Selasa, 12 Januari 2016

METODE PENYUSUNAN KITAB AL-DIRAYAH FI TAKHRIJ AHADIS AL-HIDAYAH, KARYA IMAM IBNU HAJAR AL-ASQALANI

Tidak ada komentar:
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Islam adalah agama yang memiliki dua sumber utama yaitu al-qur’an dan sunnah atau yang sering disebut hadis, namun dalam sejarah perkembangan hadis dalam rentang waktu yang cukup panjang telah banyak terjadi pemalsuan hadis yang dilakukan oleh orang-orang dan golongan tertentu dengan berbagai tujuan.[1] Maka tidaklah  mengherankan  jika  ummat Islam sangat memberikan perhatian yang khusus terhadap hadis terutama dalam usaha pemeliharaan keasliannya, mengingat pada sejarah awal Islam, hadis dilarang ditulis dengan pertimbangan kekhawatiran percampuran antara al-Quran dan hadis sehingga yang datang kemudian sulit untuk membedakan antara hadits dan al-Quran.[2]
Berkaitan dengan tujuan di atas, maka kegiatan pendokumentasian hadis sebagai kegiatan penelitian hadis telah berlangsung dari zaman ke zaman dengan karakteristiknya masing-masing. Pendokumentasian hadis sebagai langkah awal penelitian hadis mendapat pijakan untuk pertama kalinya ketika adanya perintah resmi dari Khalifah Umar bin Abd’ al-Aziz (w. 101 H/720 M) salah seorang penguasa yang bijaksana dari Dinasti Umayyah, untuk mengumpulkan seluruh hadis yang berada di masing-masing daerah. Ulama hadis yang berhasil mengumpulkan hadis dalam satu kitab waktu itu adalah Syihab al-Di>n al-Zuhri (w. 724 H/742 M), seorang ulama hadis terkenal di wilayah Hijaz dan Syam.
Setelah hadis terkumpul dan tersesun dalam kitab, maka sebagian ulama meneliti keaslian hadis dari sisi sanadnya, karena menurut ulama sanad adalah bagian dari agama. Sehingga banyak kitab yang muncul terkait dengan penelitian hadis dengan berbagai metode  dan corak yang digunkan oleh ulama. Oleh karena itu penulis ingin menelti metodelogi yang digunakan oleh Ibn H{ajar dalam menyusun  kitab al-Diraya>h fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hidaya>h.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, pemakalah dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.            Bagaimana biografi penulis kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hida>yah?
2.            Bagaimana latar belakang penyusunan kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hida>yah ?
3.            Bagaimana metode penyusunan kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hida>yah ?
4.            Apa kelebihan dan keterbatasan kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hida>yah ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.  Biografi
1.       Biodata pengarang
Namanya al-Ima>m al-H{afi>z Syihabuddin Abu> al-Fadl Ah{mad bin Ali> bin Muh{ammad bin Muh{ammad bin Ali> bin Mah>mu>d bin Ah{mad bin H{ajar, al-Kina>ni (dari kabilah Kinanah), al-Asqala>ni (berasal dari Asqalan), al-Misri sebagai tempat kelahiran, tempat pertumbuhan, tanah air, dan tempat wafatnya, ia lahir di Kairo Mesir pada tanggal 12 Sya’ban 773 H, yang bertepatan dengan tanggal 18 Februari 1372 M[3]. dan wafat tanggal 28 Z|ulhijjah 852 H, yang bertepatan dengan tanggal 22 Februari 1449 M di Mesir dan dimakamkan di Qarafah al-Sugra[4].
Ibn H{ajar ditinggalkan oleh orang tuanya sejak usia dini, ayahnya yang juga seorang ulama besar dan mufti, meninggal ketika ia berusia empat tahun dan ibunya Tujjar, yang juga seorang ahli niaga, telah lebih dahulu meninggalkannya. Ia diasuh oleh seorang saudagar, Zaky al-Di>n Abu Bakr al-Karubi>, yang meninggal saat Ibn Hajar  berusia 14 tahun.[5]
2.      Riwayat pendidikan
Pada usia lima tahun, Ibn H{ajar  sudah  masuk sekolah, dan  pada usia sembilan tahun telah  mampu menghafal Al-Qur’an, di bawah bimbingan Muhammad bin ‘Abd al-Razza>q al-Safati. Pada usia 11 tahun, ia berangkat haji bersama pengasuhnya, yaitu sekitar tahun 784 H Sekaligus belajar hadis di Makah al-Mukarramah kepada Syeh Afifuddin al-Naisaburi> dan belajar hadis Bukhari kepada Syeh al-Makki, disinilah ia  pertama kali berguru mengenai hadis[6]. Dalam usia 23 tahun Ibnu Hajar telah menekuni hadis.
Dalam menekuni studinya ini ia mengadakan perjalanan panjang ke Hijaz dan  Yaman pada bulan Syawal 799 H atau Juli 1397 M sampai 801 H/1399 M, di Palestina dan Suriah. Perjalanan studinya itu berakhir ketika ia kembali dari Suriah pada tahun 803 H/1400 M. Diceritakan dalam kitab Subu al-Sala>m bahwa Ibn H{ajar dalam rangka mengasah hafalan hadisnya ia membagi waktunya, diantaranya adalah ia pernah membaca hadis Sunan Ibn Ma>jah di empat majlis, Shah{ih{ Muslim  di empat majlis, Shah{ih} Bukhari> di sepuluh majlis dan Sunan al-Nasa>’i sepuluh majlis. Dan didalam perjalanannya ke Syam ia juga pernah membaca Mu’jam al-Thabra>ni al-Sagi>r  dalam satu majlis.[7]
Setelah pulang dari perjalanan itu, ia kembali ke Mesir, dan ia telah hafal kitab ‘Umdat Al-Ahka>m, karya al-Maqdi>si, Mukhtashar Ibn Hajib, Mulhamat al-I’rab, karya Al-Harawi, Alfiyah karya al-Ira>qi, Alfiyah karya Ibn Ma>lik, dan Tanbih karya al-Syira>zi.[8]
Dia menekuni beberapa pelajaran hingga mencapai tingkatan puncak, kemudian beralih kepada penyebaran hadis,  menulis dan mengeluarkan fatwa kemudian mendapat kehormatan menjadi hakim di beberapa kota selama kurang lebih  21 tahun,  mengajar tafsir, hadis, nasehat dan fiqh dibeberapa tempat[9]. Beliau mengajar di beberapa madrasah, diantaranya mengajar tafsir di al-Madrasah al-Husainiyah dan Al-Mansuriyah, mengajar hadis di Mada>ris al-Babrisiyah, al-Zainiyah, Membuka majlis Tasmi’ al-hadi>s\ di Al-Mah{mudiyah serta mengajarkan fiqih di al-Muayyudiyah dan selainnya. Beliau juga memegang masyikhakh (semacam kepala para Syeikh) di al-Madrasah al-Baibrisiyah dan madrasah lainnya[10]
3.      Guru-gurunya
Diantara guru-gurunya terdiri dari guru-guru yang ahli dalam disiplin ilmu dan berpengetahuan luas serta para tokoh agama terkemuka. Diantaranya adalah :
a.       al-Burhan al-Tanukhi (800 H)
b.      al-Zain al-‘Ira>qi (805 H)
c.       al-Hais\ami> (807 H)
d.      Siraj al-Di>n Ibn  Mulqi>n (804 H)
e.       al-Maji>d al-Syairazi (817 H)
f.        al-Ghamari> (802 H)
g.      al-Muhib bin Hisya>m (799 H),  dan masih banyak guru-guru lainnyayang tidak dapat disebutkan.[11]

4.       Karya-karya Ibn H{ajar
Al-Syakhawi> menyebutkan dalam kitabnya al-Jawa>hir wa al-Dura>r, bahwa karangan Ibn H{ajar berjumlah 270 kitab, al-Suyu>ti dalam kitabnya Najm al-Uqya>n menyebutkan, karangannya berjumlah 198 kitab[12]. Muh{ammad Zuba>ir Siddiqi mengakan Ibn H{ajar meninggalkan setidaknya 150 karya, baik yang selesai maupun yang belum.[13]dan yang lain mengatakan, bahwa karangannya berjumlah 100 kitab[14]. Namun penulis hanya menyebutkan beberapa diantaranya:
a.       Asba>b al-Nuzu>l
b.      al-Itqan fi> Jam’i ah{a>di>s\ fad{a>il al-Qur’a>n
c.       Nukhbah al-Fikr fi> Must{alah ahl al-As\ar
d.      Fath al-Ba>ri> Syarh Sah{ih} al-Bukha>ri>
e.       al-Istidra>k al-Saikhihi al-‘Ira>qi
f.        Takhri>j al-H{adi>s\ Muntaha al-Suwali
g.      Takhri>j al-H{adi>s\ Azkar al-Nawawi>
h.      al-Tamyi>z fi> Takhri>j al-H{adi>s\ (al-Ghaza>li>)
i.        al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>di>s\ al-Hida>yah
j.        Ithaf al-Mahrah
k.      Al-Nukka>t al-Diraf ala> Athra>f
l.        Bulug al-Mara>m[15]
m.    al-Is{a>bah fi> Tamyi>z al-Shaha>bah
n.      Lisa>n al-Miza>n
o.      Taz\i>b al-Tahz\i>b
p.      Taqrib al-Tahz\i>b
q.      Ta’jil al-Manfa>h Birija>l al-Aimmah al-Arba’ah[16]
5.      Penilaian  Para Ulama Terhadap Ibn H{ajar
Al-H{afiz al-Sakhawi berkata, “Adapun pujian para ulama terhadapnya, ketahuilah pujian mereka tidak dapat dihitung. Mereka memberikan pujian yang tak terkira jumlahnya, “Ia adalah syaikh, yang alim, yang sempurna, yang mulia, seorang muhhadis\ (ahli hadis), yang banyak memberikan manfaat, yang agung, seorang al-H{afiz, yang sangat bertaqwa, yang dhabit (dapat dipercaya perkataannya), yang s\iqah, yang amanah,  al-Imam, al-Alim, yang pandai dalam nasikh dan mansukh, yang menguasai al-Muwa>faqat dan al-Abda>l, yang dapat membedakan antara rawi-rawi yang s\iqah dan da’if, yang banyak menemui para ahli hadis, dan yang banyak ilmunya dalam waktu yang relatif pendek.”[17]
Jal al-Di>n al-Suyu>ti mengatakan, “ Ibn H{ajar adalah orang yang disegani dizamannya, pembawa bendera sunnah, bagaikan emas dimasanya dan berlian yang telah ditebarkannya diberbagai daerah. Dia adalah imam dalam bidang hadis, saksi hadis yang paling disegani dan seorang hakim dalam jarh wa ta’dil.[18] Demikian juga Ibn H{ajar sendiri dalam menyebutkan biografi syaikhnya al-‘Ira>qi mengatakan,” al-‘Ira>qi mengakui hafalanku tentang nama negara dan tempat-tempat. dan beberapa kali menuliskan tentang hal itu kepadaku, dan ketika ditanya menjelang ajalnya tentang orang-orang yang kuat hafalanya, maka ia memulainya denganku.[19] Ibn H{ajar juga pernah mengatakan, “ Guruku al-Imam Muhibuddin mengatakan kepadaku , Bagilah cita-citamu (disamping hadis) dengan fiqih. Karena menurutku ulama daerah ini akan habis, sehingga engkau akan dibutuhkan. Oleh karena itu janganlah kamu menyia-nyiakannya”.[20]Dan masih banyak lagi ulama yang memberikan pujian kepadanya.
B.   Gambaran Umum Kitab
Kitab yang menjadi objek kajian adalah kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hida>yah yang  merupakan salah satu kitab Takhri>j  yang dikarang oleh al-H{afi>z Ibn H{ajar al-‘Asqala>ni  dan  ditah{qi>q  oleh Syayyid ‘Abdulla>h Ha>syim al-Yama>ni> al-Madani>.  Kitab ini merupakan kitab ringkasan dari kitab Nasb al-Raya>h li aha>dis\ al-Hida>yah  yang dikarang oleh al-H{afiz Jamaluddi>n Abu> Muh{ammad Abdullah bin Yu>suf al-Zaila’i> al-H{anafi ( Wafat: 726 H)[21]. Kitab Nasb al-Ra>yah merupakan kitab yang berisi takhri>j[22] atas hadis-hadis dalam kitab Al-Hida>yah karangan al-Alla>mah Ali> bin Abi> Bakr al-Marghina>ni> al-H>{anafi (w.593 H) yang merupakan kitab fiqh al-H{anafi yang paling besar.  Jadi sumber awalnya adalah kitab al-H{idaya>h, kemudian di takhri>j  hadisnya oleh al-Zaila’i> dalam Nasb al-Raya>h,  kemudian Nasb al-Raya>h ini di ringkas oleh Imam Ibn H{ajar menjadi kitab al-Diraya>h fi> Takhri>j Ahadis\ al- H{idaya>h. penulis belum menemukan alasan Ibn H{ajar memberi judul al-Diraya>h fi> Takhri>j  Ahadis\ al- H{idaya>h,  tetapi penulis menduga bahwa pemberian judul tersebut dikarenakan kitab tersbut adalah kitab takhri>j atas hadis-hadis yang terdapat  dalam  kitab al-H{ida>yah  yang dikarang oleh al-Alla>mah Ali> bin Abi>  Bakr al-Marghina>ni>  al-H>{anafi. Kitab ini diterbitkan di Beirut, Da>r al-Ma’rifah pada tahun 1384 H dengan jumlah dua jilid.
Selanjutnya  salah satu alasan Ibn H{ajar menyusun kitab ini  selain dari adanya permintaan dari sahabat-sahabtnya adalah Ibn H{ajar menyusun kitab tersebut dengan harapan mudah-mudahan kitab tersebut dapat menjadi rujukan  dan  bermanfaat bagi ummat secara umum dan orang-orang yang bermazhab H{anafi secara khusus.[23] Karena Ibn H{ajar sendiri adalah ulama yang bermazhab Syafi’i.



C.   Metode penulisan kitab
1.      Sistematika penyusunan kitab
Dalam kitab yang menjadi objek kajian (al-Dira>yah fi> Takhri>j aha>dis\ al-H{ida>yah),  Ibn H{ajar  memiliki sistematika penyusunan kitab yang tidak jauh berbeda dengan al-H{afiz al-Zaila’i> dalam kitab Nasb al-Ra>yah yaitu berdasarkan tema atau bab-bab  fikih,  yang terdiri dari 48 bab atau kitab, dan 1085 hadis. Adapun urutan  penyusunan bab atau kitab dapat dilihat pada tabel berikut:      
No
Nasb Al-Raya>h /Al-Dira>yah (Kitab)
Nasb al-Raya>h
Al-Dira>yah
Juz I
Jmlh Hadis
halaman
No.
Hadis
Jmlh Hadis
1.
2.
3.
4.
كتاب الطَّهَارَة
كتاب الصَّلَاة
كتاب الزَّكَاة
كتاب الصَّوْم
111
230
44
38
11-97
98-247
248-274
275-289
1-92
93-315
316-358
359-389
92
223
43
31
No
Kitab
Jmlh Hadis
Juz II
Halaman
No.
Hadis
Jmlh Hadis
5
6
7
كتاب الْحَج
كتاب النِّكَاح
كتاب الرَّضَاع
148
30
5
3-54
55-67
68
390-529
530-559
560-563
140
30
4
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
كتاب الطَّلَاق
كتاب الْعتْق
كتاب الْأَيْمَان
)كتاب الْحُدُود(
            كتاب السرقة
كتاب السّير
كتاب اللَّقِيط واللقطة
كتاب الْآبِق والمفقود
كتاب الشّركَة
كتاب الْوَقْف
كتاب الْبيُوع
 (كتاب الصّرْف)
كتاب الكفالة
كتاب الحوالة
كتاب أدب الْقَضَاء
)كتاب الشَّهَادَات(
كتاب الوكالة
كتاب الدَّعْوَى
كتاب الْإِقْرَار وَالصُّلْح
كتاب الْمُضَاربَة والوديعة وَالْعَارِية
كتاب الْهِبَة
كتاب الْإِجَارَة
كتاب الْمكَاتب
كتاب الْوَلَاء
57
11
12
61
16
64
8
1
3
5
54
5
3
2
10
12
4
10
2
5
11
9
4
8
69-84
85-89
90-93
94-113
-
114-139
140-141
142-143
144
145-146
147-162
163-164
-
-
165-169
170-174
-
175-179
180
181-182
183-185
186-190
191-192
193-196
564-613
614-624
625-636
637-689
-
690-746
747-752
753
754-755
756-760
761-808
809-813
-
-
814-823
824-838
-
839-845
846-847
848-852
853-860
861-868
869-871
872-878
50
11
12
53
-
57
6
1
2
5
48
5
-
-
10
15
-
7
2
5
8
8
3
7
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
كتاب الْإِكْرَاه
كتاب الْحجر
كتاب الْمَأْذُون
كتاب الْغَصْب
كتاب الشُّفْعَة
كتاب الْقِسْمَة
كتاب الْمُزَارعَة
كتاب الْمُسَاقَاة
كتاب الذَّبَائِح
كتاب الْأُضْحِية
كتاب الْكَرَاهِيَة
كتاب إحْيَاء الْموَات
كتاب الْأَشْرِبَة
كتاب الصَّيْد
كتاب الرَّهْن
كتاب الْجِنَايَات
كتاب الدِّيات
كتاب المعاقل
كتاب الْوَصَايَا
كتاب الْخُنْثَى
كتاب الْفَرَائِض

2
5
1
4
8
1
2
-
25
18
49
6
11
8
4
18
38
6
10
2
26
197
198-199
200
200
201-203
204
204
205
205-212
213-217
218-243
244-246
247-253
254-256
257-258
259-270
271-287
288
289-294
295
296-300
879-880
881-883
-
884-887
888-895
896
897-898
-
899-919
920-934
935-983
984-987
988-994
995-999
1000-1003
1004-1019
1020-1051
1052
1953-1061
1062
1063-1085
2
3
-
4
8
1
2
-
21
15
49
4
7
5
4
16
32
1
9
1
23
Jumlah
1.206
300
1.085
1.085

Keterangan tabel :
a.       Pada tabel di atas penulis sengaja mencantumkan jumlah hadis yang terdapat dalam kitab Nasb al-Raya>h  yang dalam hal ini adalah kitab yang diringkas oleh Ibn H{ajar dengan judul al-Dira>yah, dengan tujuan agar dapat diketahui berapa jumlah hadis yang dikutip oleh Ibn H{ajar dan yang tidak dikutip. Contoh :
Dalam bab al-fara>’id nomor 52, didalam kitab Nasb al-Raya>h jumlah hadisnya sebanyak 26 hadis dan diringkas oleh Ibn H{ajar menjadi 23 hadis. Dengan demikian dapat diketahui dan dipahami bahwa ada 3  hadis yang tidak dikutip oleh Ibn Hajar dari kitab Nasb al-Raya>h.
b.      Pada  tabel di atas ada beberapa bab yang penulis beri garis bawah seperti pada bab nomor 12, 20, 21, 24. dan tanda ( ) pada bab nomor 11, 19, 23. Bab  yang bergaris bawah adalah bab yang berdiri sendiri dalam kitab Nasb al-Raya>h  tetapi tidak berdiri sendiri dalam kitab al-Dira>yah, dia masuk dalam bab yang diberi tanda ( ). Oleh karena itu dia tidak memiliki hadis secara tersendiri karena sudah masuk dalam bab yang bertanda ( ).  Contoh :
Bab al-Wika>lah nomor 24 tidak berdiri sendiri dalam kitab al-Dira>yah, tetapi dia masuk dalam pembahan bab Syaha>dat nomor 23.
c.       Pada tabel  ada bab yang tidak memiliki hadis secara tersendiri. Dalam bab tersebut hanya mencantumkan petunjuk bahwa hadis dalam bab tersebut sudah dicantumkan pada bab sebelumnya. Contoh :
Pada bab al-Musa>qah tidak memiliki hadis secara tersendiri, namun dalam bab tersebut hanya mencantumkan petunjuk bahwa hadisnya sudah tercantum pada bab sebelumnya yaitu pada bab al-Muja>ra’ah hadis Ahl al-Khaibar nomor 897. Peneliti menduga bahwa salah satu alasan penyusun kitab adalah agar tidak terjadi pengulangan dalam menuliskan hadis.
Selanjutnya dalam kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j aha>dis\ al-H{ida>yah tersebut dalam menuliskan hadis Ibn  H{ajar menggunakan metodologi sebagai berikut :
a.       Menyebutkan hadis, kemudian beliau sebutkan tempat hadis tersebut diambil, apakah dari Sh{ah}ih Bukha>ri, Sh{ah}ih Muslim, Sunan Abi> Daud, Sunan al-Tirmiz\i, Sunan al-Nasa>’i, Musnad Ah{mad bin H{anbal, Sunan Ibn Ma>jah, Sunan al-Baihaqi dst. Contoh :
3- حَدِيث إِذا اسْتَيْقَظَ أحدكُم من مَنَامه فَلَا يغمس يَده فِي الْإِنَاء حَتَّى يغسلهَا ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يدْرِي أَيْن باتت يَده
 أخرجه مُسلم من طَرِيق عبد الله بن شَقِيق عَن أبي هُرَيْرَة
وَأخرجه من رِوَايَة أبي صَالح عَن أبي هُرَيْرَة أَيْضا بِلَفْظ إِذا قَامَ أحدكُم من اللَّيْل
 وَأخرجه البُخَارِيّ من طَرِيق الْأَعْرَج عَنهُ بِلَفْظ إِذا اسْتَيْقَظَ أحدكُم من نَومه فليغسل يَده قبل أَن يدخلهَا فِي الْإِنَاء
وَأخرجه الْبَزَّار من طَرِيق ابْن سِيرِين عَن أبي هُرَيْرَة بِلَفْظ فَلَا يغمسن يَده فِي طهوره بِزِيَادَة نون التَّأْكِيد فِي يغمسن وَهِي مُوَافقَة لإيراد الأَصْل
وأخرجه ابْن ماجة عَن جَابر بِلَفْظ إِذا قَامَ أحدكُم من النّوم فَأَرَادَ أَن يتَوَضَّأ  فَلَا يدْخل يَده فِي وضوئِهِ حَتَّى يغسلهَا فَإِنَّهُ لَا يدْرِي أَيْن باتت يَده وَلَا عَلَى موضعهَا
b.      Sebagian besar hadis yang ditulis dalam kitab tersebut telah dicantumkan kualitasnya, baik itu Sh{ah}ih, H>{asan dan dha’if, bahkan kadang-kadang Ibn H{ajar mencantumkan  jarh wa ta’dil dari rawi yang terdapat dalam sanad hadis yang disebutkan.
Contoh Jarh  :
547 حَدِيث أَلا لَا يُزَوّج النِّسَاء إِلَّا الْأَوْلِيَاء وَلَا يزوجن إِلَّا من الْأَكفاء .الدَّار قطنى من حَدِيث جَابر بِلَفْظ لَا تنْكِحُوا النِّسَاء إِلَّا الْأَكفاء وَلَا يزوجهن إِلَّا الْأَوْلِيَاء وَلَا مهر دون عشرَة دَرَاهِم وَإِسْنَاده واه لِأَن فِيهِ مُبشر بن عبيد وَهُوَ كَذَّاب
Contoh Ta’dil :
556 -حَدِيث من كَانَ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَال إِلَى إِحْدَاهمَا فِي الْقسم جَاءَ يَوْم الْقِيَامَة وَشقه مائل أَصْحَاب السّنَن وَالْبَزَّار عَن أبي هُرَيْرَة مَرْفُوعا من كَانَ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَال إِلَى إِحْدَاهمَا جَاءَ يَوْم الْقِيَامَة وَشقه مائل وَرِجَاله ثِقَات.
2.      Sumber-sumber hadisnya
Setelah melakukan penelitian terhadap kitab tersebut, bila ditinjau dari sisi sumbernya maka hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-Dirayah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hidayah bersumber atau terdapat dalam kitab-kitab matan berikut :
a.       Shah}ih{ al-Bukha>ri
b.      Shah}ih{ Muslim
c.       Sunan Abi> Daud
d.      Sunan al-Tirmiz\i
e.       Sunan al-Nasa>’i
f.        Sunan Ibn Ma>jah
g.      Musnad Ah{mad bin H{anbal
h.      Muat{t{a’ Ma>lik
i.        Sunan al-Da>rimi>
j.        Sunan al-Baihaqi>
k.      Sunan al-Da>rqut{ni>
l.        Sunan Said bin Mansu>r
m.    al-Mustadrak Ala> al-Shah{ih{ain
n.      Shah}ih{ Ibn H{ibba>n
o.      Shah}ih{ Ibn Khuzaimah
p.      Mu’jam al-T{abra>ni>
q.      Musnad Abi> Daud al-Taya>lisi>
r.        Musnad Abdilla>h Ibn al-Muba>rak
s.       Musnad al-Syafi’i>
t.        Musnad Abu> H{ani>fah
u.      Musnad Ibn Abi> Syaibah
v.      Musnad Abu> Ya’la
w.    Musnad al-Bajja>r
x.      Musnad al-Sira>j
y.      Musnad Abd al-Rajja>q
z.       Musnad Ish{aq bin Ra>hawaih
aa.   Musnad al-Ha>ris\
3.      Metode dan Corak  kitab al-Diraya>h
Berdasarkan  sistematika penyusunan kitab yang menjadi objek kajian, bila ditinjau dari segi metode, maka kitab tersebut masuk dalam kategori metode maudu>’i  (tematik), karena menggunakan metode berdasarkan tema atau bab-bab fiqih. Dan  bila dilihat dari sisi coraknya maka kitab tersebut termasuk kitab yang bercorak hukum/fiqih. 
4.      Penilaian ulama terhadap kitab
Terkait dengan penilaian ulama terhadap kitab yang menjadi objek kajian, penulis tidak banyak menemukan penilaian-penilaian dari ulama, yang ada hanya penilaian Mah{mu>d al-T{ah{h{a>n. Mah{mud al-T{ah{h{a>n mengatakan ketika menilai kitab Nasb al-Raya>h  yang dikarang oleh al-H{afiz al-Zaila>’i yang secara tidak langsung merupakan  penilaian terhadap kitab al-Dira>yah,  bahwa kitab Nasb al-Raya>h adalah kitab Takhri>j  yang tidak ada bandingannya pada masanya. Hanya ada yang hampir menyamainya yaitu Ibn H{ajar, karena dia mengikuti metode al-H{afiz al-Zaila>’i. dan Mah{mud al-T{ah{h{a>n juga mengatakan bahwa kitab al-Dira>yah  adalah kitab yang mudah dipahami dan tidak membutuhkan waktu yang lama[24].
5.      Kelebihan dan keterbatasan
Tentunya  tidak bisa dipungkiri bahwa setiap sesuatu memiliki kelebihan dan keterbatasan, demikian pula dalam dunia keilmuan, setiap karya (kitab) yang dihasilkan oleh setiap orang (ulama) pasti memiliki kelebihan dan keterbatasan, tergantung dari sisi atau aspek yang dinilai. Oleh karena penulis mencoba memberikan penilaian terhadap kitab yang menjadi objek kajian.
a.       Kelebihan
1)      Menyebutkan sumber-sumber hadis baik dari Shah{ih{ Bukha>ri, Shah{ih{ Muslim dst, sehingga akan mudah bagi peneliti untuk mengetahui jumlah jalur sanadnya.
2)      Menyebutkan semua rawi a’la> apabila lebih dari satu. Hal ini akan memudahkan bagi peneliti hadis dalam melakukan i’tibar[25] dalam penelitian, karena dengan adanya penyebutan semua rawi a’la> yang terlibat dapat diketahui ada atau tidaknya  periwayat yang berstatus sya>hid[26].
3)       Kadang menyebutkan kualitas hadis  sekaligus  jarh wa ta’dil  dalam sanad sehingga  dapat  diketahui hadis-hadis atau jalur sanad yang dapat dijadikan sebagai hujjah atau tidak. 
b.      Keterbatasan
1)      Tidak menyebutkan seluruh rawi yang terdapat dalam setiap jalur sanad, sehingga harus  merujuk pada kitab asli, tetapi hal ini tidak terlepas dari tujuan kitab ini, yaitu sebagai kitab ringkasan.
2)      Karena tidak adanya penyebutan seluruh rawi yang terlibat dalam periwayatan  sehingga metode penerimaannya pun tidak jelas. Hal ini memaksa setiap peneliti untuk kembali ke kitab-kitab aslinya untuk melihat adanya kemungkinan  tadli>s  atau hal-hal lain yang dapat merusak keabsahan hadis.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.      Nama lengkap Ibn H{ajar adalah Al-Imam Al-Hafizh Syihabuddin Abu Al-Fadhal Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar, al-Kinani (dari kabilah Kinanah), al-Asqalani (berasal dari Asqalan), al-Mishri sebagai tempat kelahiran, tempat pertumbuhan, tanah air, dan tempat wafatnya, Ia lahir di Kairo Mesir pada tanggal 12 Sya’ban 773 H, yang bertepatan dengan tanggal 18 Februari 1372 M[27]. dan wafat tanggal 28 Dzulhijjah 852 H, yang bertepatan dengan tanggal 22 Februari 1449 M di Mesir dimakamkan di Qarafah ash-Shugra
2.      Ibn H{ajar al-Asqalani  adalah salah satu ulama besar pada masanya, pakar dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang  hadis. Ia telah banyak menghasilakan karya dalam dunia pendidikan. Sehingga banyak sanjungan yang ditujukan kepadanya baik dari segi keilmuan maupun perilakunya.
3.      Kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-H{idayah disusun berdasarkan tema atau bab-bab fiqih.
4.      Salah satu kelebihan kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-H{idayah adalah menyebutkan semua rawi a’la> apabila lebih dari satu yang terlibat dalam meriwayatkan hadis dari nabi saw. Dan keterbatasanya adalah  tidak jelasnya bentuk periwayatan dalam sanad.
Daftar Pustaka
Abdi Gazirah, Terjemah  Fath al-Ba>ri Syarah Shahih Bukhari, Ummah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002
Ahmad Arifuddin, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi Jakarta: Insan Cemerlang, t.th,
Ah}mad Abu> al-H{usain ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah,  Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M
Amiruddin Muh{ammad Ali, Ibn H{ajar al-Asqala>ni> Jarh dan Ta’dil Periwayat Hadis, Alauddin University Press, 2012
Asla>m ‘Abu> Hasa>n, Asla>m bin Sahl, Ta>rikh Wa>sit}, Cet. I Beirut; ‘A<lim al-Kita>b, 1406 H
al-Asqala>ni Ibn H{ajar, al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>di>s\ al-H{idayah, Beirut: Da>r al-Ma’a>rif, 1384 H
                     , Fath al-Ba>ri bi Syarh Shah{ih{ al-Bukha>ri, , Beirut: Da>r al-Fikr, 1996
                     , Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Beirut: Da>r al-Fikr, 1984
al-Azi>z Abd’ al-Rasyi>d Abd Salim, Syarh Bulug  al-Mara>m, Surabaya: Halim Jaya, 2005
Ensiklopedi Islam, “Ibn H{ajar al-Asqala>ni” Ensiklopedi Islam, Cet. IX. Jakarta. PT Ichtiar  Baru Van Hoeve. 2001
Farid Ah{mad, 60 Biografi Ulama Salaf, diterjemahkan oleh Masturi Irham, Pustaka al-Kaustsar, 2006
al-Ha>di Ah{mad bin Muh{ammad >, T{abaqa>t al-Mufassiri>n, Cet, I, Saudiyah; Maktabah al-‘Ulu>m, 1417 H
Ismail M.Syuhudi, “Metodologi  Penelitian Hadis Nabi”, cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992
Machfuddin M. Aladip, Terjemah Bulug al-Mara>m,  Semarang: Toha Putra , 1985
Majid  Hamid Abdul, Ringkasan Amir al-Mu’minin fi> al-H{adi>s\ Ah{mad bin Ali> bin H{ajar al-‘Asqalani, al-Majlis al-A’la> li al-Syu’yun al-Islamiah, t.th
Majid Nur Kholis, Sunnah Dan Peranannya Dalam Penetapan Hukun Islam: Sebuah Pembelaan Kaum Sunni, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992,
Mustafa Muhammad ‘Azami, Metodelogi Kritik Hadits, Bandung: Pustaka Hidayah.1996
al-Rah{man Abd bin Abi> Bakr, Najm al-Uqya>n fi> A’ya>n al-A’ya>n Beirut Maktabah al-‘Alamiyah, t,th
Rudiyana Muhammad Dede,. Perkembangan Pemikiran Ulum Hadits Dari Klasik Sampai Modern. Pustaka Setia Bandung. Cetakan I 2004.
al-Sakhawi  Syam al-Di>n Muh{ammad bin Abd’ al-Rah{man, Al-Jawha>r wa al-Dura>r, Da>r Ibn Hazm, t.th
                  , al-Dau’ al-La>mi’  Beirut; Da>r al-Jai>l, t.th
al-Shan’any, Subul al-Sala>m, Riyadh; Maktabah Nazr Musta>fa>, 1995
al-T{ah{h{a>n Mah{mud, Usu>l Takhri>j wa Dira>sati al-Asa>nid, Riyadh : Maktabah al-Ma’a>rif, 1417 H




                                                                                                                                                                                                                                   






[1]Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi (Jakarta: Insan Cemerlang, tth), h, 63.
[2]Nur Kholis Majid, Sunnah Dan Peranannya Dalam Penetapan Hukun Islam: Sebuah Pembelaan Kaum Sunni (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), h. 32

[3]Muhammad Mustafa ‘Azami, Metodelogi Kritik Hadits,(Bandung: Pustaka Hidayah.1996), h. 1785
[4]Ibn H{ajar al-Asqala>ni, Fath al-Ba>ri bi Syarh Shah{ih{ al-Bukha>ri, juz I, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1996)
[5]Ensiklopedi Islam, “Ibn H{ajar al-Asqala>ni” Ensiklopedi Islam, Jilid II(Cet. IX. Jakarta. PT Ichtiar  Baru Van Hoeve. 2001). h.154-155.
[6]M. Machfuddin Aladip, Terjemah Bulug al-Mara>m,( Semarang: Toha Putra , 1985 ),h. 25
[7]Al- Shan’any, Subul al-Sala>m, (Riyadh; Maktabah Nazr Musta>fa>, 1995), h. 1
[8]Muhammad Dede Rudiyana, MA. Perkembangan Pemikiran Ulum Hadits Dari Klasik Sampai Modern. Pustaka Setia Bandung. Cetakan I 2004. H. 88
[9]Abd’ al-Rasyi>d Abd al-Azi>z Salim, Syarh Bulug  al-Mara>m,(Surabaya: Halim Jaya, 2005), h. 15
[10]Syam al-Di>n Muh{ammad bin Abd’ al-Rah{ma>n, al-Sakhawi,> al-Dau’ al-La>mi’ Juz II (Beirut; Da>r al-Jai>l). h. 39
[11]Ah}mad ibn ‘Ali ibn H{ajar al-‘Asqala>ni>, Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Juz I, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1984), h. 6

[12]Abd al-Rah{man bin Abi> Bakr, Najm al-Uqya>n fi> A’ya>n al-A’ya>n (Beirut Maktabah al-‘Alamiyah, t,th) h.45
[13]Muh{ammad Ali Amiruddin, Ibn H{ajar al-Asqala>ni> Jarh dan Ta’dil Periwayat Hadis, (Alauddin University Press, 2012), h. 11
[14]Ibn H{ajar Al-Asqalani, Fath al-Ba>ri Syarah Shahih Bukhari, penerjemah, Gazirah Abdi Ummah,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), h. 4
[15]Ah}mad ibn ‘Ali ibn H{ajar al-‘Asqala>ni>, Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Juz I, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1984), h. 11
[16]‘Abu> Hasa>n, Asla>m bin Sahl bin Asla>m, Ta>rikh Wa>sit}, Cet. I (Beirut; ‘A<lim al-Kita>b, 1406 H), Juz I. h 278
[17]Syam al-Di>n Muh{ammad bin Abd’ al-Rah{ma>n, al-Sakhawi>, al-Dau’ al-La>mi’  Juz II (Beirut; Da>r al-Jai>l, t.th). h. 39
[18]Ah{mad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, diterjemahkan oleh Masturi Irham, (Pustaka al-Kaustsar, 2006), h. 839
[19]Syam al-Di>n Muh{ammad bin Abd’ al-Rah{man al-Sakhawi, Al-Jawha>r wa al-Dura>r, (Da>r Ibn Hazm, t.th) h. 204
[20]Hamid Abdul Majid, Ringkasan Amir al-Mu’minin fi> al-H{adi>s\ Ah{mad bin Ali> bin H{ajar al-‘Asqalani, (al-Majlis al-A’la> li al-Syu’yun al-Islamiah, t.th), Vol.23, h. 15
[21]Ah{mad bin Muh{ammad al-Ha>di>, T{abaqa>t al-Mufassiri>n, Juz I (Cet, I, Saudiyah; Maktabah al-‘Ulu>m, 1417 H), h. 291,  Abu> Muh{ammad, Muh{yiddi>n al-H>{anafi>, al-Jawa>hir fi> T{abaqa>t al-H{anafiyah, Juz II,h.235, Khair al-Di>n bin Mah{mu>d, al-A’la>m, Juz III(Da>r; al-‘Ilm li al-Mala>bi>n), h. 63. Selanjutnya disebut al-Zarka>li>.
[22] kata takhri>j adalah bentuk masdar dari kata kharraja-yukharriju-takhri>jan, berakar dari huruf-huruf kha, ra, dan jim, mempunyai dua makna dasar yaitu: al-nafa>z\ ‘an al -syai’ yang artinya menembus sesuatu dan ikhtila>f launain yang artinya perbedaan dua warna. Lihat Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz II (Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M), h. 175.

[23]Ibn H{ajar al-Asqala>ni, al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>di>s\ al-H{idayah, Juz I (Beirut: Da>r al-Ma’a>rif, 1384 H ) h. 10
[24]Mah{mud al-T{ah{h{a>n, Usu>l Takhri>j wa Dira>sati al-Asa>nid, (Riyadh : Maktabah al-Ma’a>rif, 1417H),h. 24
[25]I’tiba>r masdar dari kata إعتبر yang berarti peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat mengetahui sesuatu yang sejenis. Sedangkan menurut istilah adalah menyetarakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja; dan dengan menyetarakan sanad-sanad yang lain tesebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis dimaksud. Lihat M.Syuhudi Ismail, “Metodologi  Penelitian Hadis Nabi”, (cet. I; Jakarta:Bulan Ibntang, 1992), h. 51
[26]Sya>h}id adalah periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai sahabat Nabi. Lihat M.Syuhudi Ismail, “Metodologi  Penelitian Hadis Nabi”, (cet. I; Jakarta:Bulan Ibntang, 1992), h. 52

[27]Muhammad Mustafa ‘Azami, Metodelogi Kritik Hadits,(Bandung: Pustaka Hidayah.1996), h. 1785

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Translate

Pengikut

 
back to top