memperkenalkan kitab sumber h}adi>s|, tetapi bermaksud menganjurkan untuk menilai setiap h}adi>s|nya. Berikut kode-kode yang digunakan untuk keterangan tempat h}adis},yaitu:
1)      berarti s}ah}i>h al-Bukha>riy dengan mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
2)      berarti sunan Abu> Da>wud dengan mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
3)      berarti sunan Turmuz|iy dengan mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
4)      berarti sunan al-Nasa>’iy dengan mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
5)      ﺟﮫ berarti sunan Ibnu Ma>jah dengan mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
6)      ﺪﻯ berarti sunan Da>rimiy dengan mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
7)      berarti s}ahi>}h Muslim dengan mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
8)      berarti Muwaththa’ Malik dengan mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
9)      ﺣﻢ berarti musnad Imam Ah}mad dengan mencantumakan nomor juz dan halaman terhadap h}adi>s|.[5]
3.      Metode Takhri>j Melalui Periwayat Pertama H}adi>s|
Metode ini berdasarkan pada perawi pertama suatu h}adi>s|, baik perawi dari kalangan sahabat bila sanad h}adi>s|nya bersambung kepada Nabi (muttas}i>l), atau dari kalangan tabi‘in. Sebagai langkah pertama ialah mengenal lebih dahulu perawi pertamanya setiap h}adi>s| yang akan ditakhri>j melalui kitab-kitabnya. Langkah selanjutnya mencari nama perawi pertama tersebut dalam kitabnya, kemudian mencari h}adi>s|-h}adi>s| yang tertera dibawah nama perawi pertama.
Adapun kitab-kitab yang digunakan dalam metode takhri>j ini adalah:
a.       Tuh{fah al-Asyra>f bi Ma’rifah al-At}ra>f oleh al-Ha>fiz} al-Muh{aqqi>q Muh{addi>s\ al-Sya>m Jama>l al-Di>n Abu> al-Hajja>j Yu>suf ibn al-Zakki> ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Yu>suf al-Qad}a>’i al-Qalbi> al-Mizzi> al-Dimisyqi> al-Syafi>‘i> atau dikenal dengan Ima>m al-Mizzi>.
Dalam kitab ini terlebih dahulu mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan h}adi>s|. Maka dituntut untuk  mengetahui tabi‘in yang meriwayatkan darinya. Apabila nama tabi‘in tidak diketahui sebagai perawi diatas. Pada bagian tertentu pentahqiq kitab mencantumkan kan nama pertama dan nama akhir sahabat-sahabat yang terdapat padanya.
Dengan demikian secara pintas dapat mengetahui nama sahabat yang dicari pada bagiannya sendiri. Bila telah mengetahui nama sahabat yang bersangkutan, selanjutnya menelusuri h}adi>s|-h}adi>s|nya hingga sampai pada h}adi>s| yang dimaksud. Sahabat dari kalangan yang banyak meriwayatkan h}adi>s|, oleh penyusun nama-nama tabi‘in yang meriwayatkan darinya diurut berdasarkan huruf mu‘jam. Nama sahabat tersebut tentunya dicari menurut nama tabi‘innya berdasrkan huruf-hurufnya. Namun bila tidak mengetahui nama perawi dari sahabat, maka harus menelusuri h}adi>s| sahabat tersebut tanpa terlebih dahulu melihat murid-muridnya.
b.      Kitab Syawa>hir al-Mawa>ris fi ala Mawa>dhi> al-Hadi>s\ oleh Ima>m Alla>mah Abd al-Gha>ni bin Isma>’il al-Hana>fi>a al-Dimisyqi>. Yang lahir di damaskus 5 dzulhijjah tahun 1050 H, dan wafat pada tahun 1143 H[6]
Metode takhri>j pada kitab ini, langkah pertama yang harus diketahui ialah perawi h}adi>s|, kemudian meneliti apakah perawi tersebut seorang sahabat ataukah seorang tabi‘in atukah seorang yang mubham (tidak disebut namanya). Bila perawi tersebut seorang sahabat, maka ketahuilah namanya atau julukannya tersebut pada indek-indek kitab tersebut. Bila telah memukan identitas perawi tersebut, langkah selanjutnya ialah menelusuri h}adi>s|-h}adi>s| satu-persatu sambil memperhatikan peyusunan kitab, tidak mencantumkan  teks h}adi>s|, tetapi hanya sejumlah kata yang ringkas dan sekiranya menunjukkan maksud h}adi>s|. Kitab ini memiliki kelebihan dan kekurangan[7]
c.       Kitab-kitab Musnad seperti Musnad al-Imam Ah}mad bin Hanbal disusun oleh Imam Ah}mad bin H}anbal. Lahir pada tahun 164 H dan wafat pada jum’at 12 rabiul awal 241 H.[8]
Metode takhri>j dengan musnad Imam Ah}mad bin H}anbal, terlebih dahulu memperkenalkan kepada sahabat yang meriwayatkan h}adi>s|. Bila telah mengetahui sahabat yang meriwayatkan h}adi>s| tersebut, kemudian mencari h}adi>s|-h}adi>s| pada musnad. sangat membantu bila terlebih dahulu melihat daftar isi yang terdapat pada akhir setiap juz. Bila sampai pada h}adi>s|-h}adi>s|nya, maka langkah selanjutnya  ialah memelusuri h}adi>s|-h}adi>s| yang di maksud. Disamping itu juga kitab ini memiliki kelebihan dan kekurangan.[9]
4.      Metode Takhri>j Menurut Tema H}adi>s|
Takhri>j dengan metode ini bersandar pada pengenalan tema h}adi>s| dan sebagian ahli mengatkan bahwa takhri>j al-h}adi>s| dengan pendekatan tema merupakan cara terbaik dalam mencari h}adi>s|. Disamping itu, metode ini memiliki keistimewaan dan kekurangan.
Adapun kelebihan metode ini: 1) Metode tema h}adi>s| tidak membutuhkan pengetahuan-pengetahan lain diluar h}adi>s|, seperti keabsahan lafal pertamanya, sebagaimana metode pertama, pengetahuan bahasa arab dengan perubahan-perubahan katanya sebagai metode kedua, dan pengenalan perawi teratas sebagai metode ketiga, yang dituntut oleh metode ke empat ialah pengetahuan akan kandungan h}adi>s|. Hal ini logis dalam mempelajari h}adi>s|-h}adi>s|, 2)metode ini mendidik ketajaman pemahaman h}adi>s| pada diri penelitian. Seorang peneliti setelah menggunakan metode ini beberapa kali akan memiliki kemampuan yang tambah terhadap tema dan maksud h{adi>s| yang merupakan fiqh h}adi>s|, 3)metode ini juga memperkenalkan kepada peneliti maksud h}adi>s| yang dicarinya dan h}adi>s|-h}adi>s| yang senada dengannya, ini tentunya akan menambah kesemangatan dan membantu memperdalam permasalahan, sedangkan kekurangannya; 1) Terkadang kandungan h}adi>s| sulit disimpulkan oleh seorang peneliti hingga tidak dapat menentukan temanya. Akibatnya dia tidak mungkin memfungsikan medote ini, 2) Terkadang pula pemahaman penelitian tidak sesuai dengan pemahaman penyusunan kitab, sebagai akibatnya penyusun kitab meletakkan h}adi>s| pada pada posisi yang tidak diduga oleh peneliti.[10]
Dalam kitab Mifta>hu Khunu>zi as-Sunnah, yang disusun oleh AJ.Wensinck. Kitab-kitab yang menjadi rujukan kitab kamus tersebut ada 14 buah kitab, diantaranya: a) S}ah}i>h al-Bukha>riy>; b) S}ah}i>h Muslim; c) Sunan Turmudz|i>y; d) Sunan Abu>> Da>wud; e) Sunan Nasa>’i>; f) Sunan Ibnu Ma>jah; g) Sunan al-Da>rimi>y; h) Muwaththa’ Ma>lik; i) Musnad Imam Ah}mad; j)  Musnad al-Thayalisi; k) Musnad Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin  Thalib yang wafat pada tahun 122 H; l) al-Thabaqat al-Kubra, karangan al-H}afizh al-S|iqah Muh}ammad bin Sa‘ad wafat tahun 230 H; m) Sirah Ibnu Hisyam; n) al-Maghazy, karangan Muh}ammad bin Umar al-Waqidy, wafat tahun 207 H.
Selain kitab takhri>j al-h}adis| yang disebut di atas, masih banyak lagi kitab takhri>j yang berdasarkan tema antara lain:
a)      Kanz al-‘Umma>l fi> Sunan al-Aqwa>l wa al-Af‘a>l karangan Syeikh Imam ‘A<lim Kabi>r Muh}addis\ ‘Ali> bin H{isa>m al-Di>n ‘‘Abd al-Ma>lik bin Qa>d}i> Khan, terkenal dengan sebutan Imam al-Muttaqi>.[11]
b)      Kitab Bulu>ghu al-Mara>m min Ja>mi' Adillati al-Ahkam oleh Al-Hafizh Binu Hajar
c)      Kitab al-Durru al-Mantsu>r  Fi> al-Tafsi>r bi al-Ma’tsu>r oleh al-Hafidz Jalaluddin al-Suyu>thy.
d)      Kitab Kifa>yah al-Tha>lib Fii Khasha>’ish al-Habi>b, oleh al-H}afidz Jalaluddin al-Suyu>t}iy.
5.      Metode Takhri>j Berdasarkan Status H}adi>s|
Metode ini adalah metode yang mengetengahkan suatu hal yang berkenaan dengan upaya pada kumpulan h}adi>s| berdasarkan status h}adis|. Kitab-kitab ini sangat membantu dalam proses pencarian h}adi>s| berdasarkan statusnya, seperti h}adi>s| qudsi, h}adi>s| masyhur, h}adis| mursal, h}adi>s| shahi>h dan lain-lain. Kitab-kitab tersebut dapat diketahui melalui kitab yang berdasarkan metode tersebut, antara lain :[12]
a.       Kitab al-Azha>r al-Mutana>tsirahfi> al-Akhba>r al-Mutawa>tirah karangan al-H{afiz} Imam Jalal al-Di>n al-Suyu>t}iy.
Kitab ini menghimpun h}adi>s|–h}adi>s| yang memuat syarat-syarat mutawatir, yaitu dengan perawi-perawi pada setiap tingkatannya sepuluh orang atau lebih. Al-Suyu>t}iy menyebutkan sanad-sanad secara lengkap dari ulama yang mengeluarkan hingga tinggkatan sahabat.
Untuk mengfungsikan kitab ini terlebih dahulu harus diketahui secara pasti bahwa h}adi>s| yang akan di takhri>j adalah mutawatir. Dalam kitab al-Azhar al-Suyu>t}iy mencantumkan ulama yang mengeluarkannya, untuk itu harus merujuk pada kitab-kitab mereka dan menjelaskan posisi h}adi>s| pada masing-masing kitabnya.
b.      Kita>b al- Ittih}a>fa>t al-Saniyyah fi> al-Ah}a>di>s\ al-Qudsiyyah karangan Syaikh Muh}ammad bin Mah}mu>d bin S{a>lih}  bin H{asan al-T{arbizu>ni>.
Kitab-kitab ini memuat h}adi>s|-h}adi>s| qudsi>.[13] Untuk mengfungsikan kitab ini terlebih dahulu dikerahui secara pasti bahwa h}adi>s| tersebut adalah h}adi>s| qudsi>, kemudian merujuk kepada kitab-kitab yang ditujukan dan mengeluarkan takhri>j.
c.  Kitabal-Marasil, karangan Abu> Daud dan lain sebagainya.[14]
Kitab ini memuat h}adi>s|-h}adi>s| yang mursal, h}adi>s|–h}adi>s| disusun berdasarkan tema, dan untuk mentakri>j h}adi>s| dalam kitab ini harus mencari melalui temanya.
Dengan demikian, lima metode takhri>j al-h}adi>s| yang telah diklasifikasikan oleh para ulama dengan tujuan untuk membantu para peneliti dan pencari h}adi>s| untuk mendapatkan h}adi>s| yang dibutuhkan.
d.      Kitab S{ah}i>h} wa D{a‘i>f al-Ja>mi‘ al-S{agi>r wa Ziya>datuh al-Fath} al-Kabi>r oleh Muh}ammad Na>s}ir al-Di>n al-Ba>ni>.
Untuk mencari h}adi>s| dalam kitab ini, terlebih dahulu harus mengetahui status h}adi>s| dari segi kualitasnya. Kemudian melakukan penelusuran matan h}adi>s| mulai dari nomor urut pertama karena h}adi>s|-h}adi>s| yang dimuat dalam kitab ini disusun berdasarkan alphabet huruf hijaiyyah.


[1]Abu Muhammad,Metode Takhrij Hadis,(Cet. I. Semarang: Dina Utama,1994)
[2]Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq Takhri>ji H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam (Cet. I; Beirut: Da>r al-I‘tis}a>m, 1994), h. 61.
[3]Ibid., h. 30.
[4]Ibid, hal. 60-61.
[5]Abdul Majid Khon, op.cit., h. 120.
[6]Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>,op.cit, hal.98
[7]Kelebihan yang dimiliki kitab ini yakni; penyusunannya yang teliti yang memudahkan peneliti sampai kepada tujuan, dapat melakukan takhri>j hadis dari sahabat yang di cari, dapat mengetahui hadis-hadis yang dimiliki setiap sahabat dalam tujuh induk hadis, dapat mengetahui hadis-hadis mursal yang terdapat dalam tujuh kitab tersebut, dapat mengetahui hadis-hadis yang dalam jalannya sanad terdapat seorang yang samar namanya, agar dapat dijadikan ibarat untuk dipelajari melalui periwayat lain yang bersambung, terutama kesamaran nama tersebut terjadi pada selain sahabat. Sedangkan kekurangannya: penggunaan kitab ini sangat bergantung pada pengenalan perawi teratas, baik sahabat atau tabi’in. Ini sesuatu yang terkadang tidak mudah, kesulitan mencari hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang termaksud banyak riwayatnya.
[8]Abdul Gaffar Sulaiman al-Bandary, Mansuah Rijal al-Kutubu al-Tir’ah( Juz I, Beirut: Dar al-kutub al’ilmiyah,t.th),hal 22. Dan lihat Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>,op.cit, hal.112
[9]Kelebihan musnad ini ialah; musnad ini mencakup hadis–hadis dalam jumlah yang sangat banyak, memiliki nilai kebenaran yang lebih banyak dari yang lainnya, kitab ini mencakup hadis-hadis dan as|ar-as|ar yang tidak terdapat pada lainya. Sedangkan kekurangannya: tanpa mengetahui nama sahabat tidak mungkin sampai pada hadis yang ditujuh ,untuk mengetahui hadis maudhu’ mengharuskan membaca musnad keseluruan, dari segi tata letaknya mengakibatkan sulit menggunakan musnad dengan efisien.
[10]Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>,op.cit, hal.122-123.
[11]Manna>‘al-Qat}t}a}n, op.cit, h. 191.
[12]Abdul Majid Khon, op.cit., h. 127.
[13]Yang dimaksud hadis qudsi adalah hadis yang disandarkan kepada rasulullah saw. dan disandarkan kepada Allah swt. Lihat Nur al-Din ltr manhaj al-naqd fi al-hadis (damaskus dar al-fikr,1979).
[14]Abu Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, op.cit, h.194.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Translate

Pengikut

 
back to top