Selasa, 12 Januari 2016

METODOLOGI PENYUSUNAN KITAB MIZAN AL-I’TIDAL FI NAQD AL-RIJAL, KARYA IMAM AL-ZAHABI

Tidak ada komentar:
A.  Latar Belakang
Signifikasi hadis sebagai sumber ajaran kedua setelah al-Qur’an menduduki posisi yang sangat penting. Hadis berbeda dengan al-Qur’an dari perspektif periwayatan. Ayat-ayat al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir[1] dan  keseluruhan, sedangkan hadis Nabi, sebagian periwayatannya berlangsung secara mutawa>tir dan sebagian lagi secara ah}a>d. Hadis Nabi, baik dalam konteks perkataan, perbuatan dan takrir,[2] telah tertuang dalam berbagai kitab dan telah menjadi konsumsi masyarakat luas. Konsekuensi dari hal itu adalah lahirnya berbagai bentuk pemahaman dari masyarakat terhadap kandungan hadis yang terlepas dari pengetahuan tentang kualitas sanad dan matan hadis yang bersangkutan.[3]
Para periwayat hadis mulai dari generasi sahabat Nabi sampai generasi mukharrij al-h{adi>s\ (periwayat dan sekaligus penghimpun hadis) tidak dapat dijumpai secara fisik karena mereka telah meninggal dunia. Untuk mengenali keadaan pribadi mereka, baik kelebihan maupun kekurangan mereka di bidang periwayatan hadis, diperlukan informasi dari berbagai kitab yang ditulis oleh ulama kritik rijal (para periwayat) hadis.
Kritik terhadap para periwayat hadis yang telah dikemukakan oleh ulama kritik hadis itu tidak hanya berkenaan dengan hal-hal yang terpuji saja, tetapi juga berkenaan dengan hal-hal yang yang tercela.[4]
          Miza>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l adalah salah satu kitab yang membahas tentang penilaian periwayat-periwayat hadis. Kitab ini merupakan kitab yang membahas para rawi yang sedikit banyak bermasalah sehingga dengan adanya kitab ini membantu para pelajar—khususnya yang bergelut di bidang hadis—untuk mengetahui kualitas periwayat-periwayat hadis. Olehnya itu penulis tertarik untuk meneliti kitab ini.
B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana biografi penulis kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l?
2.       Bagaimana gambaran umum kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l?
3.      Bagaimana  metode penyusunan kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l?
4.      Bagaimana kelebihan dan keterbatasan kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l?




BAB II
PEMBAHASAN
A.  Biografi Imam al-Z||ahabi@
1.      Nama dan Nasab     
Imam al-Z|ahabi@ bernama lengkap Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n bin Qa>yma>z bin al-Syaikh ‘Abdulla>h, al-Turkama>ni@,[5] al-Fa>riqi@, s\umma al-Damasyqi@,[6] al-Sya>fi@’i@, Syams al-Di>n Abu> ‘Abdulla>h al-Z|ahabi@.[7] Imam al-Z|ahabi@ lahir pada tahun 673 H[8], ada pula yang mengatakan tahun 692 H[9],  di desa Kafr Bat}na>[10] dan wafat pada tahun 748 H[11].
   Abu> ‘Abdilla>h terkenal dengan nama al-Z|ahabi@. Nama ini sebenarnya adalah panggilan ayah Ahmad yang berprofesi sebagai pembuat emas tumbukan.
   Para sejarawan yang benar-benar peka akan mengetahui bahwa Muh}ammad selalu menyebut dirinya dengan nama ibn al-Z|ahabi@. Nama ini ditulisnya dalam karangan-karangan, ijazah dan tulisan-tulisannya. Al-Z|ahabi@ selalu konsekuen dengan namanya itu kecuali sekali saja yaitu ketika dia pergi ke Mesir, dan mengenalkan dirinya kepada ibn Daqi>q al-‘I><d dengan nama al-Z|ahabi@.[12]
2.      Riwayat pendidikan
Al-Z|ahabi@ mulai menuntut ilmu pada usia 18 tahun,[13] dan fokus pada bidang ilmu Qiraat dan Hadis.
Basyar Iwad secara garis besar mengatakan, “Al-Z|ahabi@ konsen mempelajari al-Qur’an al-Kari>m dan sangat serius mendalami ilmu Qiraat. Pada tahun 691 Hijriah, al-Z|ahabi@ menghadap pada seorang syekh dalam bidang Qiraat, yaitu Jama>l al-Di>n Ibra>hi>m bin Da>wud al-’Asqala>ni@ al-Dimasyqi> yang lebih terkenal dengan sebutan al-Fad{i>li. Al-Z|ahabi@ belum mampu menguasai dan memahami ilmu Qiraat, dasar dan permasalahan-permasalahannya, sampai ia menginjak umur 20 tahun. Pada saat yang sama, yaitu ketika al-Z|ahabi@ menginjak umur 18 tahun, ia condong untuk mempelajari hadis dan mendengarkannya. Al-Z|ahabi@ sangat serius dan mencurahkan seluruh kemampuan serta daya pikirnya dalam bidang ilmu yang satu ini.
Al-Z|ahabi@ juga mencurahkan seluruh hidupnya untuk hadis. Ia mempelajari kitab-kitab hadis yang tak terhitung jumlahnya dan banyak bertemu dengan syekh-syekh. Al-Z|ahabi@ menemui banyak rintangan dalam mempelajari hadis, menggelutinya selama masa hidupnya, bahkan belajar kepada orang yang tidak ia sukai sekalipun.[14]
Imam al-Z|ahabi@ bepergian untuk menemui para syekh yang ada di Damaskus dan para qa>ri’-nya, di samping dia juga menyinggahi banyak daerah di Suriah, Lebanon, Yordania dan Palestina. Al-Z|ahabi@ ke Mesir pada tangga 16 Rajab tahun 690 Hijriah dan ke Mekah untuk melaksanakan haji, dan belajar hadis pada tahun 698 Hijriah.[15]
Al-Z|ahabi@ mempunyai guru yang sangat banyak, jumlahnya tidak terhitung.[16] Guru-gurunya di Damasyqi@, yaitu: ‘Umar bin al-Qawwa>s, Ah}mad bin Hiballa>h bin ‘Asa>kir, Yu>suf bin Ah}mad al-Gasu>li@, dan selainnya. Guru-gurunya di Ba’lak yaitu: ‘Abd al-Ha>liq bin ‘Ulwa>n, Zainab binti ‘Umar bin Kindi@ dan selainnya. Guru-gurunya di Mesir adalah al-Abraqu>hi@, ‘I><sa> bin ‘Abd al-Mun’im bin Syiha>b, ibn Daqi>q al-‘I<d, al-H{a>fi@z}aini@ Abi> Muh}ammad al-Dimya>t}i@, Abi>  ‘Abba>s bin al-Z{a>hiriy dan selainnya. Guru-gurunya dari Iskandariyah yaitu: Abu> H{asan ‘Ala> bin Ah}mad al-Gaqa>fi@@, Abu> al-H{asan Yah}ya bin Ah}mad bin S{awwa>f dan selainnya. Gurunya dari Mekah yaitu: al-Tauzari@, dan selainnya.
Adapun murid-murid al-Z|ahabi@, yaitu:
a.       Ta>j al-Di>n Abu> Nas}r ‘Abd al-Wahha>b bin ‘Ali@ bin ‘Abd al-Ka>fi@@ bin ‘Ali@ bin Tama>m al-Subki@ al-Sya>fi@’i@ (w. 771 H).
b.      Kama>l al-Di>n Muh}ammad bin ‘Ali> bin ‘Abd al-Wa>h}id al-Zamlaka>ni@ al-Damasyqi@ al-Sya>fi@’i@ (w. 727 H).
c.       Taqiy al-Di>n Muh}ammad bin Jama>l al-Di>n Ra>fi’ bin Hajras bin Muh}ammad bin Sya>fi@’ al-Sala>mi@ al-Mis}ri@ al-Sya>fi@’i@ (w. 774 H).
d.      Ima>m al-Ba>ri’ al-Adi>b al-Maftun S{ala>h} al-Di>n Abu> al-Saffa>I Khali>l bin al-Ami>r Az al-Di>n ‘Aibaka bin ‘Abdulla>h al-Ba>ki@ al-S{afdi@, al-Sya>’ir al-Masyhu>r (w. 764).
e.       Muh}ammad bin Na>s}ir al-H{usaini@ al-Damasyqi@ al-Damasyqi@ (w. 765 H).
f.        Ibn al-H{a>fi@z{ al-Zaki@ al-Barza>li@ (w. 739 H).
g.      Ima>d al-Di>n Isma>’i>l bin ‘Umar bin Kas\i>r al-Bas}rawi@ al-Damasyqi@ (w. 774).
h.      Ima>m al-Mufti@ al-Ha>fi@z} S{ala>h} al-Di>n Abu> Sa’i>d Khali>l bin Kaekaldi@ al-‘Alla>i (w. 761 H).
i.        Muh}ammad bin ‘And al-Kari>m al-Maus}ali@ al-At}ra>bilsi@ al-Sya>fi@’i@ (w. 764 H).[17]
j.        Ibra>him bin Ah{mad al-Sya>mi@.
k.      Muh{ammad bin Ah{mad bin al-Labba>n.[18]
3.      Karya-karya al-Z|ahabi@
Adapun karya-karyanya yaitu:
1.   تاريخ الإسلام
2.   تاريخ النبلاء
3.   الدول الإسلامية
4.   طبقات القراء
5.   طبقات الحفاظ
6.   ميزان الاعتدال
7.   المشتبه في الأسماء والأنساب
8.   نبأ الدجال
9.   تذهيب التهذيب
10. اختصار كتاب الأطراف
11. اختصار سنن البيهقي
12. تنقيح أحاديث التعليق وغيره[19]
Karya-karya al-Z|ahabi@ sangat banyak. Basyar Iwad Ma’ruf menyebutkan dalam mukadimah kitab A’la>m al-Nubala>’ 215 karya al-Z|ahabi@, baik yang sudah dicetak, masih dalam bentuk transkip, maupun karangan-karangannya yang hilang.
4.      Penilaian ulama terhadap al-Z|ahabi@
Al-Ta>j al-Subki@—murid Imam al-Z|ahabi@—berkata dalam kitab T{abaqa>t al-Sya>fi@’iyah, bahwasanya Imam al-Z|ahabi@ adalah seorang h}a>fiz} dan seorang syekh dalam al-jarh} wa al-ta’di>l.
            Allah telah menghadiahkannya hafalan yang kuat. al-H{a>fiz\ ibn H{ajar al-’Asqala>ni@ ingin sepertinya dalam hal kekuatan hafalan. Al-Z|ahabi@ berkata, “Aku meminum air zam-zam untuk mencapai martabat al-Z|ahabi@ dalam hal hafalan.” Perkataan ini dinukil oleh murid ibn H{ajar yang bernama al-Jala>l al-Suyu>t}i@ dalam kitab T{abaqa>t al-H{uffa>z}. Kemudian ia menambahkan bahwa para muh}addis\ masa kini apabila ingin mencari tahu tentang periwayat, maka mereka merujuk kepada empat imam, yaitu: Al-Mizzi@, al-Z|ahabi@, al-‘Ara>qi@ dan ibn H{ajar.[20]
Rafi@qah dan gurunya, ‘Ilm al-Di>n al-Barzali, mengatakan, “Dia adalah seorang yang terhormat, cerdas, sibuk mengadakan perjalanan mencari ilmu dan banyak menulis. Dia mempunyai banyak kitab karangan dan banyak ringkasan kitab-kitab. Di samping itu, ia banyak tahu tentang syekh-syekh qiraat (orang-orang yang menjadi acuan dalam membaca al-Qur’an).”
Muridnya yang bernama S{ala>h} al-Di>n al-S{afadi mengatakan, “Al-Z|ahabi@ adalah seorang ha>fiz} (seorang yang banyak hafal hadis Nabi) yang tiada tandingannya dan seorang yang cerdas tiada terkira. Al-Z|ahabi@ adalah seorang pengkritik dan periwayat hadis. Seorang yang banyak bergerak dalam bidang pengkajian cacat dan keadaan hadis Nabi. Al-Z|ahabi@ juga banyak tahu tentang ilmu tara>jum (biografi), yang tidak ada kesamaran dalam dirinya untuk mengetahui sejarah mereka. Ia asalah orang yang sangat cerdas.[21]
Ta>j al-Di> al-Subki@ berkata, “Pada zaman kami ada empat al-Huffa>z}. Di antara mereka ada yang umum dan ada yang khusus. Mereka itu adalah al-Mizzi@, al-Barza>li@, al-Z|ahabi@, Imam al-Wa>lid dan pada zamannya tidak ada yang seperti mereka ini.[22]
B.   Gambaran Umum Kitab
Kitab yang menjadi objek kajian peneliti merupakan salah satu kitab al-al-jarh} wa al-ta’di>l, yakni kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@@ Naqd al-Rija>l karya Syams al-Di>n Abu> ‘Abdulla>h al-Z|ahabi@ yang di-tahqi>q oleh Muh}ammad Rid}wa>n al-Qasu>si@. Diterbitkan pertama kali oleh Da>r al-Risa>lah al-‘A<lamiyyah di Beirut/Lebanon pada tahun 2009 M/1430 H. Sebelumnya kitab ini dinamakan Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Asma> al-Rija>l. Nama ini pernah disebut dalam kitab Kasyf al-Z{unu>n (2/1917), Abjad al-‘Ulu>m (2/212), Risa>lah al-Mustat}rifah (halaman 145). Kemudian nama kitab ini diganti dengan Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l. Kitab ini merupakan salah satu sumber naqd terpenting dalam al-jarh} wa al-ta’di>l. Ibnu al-‘Ajami@ mengatakan bahwa al-Z|ahabi@ menulis kitab ini selama empat bulan kurang dua hari pada tahun 724 H.[23]
            Adapun alasan pemberian nama judul kitab Mi>za>n, peneliti belum menemukan.
Kitab Mi>za>n al-I’tida>l terdiri dari lima jilid yang disusun berdasarkan huruf hijaiah. Adapun rinciannya, yaitu:
1.      Pada jilid pertama terdiri dari 2470 perawi, 616 halaman, dimulai dari huruf alif (الألف) sampai kha>’ (الخاء).
2.      Jilid 2 terdiri dari 2588 perawi, 600 halaman, dimulai dari huruf da>l (الدال)  sampai ‘ain (العين).
3.      Jilid 3 terdiri dari 1550 perawi, 416 halaman, dimulai dari huruf gain (الغين) sampai la>m (اللام).
4.      Jilid 4 terdiri dari 1856 perawi, 424 halaman. Khusus pada jilid ini hanya mencakup huruf mi>m (الميم) saja.
5.      Jilid 5 terdiri dari 1711 perawi, 664 halaman, mulai dari huruf nu>n (النون) sampai huruf ya’> (الياء). Pada bagian akhir jilid ini dicantumkan pula:  ba>b al-kuna>  (باب الكني), fas}l fi@ al-ansa>b (فصل في الأنساب).
Untuk lebih jelasnya peneliti mencantumkan tabel di bawah ini:
الصفحة
الحرف
الجزء
5
مقدمة الناشر
الأول
7- 16
مقدمة التحقيق
17-44
وصف النسخة الخطية
45- 48
بداية الكتاب
49-281
الألف
282–332
الباء
333–336
التاء
337–348
الثاء
349–392
الجيم
393–575
الحاء
576-616
الخاء
5-30
الدال








الثاني
31-32
الذال
33-58
الراء
59-102
الزاي
103-240
السين
241-264
الشين
265-295
الصاد
296-303
الضاد
304-316
الطاء
317-318
الظاء
319-596
العين
5-329
بقية حرف العين



الثالث
330-338
الغين
339-365
الفاء
366-395
القاف
396-411
الكاف
412-416
اللام
5-424
الميم
الرابع
5-42
النون








الخامس









43-77
الهاء
78-100
الواو
101
اللألف الف
102-206
الياء
203-313
باب الكني
314-315
فصل في الأنساب
316-317
فصل من المجاهل الاسم
318-323
ت فصل في النسوة المجهولا
324-328
الكني النسوة
329-330
الفهارس
331-490
فهرس اسماء المترجمين
491-504
فهرس الكني
505-506
فهرس من عرف بأبيه
507
فهرس الأنساب
508
فهرس المجاهيل الأسم
509-510
فهرس النسوة المجهولات
011
فهرس كني النسوة
512
فهرس من لم تسم
513-654
فهرس الأحاديث
655-664
فهرس المصادر
Keterangan: Pada juz dua, huruf ‘ain, peneliti sengaja memberikan tanda warna merah karena terjadi kesalahan pada halamannya. Di dalam kitab yang peneliti kaji terdapat 600 halaman, namun peneliti hanya mencantumkan 596 halaman karena pada halaman 597-600 hanya menampilkan kertas kosong.
C.   Metode Penulisan Kitab
1.      Sistematika penyusunan kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l
Perhatikan tabel di bawah ini:
الجزء الأول
رقم الحديث
الصفحة
من إسحه
الباب
1-20
49- 58
من إسمه أبان وأباء














الألف
20- 245
58- 109
من إسمه إبراهيم
246- 248
109
أبرض وأبيض
249- 251
109- 110
أبين و أبي وأجلح
252- 630
110- 178
أحمد
631- 635
178- 179
الأحنف والأحوص
236- 637
179
أخضر و أخنس
239- 643
179- 180
إدريس
644- 647
180- 181
أدم وأربدة
648- 651
181
أرطاة وأرقم
652- 662
182- 183
أزهر وأزور
663- 668
184
أسامة
668- 682
184- 185
أسباط
683- 771
185- 209
إسحاق
772- 778
210- 211
أسد
779- 782
211- 213
إسراءيل
783- 785
213
أسعد وأسقع وأسلم
786- 924
214- 247
إسماعيل
925
247
أسماء
926- 931
247- 248
أسود
932- 936
248- 249
أسيد
937
249
الأشج والأشرس
938
250- 252
أشعب
939- 951
252- 257
أشعث
952
257
أشهل
953- 961
258- 260
أصبغ
962- 963
260- 261
أصرم
964- 966
261
أعين وأغر وأغلب
967- 969
262
أفلح
970- 972
262- 263
إقبال وأقرع وامرؤ القيس
973- 980
263- 264
أمية
981- 987
264- 965
أنس وأنيس
988- 990
965
أوس
991- 992
265- 268
أوفي وأويس
993- 999
268- 269
إياس
1000- 1004
269- 270
أيفع وأيمن
1005- 1063
270- 281
أيوب
1064
282
بإذام








الباء
1025- 1066
282
بارح وباشر
1067- 1074
282- 284
بجير وبحر وبحير
1075- 1076
284
البختري
1077- 1080
285
بدر و بدل
1081- 1084
286- 287
البراء
1085- 1087
287
بربر وبرد
1088- 1092
288
برذعة وبركة وبرمة
1093- 1097
288- 290
بريد وبريدة
1098- 1105
290- 292
بريه وبزيع

1106- 1114
292
بسام وبسر وبسطام

1115- 1122
292- 294
بشار

1123- 1176
294- 307
بشر

1177- 1190
307- 310
بشير

1191
310- 316
بقية

1192- 1192
316- 317
بقاء

1193- 1212
317- 319
بكار

1213- 1242
319- 325
بكر

1243- 1254
325- 326
بكير

1255- 1258
327- 328
بلاد وبلال

1259- 1261
328
بلج وبلهط وبليل

1262- 1268
328- 329
بنانة وبندار وبنوس

1269- 1271
329- 331
بهلول

1272- 1273
331
بهيم وبهية وبوري

1274- 1276
331- 332
بيان

1277- 1279
333
تبيع وتزيد وتغلب وتليد

التاء

1280- 1281
333- 334
تمام

1282- 1288
334- 335
تميم

1289- 1292
335- 336
توبة

1293- 1323
337- 343
ثابت


الثاء

1324- 1325
343
ثبيت وثروان

1326- 1332
343- 345
ثعلبة وثعلب

1333- 1337
345
ثمامة

1338- 1340
346
ثواب وثوابة وثوبان

1341- 1346
348- 346
ثور وثوير وثهلان

1347- 1362
347- 355
جابن وجابر



الجيم



1363- 1365
355- 356
الجارود وجارية

1366- 1367
356- 357
جامع

1368- 1369
357
جبارة وجبار

1370- 1372
357- 358
جبرون وجبر وجبريل

1373- 1381
358- 359
جبلة و جبير

1382- 1386
359- 360
حجدر والجراح

1387- 1390
360
جراد وجرثومة وجرموز وجرول

1391- 1406
360- 365
جرير

1407- 1410
365- 366
جري وجزي

1411- 1413
366- 367
جسر وجسر

1414- 1415
367
الجعد وجعدة

1416- 1470
367- 384
جعفر

1471- 1474
384- 385
جعيد وجلاس والجلد وجماهر

1475- 1479
385- 386
جميع

1480- 1491
287- 388
جميل

1492- 1498
388
جناب وجناح وجنادة

1499- 1505
388- 389
جنان وجندب وجنيد

1506- 1512
289- 390
الجهم

1513- 1514
390- 391
جواب وجودي

1515- 1517
391- 392
جون وجويبر

1518- 1529
393- 395
جابس وحاتم












الجيم

1530- 1582
395- 409
الحارث

1583- 1587
409
حارثة

1588- 1594
409- 410
حازم وحاشد وحاضر

1595- 1600
410- 411
حامد وحبان وحبان

1601- 1607
411- 413
حبال وحبان وحبان

1609- 1610
413
حبحاب وحبة

1611- 1644
413- 420
حبيب

1645- 1673
321- 427
حجاج

1674- 1678
427- 428
حجر وحجير وحجية وحدثان

1679- 1682
428
حدمر وحديج وحذيفة وحراش

1683
428- 430
حرام

1684- 1694
430- 432
حرب

1695- 1696
432- 433
حرملة

1697- 1704
433- 435
حرمي وحريث

1705- 1707
435- 436
حريز

1708- 1717
436- 437
حريش والحر

1718- 1730
437- 440
حسان

1731- 1885
440- 482
الحسن

1886- 1978
482- 503
الحسين

1979- 1981
503- 504
حشرج وحصن

1982- 2009
504- 508
حصين

2010- 2011
508
حضرمي

2012- 2071
508- 521
حفص

2072- 2116
522- 535
الحكم

2117- 2135
535- 539
حكيم

2136- 2137
539
حلبس وحليس

2138- 2185
539- 553
حماد

2186- 2188
553- 554
حمان وحمدان

2189- 2191
554
حمدوية وحمدون

2192- 2194
554- 555
حمران وحمرة

2195- 2216
555- 559
حمزة

2217- 2219
559- 560
حمل وحملة وحموية

2220- 2260
560- 569
حميد

2261- 2262
569- 570
حنش

2263- 2276
570- 571
حنظلة

2277- 2269
571- 572
حنيفة وحنيف وحنين

2260- 2269
572
حواري وحوشب وحوط

2270- 2273
572
حواري وحوشب وحوط

2274- 2283
573
حيان وحيدرة

2284- 2288
073- 575
حية و حي وحيي

2289- 2290
576- 577
خارجة








الخاء

2291- 2296
577
خازم وخاقن

2297- 2377
577- 599
خالد

2378- 2383
599
خبيب وخثيم

2384- 2386
600
خداش وخديج وخذام

2387- 2389
600- 601
خراش

2390- 2395
601
خرشة وخرزج وخزيمة وخشف

2396- 2398
601- 603
الحصيب والخصيف

2399- 2401
603
الخضر

2402- 2408
603- 604
خطاب

2409- 2419
604- 607
خلاد

2420- 2436
607- 610
خلف

2437- 2437
611- 612
خليد وخليص

2438- 2450
613 612-
خليفة

2451- 2460
614- 615
خليل

2461- 2464
616
خمير وخميل وخنيس

2465- 2469
616
خيار وخثيمة وخيران
Keterangan:
            Di dalam menyusun kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, Imam al-Z|ahabi@ mengumpulkan periwayat yang mempunyai nama depan yang sama, seperti yang tercantum pada tabel di atas.
Alasan peneliti hanya mencantumkan nama-nama depan pada jilid satu selain karena tidak memungkinkan, juga karena pada jilid dua, tiga, empat dan lima mempunyai metode yang sama. Hanya saja jilid lima sedikit berbeda karena selain nama depan, Imam al-Z|ahabi@ juga mengumpulkan nama-nama depan periwayat berdasarkan kunniyah, fas}l fi@ al-ans}a>b, fas}l min al-maja>hil al-ism, fas}l fi@ al-niswah al-majhu>lah, al-kuna> al-niswah.
Selanjutnya dalam menulis kitab Mi>za>n al-I’tida>l, Imam al-Z|ahabi@ menggunakan metode penulisan sebagai berikut:
a.       Dalam mengkritik para periwayat, al-Z|ahabi@ menyebutkan nama periwayat tersebut, nama ayahnya, dan kadang menambahkan nasabnya, kemudian menyebutkan penisbatan yang paling masyhur padanya. Al-Z|ahabi@ juga mencantumkan nama guru-guru serta teman-temannya, kemudian menyebutkan pendapat-pendapat tentangnya dan menjelaskan keadaannya.
b.      Kitab Mi>za>n al-I’tida>l menyebutkan para periwayat yang pendusta, tertuduh, dan yang matru>k; menyebutkan para ha>fiz} yang lemah dalam agama dan ‘ada>lah; menyebutkan para muh{addis\ yang lemah dari segi hafalannya; menyebutkan para muh{addis\/syekh yang tidak mencapai derajat s\ubu>t; menyebutkan para periwayat s\iqah s\ubu>>t yang ucapannya tidak berbeda dengan ucapan periwayat s\iqah lainnya; dan menyebutkan banyak perilaku para periwayat yang majhu>l.
c.       Al-Z|ahabi@ tidak menyebutkan dalam kitabnya penilaian-penilaian: mah}alluh al-s}idq, la> ba’sa bih, s}a>lih al-h}adi>s\, yuktab h}adi>s\uh dan syekh karena menurutnya penilaian ini dan yang serupa dengannya menunjukkan tidak daif secara mutlak. Al-Z|ahabi@ berkata, “Aku tidak menyebutkan dalam kitabku setiap yang tidak dikenal, tetapi aku menyebutkan akhlak sebagian dari mereka. Seperti pada tarjamah Ish}a>q bin Sa’d bin ‘Uba>dah halaman 198, nomor 720.
d.      Al-Z|ahabi@ menentukan penilaian majhu>l terhadap perawi dari pendapat Abu> H{a>tim. Ia berkata, setiap periwayat yang aku nilai majhu>l dan aku tidak menyandarkan pendapat tersebut kepada seseorang, maka pendapat tersebut adalah pendapat Abu> H{a>tim. Apabila aku menilai periwayat dengan fi@h jaha>lah, nakirah atau la> yu’raf dan yang serupa dengan itu, sementara aku tidak menguatkannya dengan pendapat orang lain, maka itu adalah penilaianku sendiri. Begitupula apabila aku memberi penilaian s\iqah, s}adu>q, s}a>lih}, layyin, dan selainnya, lalu aku tidak menyandarkannya, maka itu adalah pendapatku sendiri. Contoh:
4- أبان بن حاتم الأملوكي، من مشيخة أبي التقي اليزني. روي عن عمر بن المغيرة. مجهول.[24]
e.       Mus}annif tidak menilai sahabat karena kemuliaan mereka, namun ketentuan ini tidak berlaku secara utuh karena dalam kitabnya ia menyebutkan sebagian sahabat dalam bab tajri>d asma>’ al-s}ah}a>bah.
f.        Imam al-Z|ahabi@ juga tidak menyebutkan dalam kitabnya imam-imam yang diikuti dalam al-furu>’ karena kemuliaan mereka dalam Islam, seperti Abu> H{ani>fah, al-Syafi@’iy, dan Bukha>ri@.
g.      Mus}annif kadang-kadang mengemukakan pada tarjamah-nya hadis yang cacat sanadnya sedang matannya sahih.
h.      Al-Z|ahabi@ membatasi pada sebagian tara>jum-nya dengan menyebutkan yang melemahkan tanpa menyebutkan yang menguatkan. Ibn al-Jauzi@ juga melakukan hal ini dalam memberikan kritikan. Seperti pada tarjamah ‘Abd al-Rabbah Abu> Nu’a>mah (4558) dinukil dari al-Baihaqi@. Al-Z|ahabi@ berkata: laisa bi al-qawi@. Sementara Ibn Mu’i>n men-s\iqah-kannya, dan Abu> H{a>tim berkata: la> ba’sa bih.
i.        Biasanya mus}annif menyebutkan perawi mejhu>l yang hadisnya hanya diriwayatkan oleh satu orang. Hanya saja datanya kurang akurat karena terkadang dia menyebutkan bahwa hanya satu orang yang meriwayatkan dari periwayat yang majhu>l tetapi ada orang lain lagi yang meriwayatkan. Seperti pada tarjamah Guza>fir al-Bis}ri@, al-Z|ahabi@ berkata, diriwayatkan oleh al-Husyaim saja. Ibnu H{a>jar berkata di dalam kitab Tah{z\i>bnya, tidak: Bukha>ri@ mengemukakan di dalam kitab Ta>rikh ia berkata, diriwayatkan darinya Ibnu Abi> ‘Urwabah di Bis}riyyi>n.
j.        Mus}annif tidak selamanya mencantumkan tanda riwayat yang dikritik pada Kutub al-Sittah, tetapi membatasi pada sebagiannya, dan kadang-kadang membatasinya pada tanda Bukha>ri@ dan Muslim (خ م) , karena hal itu bisa menjadi tanda ke-s\iqah-an periwayat karena hadisnya terdapat dalam kitab al-S{ah}i>h}ain.
k.      Al-Z|ahabi@ menyebutkan sebagian periwayat perempuan dalam tara>jum periwayat laki-laki dan tidak menyebutkannya dalam tara>jum periwayat perempuan. Seperti: Jasrah, Sitti al-‘Ubba>d dan selainnya.
l.        Perkataan mus}annif tidak lepas dari faedah-faedah h}adi>s\iyyah.[25]
Untuk memudahkan peneliti, Imam al-Z|ahabi@ juga mencantumkan kode-kode untuk periwayat yang terdapat di dalam Kutub al-Sittah. Kode-kode tersebut ialah:
a.       خ: Bukha>ri@
b.      م: Muslim
c.       د: Abu> Da>wud
d.      ت: Tirmiz\i@
e.       س: al-Nasa>i@
f.        ق: Ibnu Ma>jah
g.      ع: Kutub al-Sittah
h.      عو: Sunan yang empat[26]
Sedangkan jika menggunakan kode (صح) berarti isyarat bahwa al-Z|ahabi@ mens\iqahkan perawi tersebut.
Untuk lebih jelasnya peneliti mencantumkan contoh di bawah ini:
1521- د س ق: حاتم بن حريث الطائي. قال ابن معين: لا أعرفه. وقال عثمان الدارمي: هو ثقة صدوق. قلت: هو حمصي تابعي صغير.[27]
1094-ع (صح) بريد بن عبد الله بن أبي بردة بن أبي موسى الأشعري الكوفي، أبو بردة. عن جده، وعطاء.[28]
Al-Z|ahabi> dalam mukadimahnya pada kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@> Naqd al-Rija>l, mengemukakan bahwa dalam kitabnya tersebut terhimpun beberapa macam penilaian, yaitu:
a.       Al-Kaz\z\a>b (pendusta; orang yang mengaku mendengar atau menerima hadis, padahal ia tidak pernah mendengar atau menerimanya), al-wad}d}a>’ (pemalsu hadis), dan al-muta’ammid (orang yang menyandarkan suatu ucapan pada Nabi yang sebenarnya tidak berasal dari Nabi).
b.      Al-Muttaham bi al-wad}’ aw bi al-tazwi>r (periwayat yang tertuduh sebagai pemalsu atau pembohong).
c.       Al-Kaz\z\a>b fi@lah}jatih la> fi@h}adi>s\ nabawi> (periwayat yang berdusta dalam lahjahnya, bukan dalam hadis Nabi).
d.      Al-Matru>k (periwayat yang banyak membuat kesalahan, ditinggalkan hadisnya, dan hadisnya tidak dijadikan sandaran).
e.       Al-H{uffa>z} al-laz\i> fi@ di>nih riqqah wa fi@‘adalatih wahn (al-Huffa>z} yang lemah dalam agama dan ‘ada>lah).
f.        Al-Muhaddis| al-d}a’i>f min qibal hifz}}ihi> (muhaddis| yang d}a’i>f /lemah kekuatan hafalannya. Perawi tersebut selalu berbuat kesalahan dan ragu-ragu).
g.      Al-Muhaddis| al-s}a>diq (muhaddis| yang s|a>diq).
h.      S|iqah s\ubu>t allaz\i@ fi@h bid’ah[29].
i.        Khuluq kas\i>r min al-majhu>li>n. Abu> H{a>tim al-Ra>zi> menyebutnya dengan majhu>l, dan yang lainnya menyebutnya dengan beberapa istilah berbeda seperti la> yu’raf, fi@>h jaha>lah, yujhal, dan sebagainya yang kesemuanya berarti ‘tidak diketahui’.[30]
Berikut salah satu contoh penilaian di dalam kitab Mi>za>n a-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l:
1-     ت: أبان بن إسحاق  المدني، عن الصباح بن محمد، وعنه يعلى بن عبيد.
قال ابن معين وغيره: ليس به بأس، وقال أبو الفتح / الأزدي: متروك.
قلت: لا يترك، فقد وثقه أحمد والعجلي، وأبو الفتح يسرف في الجرح، وله مصنف كبير إلى الغاية في المجروحين، جمع فأوعى، وجرح خلقا بنفسه لم يسبقه أحد إلى التكلم فيهم، وهو المتكلم فيه، وسأذكره في المحمدين.
أخبرنا أحمد بن هبة الله، عن عبد المعز بن محمد، أنبأنا زاهر، أنبأنا أبو بكر البيهقي، أنبأنا جناح القاضي، حدثنا ابن دحيم، حدثنا أحمد بن أبي غرزة، أنبأنا يعلى، حدثنا أبان بن إسحاق عن الصباح بن محمد، عن مرة الهمداني، عن ابن مسعود، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: استحيوا من الله حق الحياء..الحديث. أخرجه الترمذي، والصباح واه.[31]
            Peneliti sengaja mengambil periwayat di atas sebagai contoh karena selain menilai seorang periwayat, al-Z|ahabi@ juga terkadang mencantumkan hadis yang diriwayatkan oleh periwayat tersebut.
            Adapun tahmbahan pentahqi@q dalam kitab Miza>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, yaitu:
a.       Membatasi nash, menambahkan nomor dan merincinya.
b.      Menetapkan perbedaan-perbedaan penting dalam kitab.
c.       Ketika terjadi perbedaan nusakh (isi dalam kitab) dalam sebuah lafaz, maka menetapkan yang paling sahih dari segi apa saja.
d.      Menuliskan hadis yang disinggung oleh mus}annif tetapi tidak disebutkan dalam kitabnya.
e.       Memberi petunjuk akan adanya pengulangan dalam tarjamah atau keterangan.
f.        Memberitahukan sesuatu yang dianggap wahm (keragu-raguan) yang terjadi dalam mus}annif, baik yang terdapat dalam kitabnya maupun kitab sumbernya.[32]
2.      Sumber rujukan Imam al-Z|ahabi@ dan corak kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l
Di dalam menulis kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Nqd al-Rija>l, Imam al-Z|ahabi@ merujuk kepada karya-kaya ulama yang berkaitan dengan bidang ilmu al-jarh} wa al-ta’di>l, sebagaimana yang ia sebutkan dalam mukadimahnya, yaitu:
a.       Yah}ya> bin Sa’i>d al-Qat}t}a>n
b.      ‘Abd al-Rah}ma>n bin Mah}di@
c.       Yah{ya> bin Mu’i>n
d.      ‘Ali> bin Madani@
e.       Ah}mad bin H{anbal
f.        ‘Amru> bin ‘Ali> al-Falla>s
g.      Abu> Khus\aima>h
h.      Abu> Zur’ah
i.        Abu> H{a>tim
j.        Bukha>riy
k.      Musli>m
l.        Al-Tirmiz\i@
m.    Abu> Ish}a>q al-Ju>zja>ni@ al-Sa’di
n.      Ibn Khuzaimah
o.      Al-Daila>bi@
Adapun kitab yang menjadi sumber rujukan pertama al-Z|ahabi@ adalah kitab al-Ka>mil karya Ah}mad bin ‘Addi@, kitab al-Jarh} wa al-Ta’di>l karya Abu> Muh{ammad bin Abi> H{a>tim, al-D{u’afa>’ karya al-Da>ruqutni@, al-D{u’afa> karya al-H{a>kim dan selainnya.[33]
Kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l jika ditinjau dari segi coraknya, maka sudah jelas bercorak al-jarh} wa al-ta’di>l.
3.      Penilaian ulama terhadap kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l
Terkait dengan penilaian ulama terhadap kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, peneliti belum menemukannya sehingga belum bisa dicantumkan pada poin ini.
D.  Kelebihan dan Keterbatasan Kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l
Kelebihan:
1.      Memudahkan pengkaji untuk menemukan periwayat yang dicari karena berdasarkan alfabet.
2.      Mencantumkan kitab-kitab sumber sehingga pengkaji dapat merujuk langsung ke kitab aslinya.
Keterbatasan:
1.      Al-Z|ahabi@ membatasi pada sebagian tara>jum-nya dengan menyebutkan yang melemahkan tanpa menyebutkan yang menguatkan.
2.      Terkadang dalam menilai seorang periwayat, al-Z|ahabi@ tidak menggunakan data yang akurat (lihat halaman 17 poin j).



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.      Imam al-Z|ahabi@ bernama lengkap Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n bin Qa>yma>z bin al-Syaikh ‘Abdulla>h, al-Turkama>ni@, al-Fa>riqi@, s\umma al-Damasyqi@, al-Sya>fi@’i@, Syams al-Di>n Abu> ‘Abdulla>h al-Z|ahabi@. Imam al-Z|ahabi@ lahir pada tahun 673 H, ada pula yang mengatakan tahun 692 H,  di desa Kafr Bat}na> dan wafat pada tahun 748 H.
2.      Kitab yang menjadi objek kajian peneliti merupakan salah satu kitab al-al-jarh} wa al-ta’di>l, yakni kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l karya Syams al-Di>n Abu> ‘Abdulla>h al-Z|ahabi@ yang di-tahqi>q oleh Muh}ammad Rid}wa>n al-Qasu>si@. Diterbitkan pertama kali oleh Da>r al-Risa>lah al-‘A<lamiyyah di Beirut/Lebanon pada tahun 2009 M/1430 H. Sebelumnya kitab ini dinamakan Mi>za>n al-I’tida>l fi@> Asma> al-Rija>l. Nama ini pernah disebut dalam kitab Kasyf al-Z{unu>n (2/1917), Abjad al-‘Ulu>m (2/212), Risa>lah al-Mustat}rifah (halaman 145). Kemudian nama kitab ini diganti dengan Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l. Kitab ini merupakan salah satu sumber naqd terpenting dalam al-jarh} wa al-ta’di>l. Ibnu al-‘Ajami@ mengatakan bahwa al-Z|ahabi@ menulis kitab ini selama empat bulan kurang dua hari pada tahun 724 H.
3.      Di dalam menyusun kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, Imam al-Z|ahabi@ mengumpulkan periwayat yang mempunyai nama depan yang sama, seperti yang tercantum pada tabel sebelumnya (lihat tabel halaman 18).
4.      Kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: Memudahkan pengkaji untuk menemukan periwayat yang dicari karena berdasarkan alfabet; mencantumkan kitab-kitab sumber sehingga pengkaji dapat merujuk langsung ke kitab aslinya. Sedangkan keterbatasannya, yaitu: Al-Z|ahabi@ membatasi pada sebagian tara>jum-nya dengan menyebutkan yang melemahkan tanpa menyebutkan yang menguatkan; terkadang dalam menilai seorang periwayat, al-Z|ahabi@ tidak menggunakan data yang akurat.




DAFTAR PUSTAKA
Al-’Asqala>ni@, Abu> al-Fad}l Ah{mad bin ‘Ali@ bin Muh{ammad bin Ah{mad bin H{ajr ­Al-Durar al-Ka>minah fi@> A’ya>n al-Miati al-S|a>minah. Juz 5. India: Majlis Da>irah al-Ma’a>rif al-‘Us\ma>niyah. 1972.
Arsyi>I Multafa> Ahl al-Tafsi>r (Diambil dari CD Room al-Maktabah al-Sya>milah).
Al-Di>n, Muh}ammad bin Sya>kir bin Ah}mad bin ‘Abd al-Rah{ma>n bin Sya>kir bin Ha>run bin Sya>kir al-Malqa>b bi S{ala>h}. Fawa>t al-Wafi@ya>t. Juz 3. Beirut: Da>r S{a>dir, 1974.
Farid, Ahmad. 60 Biografi@ Ulama Salaf diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Asmu’i Taman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2006.
Al-H{amada>ni@, Ya>sir bin Ah{mad bin Mah{mu>dbin Ah{mad bin Abi> al-H{amd al-Kuwayyis. H{aya>h al-Tabi’i>n. Juz 1. Diambil dari CD Room al-Maktabah al-Sya>milah.
Ilyas, Abustani dan La Ode Ismail Ahmad. Pengantar Ilmu Hadis. Surakarta: Zadahaniva Publishing. 2013.
Ismail, Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang. 1992.
Jumantoro, Totok. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta: Bumi Aksara. 1997.
Murwiya>tih, Akram ‘Abd Kha>lifah H{amd al-Daila>mi@, Jam’ al-Qur’a>n Dira>sah Tah{li>liyyah li. Juz 1. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah. 2006.
Rahman, Fathur. Ikhtisar Mustalahul Hadis. Bandung: Al-Ma’arif. 1991.
Al-Ruwa>fi@d{, ‘Ali> bin Sult}a>n Abu> al-H{asan Nu>r  al-Di>n al-Mala> al-Halwi@ al-Qa>ri’, Syam al-‘Awa>rid{ fi@> Z|am. Juz 1. T.t: Markaz al-Furqa>n li al-Dira>sa>t al-Isla>miyyah. 2004.  
Sa’ad, Abu Abdillah Muh}ammad bin Sa’ad bin Mani>’ al-Ha>syimi@ bi al-wala>i al-Bisri@ al-Bagda>di@ al-Ma’ru>f bi Ibni. Al-T{abaqa>t al-Kubra>. Madinah: Maktabah al-‘Ulu>m wa al-Hukm. 1408.
Al-Sijista>ni@, Abu> Da>ud Sulaima>n bin al-Asy’as bin Isha>q bin Basyi>r bin Syadda>d bin ‘Amru> al-Azdi@. Sua>la>t Abi> ‘Ubaid al-Ajri@ Aba> Da>ud al-Sijista>ni@ fi> al-Jarh} wa al-Ta’di>l. Madi>nah al-Munawwarah: ‘Ima>dah al-Bah{s\ al-‘Ilmi>@ bi al-Ja>mi’ah al-Isla>miyyah. 1983
Al-Subki@, Ta>j al-Di>n Abi> Nas}r Abd al-Wahha>b bin ‘Ali@ bin ‘Abd al-Ka>fi@y. T{abaqa>t al-Sya>fi>’iyyah. T.t: T.p. 1413 H.
Al-Syaikh, Abd al-Sata>r. Al-H{a>fiz\ al-Z|ahabi@ Muarrikh al-Isla>m Na>qid al-Muh}addis\i>n Ima>m al-Mu’addili>n wa al-Mujarrih}i>n. T.t: Da>r al-Qalam. 1994.
Al-Syakh, Abd al-Lat}i>f bin Abd al-Rah{ma>n bin H{a>san bin Muh{ammad bin Abd al-Wahha>b A>li. ‘Uyu>n al-Rasa>il wa al-Wuju>bah ’ala> al-Masa>il. Juz 1. Al-Riya>d: Maktabah al-Rasyd. T.th.
Al-Walwi@, Syaik Muh{ammad Ibn al-‘Ulla>mah ‘Ali> bin A<dam Ibn Mu>sa> al-As\yu>bi@ Syarh{ al-Fi@yah al-Suyu>t}i>. Juz 2. Madi>nah: Maktabah al-Garba>’ al-As\riyyah. 1993.
Al-Yamani>@, Muh}ammad bin ‘Ali> bin Muh{ammad bin ‘Abdulla>h al-Syauka>ni>. Al-Badar al-T{a>li’ bimuh}a>sin min Ba’d al-Qarniy al-Sa>biy. Juz 2. Beirut: Da>r al-Ma’rifah. T.th.
Yu>suf, Syams al-Di>n Abu> al-Khair Ibn al-Jazari@ Muh{ammad bin Ah{mad bin. Ga>yah al-Niha>yah fi@> T{abaqa>t al-Qira>’. Juz 2. \T.t: Maktabah Ibn Taimiyyah. 1351 H.
Al-Z|ahabi@, Abi> ‘Abdillah Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n. Miza>n al-I’tida>l f@i> Naqd al-Rija>l. Juz 1. Beirut: Da>r al-Risa>lah al-‘A<lamiyyah. 2009 M/1430 H.
­­­­­­­­­_________. Mukhtas}ar al-‘Ulu> li al-‘Aliyyu al-‘Az{i>m li al-Z|ahabi@. Juz 1. Maktabah al-Isla>miy. 1991.
_________. Siyar A’la>m al-Nubala>’. Juz 1. Al-Qa>hirah: Da>r al-H{adi>s\. 2006.




[1]Mutawa>tir secara bahasa adalah isim fa>’il dari mas}dar tawa>tur artinya silih berganti. Secara terminologi, mutawa>tir ialah satu hadis hasil dari tanggapan panca indera yang diriwayatkan oleh sejumlah orang besar periwayat, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta. Lihat Totok  Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 189.
[2]Taqri>r ialah keadaan Nabi mendiamkan, tidak melakukan sanggahan atau mendisposisi apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan Nabi. Lihat Fathur Rahman, Ikhtisar Mustalahul Hadis (Cet. VII; Bandung: Al-Ma’arif, 1991), h. 9.
[3]Abustani Ilyas dan La Ode Ismail Ahmad, Pengantar Ilmu Hadis (Cet. II; Surakarta: Zadahaniva Publishing, 2013), h. 137.
[4]Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 72.
    [5]‘Abd al-Lat}i>f bin ‘Abd al-Rah{ma>n bin H{a>san bin Muh{ammad bin ‘Abd al-Wahha>b A>li al-Syakh, ‘Uyu>n al-Rasa>il wa al-Wuju>bah ’ala> al-Masa>il, juz 1 (Cet. I; al-Riya>d: Maktabah al-Rasyd, t.th), h. 397.
[6]Syams al-Di>n Abu> Abdilla>h Muh}ammad bin Ah{mad bin ‘Us\ma>n bin Qa>ima>z al-Z|ahabi@, Mukhtas}ar al-‘Ulu> li al-‘Aliyyu al-‘Az{i>m li al-Z|ahabi@, juz 1 (Cet. II; Maktabah al-Isla>miy, 1991), h. 5.
    [7]‘Abd al-Sata>r al-Syaikh, al-H{a>fiz\ al-Z|ahabi@ Muarrikh al-Isla>m Na>qid al-Muh}addis\i>n Ima>m al-Mu’addili>n wa al-Mujarrih}i>n (Cet. I; t.t: Da>r al-Qalam, 1994), h. 27.
    [8]Syams al-Di>n Abu> Abdilla>h Muh}ammad bin Ah{mad bin ‘Us\ma>n bin Qa>ima>z al-Z|ahabi@, Siyar A’la>m al-Nubala>’, juz 1 (Al-Qa>hirah: Da>r al-H{adi>s\, 2006), h. 31.
    [9]Ya>sir bin Ah{mad bin Mah{mu>d bin Ah{mad bin Abi> al-H{amd al-Kuwayyis al-H{amada>ni@, H{aya>h al-Tabi’i>n, juz 1 (Diambil dari CD Room al-Maktabah al-Sya>milah), h. 1410.
    [10]Salah satu nama desa di daerah Damaskus Timur. Kota tersebut terkenal sampai sekarang dan letaknya hanya beberapa kilometer dari Damaskus. Lihat Ahmad Farid,  60 Biografi Ulama Salaf diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Asmu’i Taman (Cet; I, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 813. Lihat juga Abu> al-Fad}l Ah{mad bin ‘Ali@ bin Muh{ammad bin Ah{mad bin H{ajr al-’Asqala>ni@, ­Al-Durar al-Ka>minah fi> A’ya>n al-Miati al-S|a>minah, juz 5 (Cet. II; India: Majlis Da>irah al-Ma’a>rif al-‘Us\ma>niyah, 1972), h. 66.
[11]Abu> ‘Abdilla>>h Muh}ammad bin Sa’ad bin Mani>’ al-Ha>syimi@ bi al-Wala>i al-Bisri@ al-Bagda>di@ al-Ma’ru>f bi ibn Sa’ad, al-T{abaqa>t al-Kubra>  (Cet. II; Madinah: Maktabah al-‘Ulu>m wa al-H{ukm, 1408 H), h. 43. Lihat juga Abu> Da>ud Sulaima>n bin al-Asy’as bin Ish}a>q bin Basyi>r bin Syadda>d bin ‘Amru> al-Azdi@ al-Sijista>ni@, Sua>la>t Abi> ‘Ubaid al-Ajri@ Aba> Da>ud al-Sijista>ni@ fi al-Jarh} wa al-Ta’di>l (Cet. I; Madi>nah al-Munawwarah: ‘Ima>dah al-Bah{s\ al-‘Ilmi@ bi al-Ja>mi’ah al-Isla>miyyah, 1983), h. 58. Lihat juga Muh}ammad bin ‘Ali> bin Muh{ammad bin ‘Abdilla>h al-Syauka>ni@ al-Yamani@, al-Badar al-T{a>li’ bi Muh}a>sin min Ba’d al-Qarni@ al-Sa>bi@, juz 2 (Beirut: Da>r al-Ma’rifah, t.th), h. 112. Lihat juga Akram ‘Abd Kha>lifah H{amd al-Daila>mi@, Jam’ al-Qur’a>n Dira>sah Tah{li>liyyah li Murwiya>tih, juz 1 (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2006), h. 323. Lihat juga ‘Ali> bin Sult}a>n Abu> al-H{asan Nu>r  al-Di>n al-Mala> al-Halwi@ al-Qa>ri’, Syam al-‘Awa>rid{ fi> Z|am al-Ruwa>fid{, juz 1 (Cet. I; t.t: Markaz al-Furqa>n li al-Dira>sa>t al-Isla>miyyah, 2004), h. 147.  
[12]Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Asmu’i Taman, h. 812. Lihat juga ‘Abd al-Sata>r al-Syaikh, Al-H{a>fiz\ al-Z|ahabi@ Muarrikh al-Isla>m Na>qid al-Muh}addis\i>n Ima>m al-Mu’addili>n wa al-Mujarrih}i>n,  h. 29. Lihat juga Syaikh Muh{ammad ibn al-‘Ulla>mah ‘Ali> bin A<dam ibn Mu>sa> al-As\yu>bi@ al-Walwi@, Syarh{ al-Fiyah al-Suyu>t}i@, juz 2 (Cet. I; Madi>nah: Maktabah al-Garba>’ al-As\riyyah, 1993), h. 284.
[13]Ta>j al-Di>n Abi> Nas}r ‘Abd al-Wahha>b bin ‘Ali@ bin ‘Abd al-Ka>fi@ al-Subki@, T{abaqa>t al-Sya>fi’iyyah (t.t.: t.p., 1413 H), h. 102.
[14]Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Asmu’i Taman,  h. 815-816.
[15]Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Asmu’i Taman, h. 817.
[16]Ta>j al-Di>n Abi> Nas}r Abd al-Wahha>b bin ‘Ali@ bin ‘Abd al-Ka>fi@ al-Subki@, T{abaqa>t al-Sya>fi’iyyah, h. 102.
[17]Abu> ‘Abdillah Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Siyar A’la>m al-Nubala>’, juz 1, h. 29-30.
[18]Syams al-Di>n Abu> al-Khair bin al-Jazariy Muh{ammad bin Ah{mad bin Yu>suf, Ga>yah al-Niha>yah fi> T{abaqa>t al-Qira>’, juz 2 (t.t: Maktabah Ibn Taimiyyah, 1351 H), h. 71. Lihat juga kitab Arsyi>I Multafa> Ahl al-Tafsi>r (Diambil dari CD Room al-Maktabah al-Sya>milah).
[19]Muh}ammad bin Sya>kir bin Ah}mad bin ‘Abd al-Rah{ma>n bin Sya>kir bin Ha>run bin Sya>kir al-Malqa>b bi S{ala>h} al-Di>n, Fawa>t al-Wafiya>t, juz 3 (Cet. I; Beirut: Da>r S{a>dir, 1974), h. 316. Karya-karya al-Z|ahabi@ sangat banyak. Basyar Iwad Ma’ruf menyebutkan dalam mukadimah kitab A’la>m al-Nubala>’ 215 karya al-Z|ahabi@, baik yang sudah dicetak, masih dalam bentuk transkip, maupun karangan-karangannya yang hilang. Lihat Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Asmu’i Taman, h. 812.
[20]Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Miza>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, juz 1 (Cet. I; Beirut: Da>r al-Risa>lah al-‘A<lamiyyah, 2009 M/1430 H), h. 8.
[21]Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Asmu’ Taman, h. 813.
[22]Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Siya>r A’la>m al-Nubala>’, juz 1, h. 31.
[23]Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, juz 1, h. 8.
[24]Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, juz 1, h. 50.
[25]Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Mi>za>n al-I’tida>l fi Naqd al-Rija>l, juz 1, h. 9-12.
[26]Abu> ‘Abdillah Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Miza>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, juz 1, h. 46.
[27]Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, juz 1, h. 393.
[28]Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, juz 1, h. 289.
[29]Al-Z|ahabi@ mengutip riwayat ‘A>s}im dari ibn Si>ri>n perihal al-bid’ah kubra> dan al-bid’ah sugra>. Ia berkata: Tidak perlu dipertanyakan sanadnya jika tidak terdapat/terjadi fitnah. Jika ada fitnah, maka dilihat siapa dari ahli sunnah yang mengambil hadisnya, dan siapa dari ahli bid’ah yang meninggalkan hadisnya.
[30]Al-Z|ahabi> mengemukakan bahwa ia tidak menyebutkan dalam kitabnya beberapa istilah yang dikemukakan oleh para pengkritik, yaitu: mah}alluh al-sidq (tempatnya adalah s}idq), la> ba’sa bih (tidak ada masalah dengannya), huwa s}a>lih al-hadi>s| (dia s}a>lih} al-h}adi>s|), yuktab hadi>s|uh (hadisnya ditulis), huwa syaikh (dia syaikh), dan penilaian-penilaian lain yang serupa dengannya. Al-Z|ahabi> tidak menyebutkan penilaian-penilaian itu karena ia menganggap penilaian-penilaian tersebut tidak menunjukkan ke-d}a’if-an periwayat secara mutlak. Lihat juga Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, juz 1, h. 48.
[31]Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, juz 1, h. 49.
[32]Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Mi>za>n al-I’tida>l fi@ Naqd al-Rija>l, juz 1, h. 23-25.
[33]Abu> ‘Abdilla>h Syams al-Di>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\ma>n al-Z|ahabi@, Mi>za>n al-I’tida>l fi Naqd al-Rija>l, Jilid 1, h. 45-46.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Translate

Pengikut

 
back to top