BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Islam adalah agama yang memiliki dua sumber utama
yaitu al-qur’an dan sunnah atau yang sering disebut hadis, namun dalam sejarah
perkembangan hadis dalam rentang waktu yang cukup panjang telah banyak terjadi
pemalsuan hadis yang dilakukan oleh orang-orang dan golongan tertentu dengan
berbagai tujuan.[1]
Maka tidaklah mengherankan jika ummat
Islam sangat memberikan perhatian yang khusus terhadap hadis terutama dalam
usaha pemeliharaan keasliannya, mengingat pada sejarah awal Islam, hadis
dilarang ditulis dengan pertimbangan kekhawatiran percampuran antara al-Quran
dan hadis sehingga yang datang kemudian sulit untuk membedakan antara hadits
dan al-Quran.[2]
Berkaitan
dengan tujuan di atas, maka kegiatan pendokumentasian hadis sebagai kegiatan
penelitian hadis telah berlangsung dari zaman ke zaman dengan karakteristiknya
masing-masing. Pendokumentasian hadis sebagai langkah awal penelitian hadis
mendapat pijakan untuk pertama kalinya ketika adanya perintah resmi dari Khalifah
Umar bin Abd’ al-Aziz (w. 101 H/720 M) salah seorang penguasa yang bijaksana
dari Dinasti Umayyah, untuk mengumpulkan seluruh hadis yang berada di
masing-masing daerah. Ulama hadis yang berhasil mengumpulkan hadis dalam satu
kitab waktu itu adalah Syihab al-Di>n al-Zuhri (w. 724 H/742 M), seorang
ulama hadis terkenal di wilayah Hijaz dan Syam.
Setelah hadis terkumpul dan tersesun dalam kitab, maka sebagian
ulama meneliti keaslian hadis dari sisi sanadnya, karena menurut ulama sanad
adalah bagian dari agama. Sehingga banyak kitab yang muncul terkait dengan
penelitian hadis dengan berbagai metode
dan corak yang digunkan oleh ulama. Oleh karena itu penulis ingin
menelti metodelogi yang digunakan oleh Ibn H{ajar dalam menyusun kitab al-Diraya>h fi> Takhri>j Aha>dis\
al-Hidaya>h.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, pemakalah dapat membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana biografi penulis kitab
al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hida>yah?
2.
Bagaimana latar belakang penyusunan kitab al-Dira>yah
fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hida>yah ?
3.
Bagaimana metode penyusunan
kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hida>yah ?
4.
Apa kelebihan dan keterbatasan kitab al-Dira>yah
fi> Takhri>j Aha>dis\ al-Hida>yah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi
1.
Biodata pengarang
Namanya al-Ima>m al-H{afi>z
Syihabuddin Abu> al-Fadl Ah{mad bin Ali> bin Muh{ammad bin Muh{ammad bin
Ali> bin Mah>mu>d bin Ah{mad bin H{ajar, al-Kina>ni (dari kabilah
Kinanah), al-Asqala>ni (berasal dari Asqalan), al-Misri sebagai tempat
kelahiran, tempat pertumbuhan, tanah air, dan tempat wafatnya, ia lahir di Kairo
Mesir pada tanggal 12 Sya’ban 773 H, yang bertepatan dengan tanggal 18 Februari
1372 M[3].
dan wafat tanggal 28 Z|ulhijjah 852 H, yang bertepatan dengan tanggal 22
Februari 1449 M di Mesir dan dimakamkan di Qarafah al-Sugra[4].
Ibn H{ajar
ditinggalkan oleh orang tuanya sejak usia dini, ayahnya yang juga seorang ulama
besar dan mufti, meninggal ketika ia berusia empat tahun dan ibunya Tujjar,
yang juga seorang ahli niaga, telah lebih dahulu meninggalkannya. Ia diasuh
oleh seorang saudagar, Zaky al-Di>n Abu Bakr al-Karubi>, yang meninggal
saat Ibn Hajar berusia 14 tahun.[5]
2.
Riwayat pendidikan
Pada usia lima tahun,
Ibn H{ajar sudah masuk sekolah,
dan pada usia sembilan tahun telah mampu menghafal Al-Qur’an, di
bawah bimbingan Muhammad bin ‘Abd al-Razza>q al-Safati. Pada usia 11 tahun,
ia berangkat haji bersama pengasuhnya, yaitu sekitar tahun 784 H Sekaligus
belajar hadis di Makah al-Mukarramah kepada Syeh Afifuddin al-Naisaburi> dan
belajar hadis Bukhari kepada Syeh al-Makki, disinilah ia pertama kali berguru mengenai hadis[6]. Dalam usia 23 tahun Ibnu
Hajar telah menekuni hadis.
Dalam menekuni
studinya ini ia mengadakan perjalanan panjang ke Hijaz dan Yaman pada bulan Syawal 799 H atau Juli 1397
M sampai 801 H/1399 M, di Palestina dan Suriah. Perjalanan studinya itu
berakhir ketika ia kembali dari Suriah pada tahun 803 H/1400 M. Diceritakan
dalam kitab Subu al-Sala>m bahwa Ibn H{ajar dalam rangka mengasah
hafalan hadisnya ia membagi waktunya, diantaranya adalah ia pernah membaca
hadis Sunan Ibn Ma>jah di empat majlis, Shah{ih{ Muslim di empat majlis, Shah{ih} Bukhari>
di sepuluh majlis dan Sunan al-Nasa>’i sepuluh majlis. Dan didalam
perjalanannya ke Syam ia juga pernah membaca Mu’jam al-Thabra>ni
al-Sagi>r dalam satu majlis.[7]
Setelah pulang dari
perjalanan itu, ia kembali ke Mesir, dan ia telah hafal kitab ‘Umdat Al-Ahka>m,
karya al-Maqdi>si, Mukhtashar Ibn Hajib, Mulhamat al-I’rab,
karya Al-Harawi, Alfiyah karya al-Ira>qi, Alfiyah karya Ibn
Ma>lik, dan Tanbih karya al-Syira>zi.[8]
Dia menekuni beberapa pelajaran hingga mencapai tingkatan
puncak, kemudian beralih kepada penyebaran hadis, menulis dan mengeluarkan fatwa kemudian mendapat kehormatan menjadi hakim di beberapa kota
selama kurang lebih 21 tahun, mengajar tafsir, hadis, nasehat dan fiqh
dibeberapa tempat[9].
Beliau
mengajar di beberapa madrasah, diantaranya mengajar tafsir di al-Madrasah al-Husainiyah
dan Al-Mansuriyah, mengajar hadis di Mada>ris al-Babrisiyah, al-Zainiyah,
Membuka majlis Tasmi’ al-hadi>s\ di Al-Mah{mudiyah serta mengajarkan
fiqih di al-Muayyudiyah dan selainnya. Beliau juga memegang masyikhakh
(semacam kepala para Syeikh) di al-Madrasah al-Baibrisiyah dan madrasah lainnya[10]
3.
Guru-gurunya
Diantara guru-gurunya
terdiri dari guru-guru yang ahli dalam disiplin ilmu dan berpengetahuan luas
serta para tokoh agama terkemuka. Diantaranya adalah :
a. al-Burhan
al-Tanukhi (800 H)
b. al-Zain
al-‘Ira>qi (805 H)
c. al-Hais\ami>
(807 H)
d. Siraj
al-Di>n Ibn Mulqi>n (804 H)
e. al-Maji>d
al-Syairazi (817 H)
f.
al-Ghamari> (802 H)
g. al-Muhib
bin Hisya>m (799 H), dan masih banyak
guru-guru lainnyayang tidak dapat disebutkan.[11]
4.
Karya-karya Ibn H{ajar
Al-Syakhawi> menyebutkan dalam kitabnya al-Jawa>hir
wa al-Dura>r, bahwa karangan Ibn H{ajar berjumlah 270 kitab, al-Suyu>ti
dalam kitabnya Najm al-Uqya>n menyebutkan, karangannya berjumlah 198
kitab[12].
Muh{ammad Zuba>ir Siddiqi mengakan Ibn H{ajar meninggalkan setidaknya 150
karya, baik yang selesai maupun yang belum.[13]dan
yang lain mengatakan, bahwa karangannya berjumlah 100 kitab[14]. Namun penulis hanya menyebutkan beberapa diantaranya:
a.
Asba>b al-Nuzu>l
b.
al-Itqan fi> Jam’i ah{a>di>s\ fad{a>il
al-Qur’a>n
c.
Nukhbah al-Fikr fi> Must{alah ahl al-As\ar
d.
Fath al-Ba>ri> Syarh Sah{ih}
al-Bukha>ri>
e.
al-Istidra>k al-Saikhihi al-‘Ira>qi
f.
Takhri>j al-H{adi>s\ Muntaha al-Suwali
g.
Takhri>j al-H{adi>s\ Azkar al-Nawawi>
h.
al-Tamyi>z fi> Takhri>j al-H{adi>s\
(al-Ghaza>li>)
i.
al-Dira>yah fi>
Takhri>j Aha>di>s\ al-Hida>yah
j.
Ithaf al-Mahrah
k.
Al-Nukka>t al-Diraf ala> Athra>f
m.
al-Is{a>bah fi> Tamyi>z al-Shaha>bah
n.
Lisa>n al-Miza>n
o.
Taz\i>b al-Tahz\i>b
p.
Taqrib al-Tahz\i>b
5. Penilaian Para Ulama
Terhadap Ibn H{ajar
Al-H{afiz
al-Sakhawi berkata, “Adapun pujian para ulama terhadapnya, ketahuilah pujian
mereka tidak dapat dihitung. Mereka memberikan pujian yang tak terkira
jumlahnya, “Ia adalah syaikh, yang alim, yang sempurna, yang mulia, seorang muhhadis\
(ahli hadis), yang banyak memberikan manfaat, yang agung, seorang al-H{afiz,
yang sangat bertaqwa, yang dhabit (dapat dipercaya perkataannya), yang s\iqah,
yang amanah, al-Imam, al-Alim, yang
pandai dalam nasikh dan mansukh, yang menguasai al-Muwa>faqat dan al-Abda>l,
yang dapat membedakan antara rawi-rawi yang s\iqah dan da’if,
yang banyak menemui para ahli hadis, dan yang banyak ilmunya dalam waktu yang
relatif pendek.”[17]
Jal
al-Di>n al-Suyu>ti mengatakan, “ Ibn H{ajar adalah orang yang disegani
dizamannya, pembawa bendera sunnah, bagaikan emas dimasanya dan berlian yang
telah ditebarkannya diberbagai daerah. Dia adalah imam dalam bidang hadis,
saksi hadis yang paling disegani dan seorang hakim dalam jarh wa ta’dil.[18]
Demikian juga Ibn H{ajar sendiri dalam menyebutkan biografi syaikhnya
al-‘Ira>qi mengatakan,” al-‘Ira>qi mengakui hafalanku tentang nama negara
dan tempat-tempat. dan beberapa kali menuliskan tentang hal itu kepadaku, dan
ketika ditanya menjelang ajalnya tentang orang-orang yang kuat hafalanya, maka
ia memulainya denganku.[19]
Ibn H{ajar juga pernah mengatakan, “ Guruku al-Imam Muhibuddin
mengatakan kepadaku , Bagilah cita-citamu (disamping hadis) dengan fiqih.
Karena menurutku ulama daerah ini akan habis, sehingga engkau akan dibutuhkan.
Oleh karena itu janganlah kamu menyia-nyiakannya”.[20]Dan
masih banyak lagi ulama yang memberikan pujian kepadanya.
B.
Gambaran Umum Kitab
Kitab
yang menjadi objek kajian adalah kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j
Aha>dis\ al-Hida>yah yang merupakan
salah satu kitab Takhri>j yang
dikarang oleh al-H{afi>z Ibn H{ajar al-‘Asqala>ni dan ditah{qi>q
oleh Syayyid ‘Abdulla>h
Ha>syim al-Yama>ni> al-Madani>. Kitab ini merupakan kitab ringkasan dari kitab
Nasb al-Raya>h li aha>dis\ al-Hida>yah yang dikarang oleh al-H{afiz Jamaluddi>n Abu> Muh{ammad Abdullah bin Yu>suf
al-Zaila’i> al-H{anafi (
Wafat: 726 H)[21]. Kitab Nasb al-Ra>yah merupakan
kitab yang berisi takhri>j[22]
atas hadis-hadis dalam kitab Al-Hida>yah karangan al-Alla>mah
Ali> bin Abi> Bakr al-Marghina>ni> al-H>{anafi (w.593
H) yang merupakan kitab fiqh al-H{anafi yang paling besar. Jadi sumber awalnya adalah kitab al-H{idaya>h,
kemudian di takhri>j hadisnya
oleh al-Zaila’i> dalam Nasb al-Raya>h, kemudian Nasb al-Raya>h ini di
ringkas oleh Imam Ibn H{ajar menjadi kitab al-Diraya>h fi> Takhri>j
Ahadis\ al- H{idaya>h. penulis belum menemukan alasan Ibn H{ajar memberi
judul al-Diraya>h fi> Takhri>j Ahadis\ al- H{idaya>h, tetapi penulis menduga bahwa pemberian
judul tersebut dikarenakan kitab tersbut adalah kitab takhri>j atas
hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-H{ida>yah yang dikarang oleh al-Alla>mah Ali> bin
Abi> Bakr al-Marghina>ni> al-H>{anafi. Kitab ini diterbitkan di
Beirut, Da>r al-Ma’rifah pada tahun 1384 H dengan jumlah dua jilid.
Selanjutnya salah satu alasan Ibn H{ajar menyusun kitab
ini selain dari adanya permintaan dari
sahabat-sahabtnya adalah Ibn H{ajar menyusun kitab tersebut dengan harapan
mudah-mudahan kitab tersebut dapat menjadi rujukan dan
bermanfaat bagi ummat secara umum dan orang-orang yang bermazhab H{anafi
secara khusus.[23]
Karena Ibn H{ajar sendiri adalah ulama yang bermazhab Syafi’i.
C.
Metode
penulisan kitab
1.
Sistematika penyusunan kitab
Dalam
kitab yang menjadi objek kajian (al-Dira>yah
fi> Takhri>j aha>dis\ al-H{ida>yah), Ibn
H{ajar memiliki sistematika
penyusunan kitab
yang tidak jauh berbeda dengan al-H{afiz al-Zaila’i> dalam kitab Nasb al-Ra>yah yaitu
berdasarkan tema atau bab-bab fikih, yang terdiri dari 48 bab atau kitab, dan 1085 hadis. Adapun urutan penyusunan bab atau kitab dapat
dilihat pada tabel berikut:
No
|
Nasb Al-Raya>h /Al-Dira>yah
(Kitab)
|
Nasb al-Raya>h
|
Al-Dira>yah
|
||
Juz I
|
|||||
Jmlh Hadis
|
halaman
|
No.
Hadis
|
Jmlh Hadis
|
||
1.
2.
3.
4.
|
كتاب الطَّهَارَة
كتاب الصَّلَاة
كتاب
الزَّكَاة
كتاب
الصَّوْم
|
111
230
44
38
|
11-97
98-247
248-274
275-289
|
1-92
93-315
316-358
359-389
|
92
223
43
31
|
No
|
Kitab
|
Jmlh Hadis
|
Juz II
|
||
Halaman
|
No.
Hadis
|
Jmlh Hadis
|
|||
5
6
7
|
كتاب
الْحَج
كتاب
النِّكَاح
كتاب
الرَّضَاع
|
148
30
5
|
3-54
55-67
68
|
390-529
530-559
560-563
|
140
30
4
|
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
|
كتاب
الطَّلَاق
كتاب
الْعتْق
كتاب
الْأَيْمَان
)كتاب الْحُدُود(
كتاب السرقة
كتاب
السّير
كتاب
اللَّقِيط واللقطة
كتاب
الْآبِق والمفقود
كتاب
الشّركَة
كتاب
الْوَقْف
كتاب
الْبيُوع
(كتاب الصّرْف)
كتاب
الكفالة
كتاب
الحوالة
كتاب
أدب الْقَضَاء
)كتاب الشَّهَادَات(
كتاب
الوكالة
كتاب
الدَّعْوَى
كتاب
الْإِقْرَار وَالصُّلْح
كتاب
الْمُضَاربَة والوديعة وَالْعَارِية
كتاب
الْهِبَة
كتاب
الْإِجَارَة
كتاب
الْمكَاتب
كتاب
الْوَلَاء
|
57
11
12
61
16
64
8
1
3
5
54
5
3
2
10
12
4
10
2
5
11
9
4
8
|
69-84
85-89
90-93
94-113
-
114-139
140-141
142-143
144
145-146
147-162
163-164
-
-
165-169
170-174
-
175-179
180
181-182
183-185
186-190
191-192
193-196
|
564-613
614-624
625-636
637-689
-
690-746
747-752
753
754-755
756-760
761-808
809-813
-
-
814-823
824-838
-
839-845
846-847
848-852
853-860
861-868
869-871
872-878
|
50
11
12
53
-
57
6
1
2
5
48
5
-
-
10
15
-
7
2
5
8
8
3
7
|
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
|
كتاب
الْإِكْرَاه
كتاب
الْحجر
كتاب
الْمَأْذُون
كتاب
الْغَصْب
كتاب
الشُّفْعَة
كتاب
الْقِسْمَة
كتاب
الْمُزَارعَة
كتاب
الْمُسَاقَاة
كتاب
الذَّبَائِح
كتاب
الْأُضْحِية
كتاب
الْكَرَاهِيَة
كتاب
إحْيَاء الْموَات
كتاب
الْأَشْرِبَة
كتاب
الصَّيْد
كتاب
الرَّهْن
كتاب
الْجِنَايَات
كتاب
الدِّيات
كتاب
المعاقل
كتاب
الْوَصَايَا
كتاب
الْخُنْثَى
كتاب
الْفَرَائِض
|
2
5
1
4
8
1
2
-
25
18
49
6
11
8
4
18
38
6
10
2
26
|
197
198-199
200
200
201-203
204
204
205
205-212
213-217
218-243
244-246
247-253
254-256
257-258
259-270
271-287
288
289-294
295
296-300
|
879-880
881-883
-
884-887
888-895
896
897-898
-
899-919
920-934
935-983
984-987
988-994
995-999
1000-1003
1004-1019
1020-1051
1052
1953-1061
1062
1063-1085
|
2
3
-
4
8
1
2
-
21
15
49
4
7
5
4
16
32
1
9
1
23
|
Jumlah
|
1.206
|
300
|
1.085
|
1.085
|
|
Keterangan tabel :
a. Pada
tabel di atas penulis sengaja mencantumkan jumlah hadis yang terdapat dalam
kitab Nasb al-Raya>h yang
dalam hal ini adalah kitab yang diringkas oleh Ibn H{ajar dengan judul al-Dira>yah,
dengan tujuan agar dapat diketahui berapa jumlah hadis yang dikutip oleh Ibn
H{ajar dan yang tidak dikutip. Contoh :
Dalam bab al-fara>’id nomor
52, didalam kitab Nasb al-Raya>h jumlah hadisnya sebanyak 26 hadis
dan diringkas oleh Ibn H{ajar menjadi 23 hadis. Dengan demikian dapat diketahui
dan dipahami bahwa ada 3 hadis yang
tidak dikutip oleh Ibn Hajar dari kitab Nasb al-Raya>h.
b. Pada
tabel di atas ada beberapa bab yang
penulis beri garis bawah seperti pada bab nomor 12, 20, 21, 24. dan tanda ( )
pada bab nomor 11, 19, 23. Bab yang
bergaris bawah adalah bab yang berdiri sendiri dalam kitab Nasb al-Raya>h tetapi tidak berdiri sendiri dalam kitab al-Dira>yah,
dia masuk dalam bab yang diberi tanda ( ). Oleh karena itu dia tidak memiliki
hadis secara tersendiri karena sudah masuk dalam bab yang bertanda ( ). Contoh :
Bab al-Wika>lah
nomor 24 tidak berdiri sendiri dalam kitab al-Dira>yah, tetapi dia masuk
dalam pembahan bab Syaha>dat nomor 23.
c. Pada
tabel ada bab yang tidak memiliki hadis
secara tersendiri. Dalam bab tersebut hanya mencantumkan petunjuk bahwa hadis
dalam bab tersebut sudah dicantumkan pada bab sebelumnya. Contoh :
Pada bab al-Musa>qah
tidak memiliki hadis secara tersendiri, namun dalam bab tersebut hanya
mencantumkan petunjuk bahwa hadisnya sudah tercantum pada bab sebelumnya yaitu
pada bab al-Muja>ra’ah hadis Ahl al-Khaibar nomor 897.
Peneliti menduga bahwa salah satu alasan penyusun kitab adalah agar tidak
terjadi pengulangan dalam menuliskan hadis.
Selanjutnya dalam kitab al-Dira>yah fi>
Takhri>j aha>dis\ al-H{ida>yah tersebut dalam menuliskan hadis Ibn H{ajar menggunakan metodologi sebagai berikut :
a. Menyebutkan
hadis, kemudian beliau sebutkan tempat hadis tersebut diambil, apakah dari Sh{ah}ih Bukha>ri, Sh{ah}ih Muslim, Sunan Abi>
Daud, Sunan al-Tirmiz\i, Sunan al-Nasa>’i, Musnad
Ah{mad bin H{anbal, Sunan Ibn Ma>jah, Sunan al-Baihaqi
dst. Contoh :
3- حَدِيث إِذا اسْتَيْقَظَ أحدكُم من مَنَامه فَلَا يغمس يَده فِي
الْإِنَاء حَتَّى يغسلهَا ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يدْرِي أَيْن باتت يَده
أخرجه مُسلم من طَرِيق عبد الله بن شَقِيق عَن أبي هُرَيْرَة
وَأخرجه من رِوَايَة
أبي صَالح عَن أبي هُرَيْرَة أَيْضا بِلَفْظ إِذا قَامَ أحدكُم من اللَّيْل
وَأخرجه البُخَارِيّ من طَرِيق الْأَعْرَج عَنهُ بِلَفْظ إِذا اسْتَيْقَظَ أحدكُم من نَومه
فليغسل يَده قبل أَن يدخلهَا فِي الْإِنَاء
وَأخرجه الْبَزَّار من طَرِيق
ابْن سِيرِين عَن أبي هُرَيْرَة بِلَفْظ فَلَا يغمسن يَده فِي طهوره بِزِيَادَة
نون التَّأْكِيد فِي يغمسن وَهِي مُوَافقَة لإيراد الأَصْل
وأخرجه ابْن ماجة عَن جَابر
بِلَفْظ إِذا قَامَ أحدكُم من النّوم فَأَرَادَ أَن يتَوَضَّأ فَلَا يدْخل يَده فِي
وضوئِهِ حَتَّى يغسلهَا فَإِنَّهُ لَا يدْرِي أَيْن
باتت يَده وَلَا عَلَى موضعهَا
b. Sebagian
besar hadis yang ditulis dalam kitab tersebut telah dicantumkan kualitasnya,
baik itu Sh{ah}ih, H>{asan dan dha’if, bahkan kadang-kadang
Ibn H{ajar mencantumkan jarh wa
ta’dil dari rawi yang terdapat dalam sanad hadis yang disebutkan.
Contoh Jarh :
547 حَدِيث أَلا لَا يُزَوّج النِّسَاء إِلَّا
الْأَوْلِيَاء وَلَا يزوجن إِلَّا من الْأَكفاء .الدَّار قطنى من حَدِيث جَابر بِلَفْظ لَا
تنْكِحُوا النِّسَاء إِلَّا الْأَكفاء وَلَا يزوجهن إِلَّا الْأَوْلِيَاء وَلَا
مهر دون عشرَة دَرَاهِم وَإِسْنَاده واه لِأَن فِيهِ مُبشر بن عبيد وَهُوَ
كَذَّاب
Contoh Ta’dil :
556 -حَدِيث من كَانَ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَال
إِلَى إِحْدَاهمَا فِي الْقسم جَاءَ يَوْم الْقِيَامَة وَشقه مائل أَصْحَاب
السّنَن وَالْبَزَّار عَن أبي هُرَيْرَة مَرْفُوعا من كَانَ لَهُ امْرَأَتَانِ
فَمَال إِلَى إِحْدَاهمَا جَاءَ يَوْم الْقِيَامَة وَشقه مائل وَرِجَاله ثِقَات.
2. Sumber-sumber
hadisnya
Setelah
melakukan penelitian terhadap kitab tersebut, bila ditinjau dari sisi sumbernya
maka hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-Dirayah fi> Takhri>j
Aha>dis\ al-Hidayah bersumber atau terdapat dalam kitab-kitab matan
berikut :
a. Shah}ih{
al-Bukha>ri
b. Shah}ih{
Muslim
c. Sunan
Abi> Daud
d. Sunan
al-Tirmiz\i
e. Sunan
al-Nasa>’i
f.
Sunan Ibn Ma>jah
g. Musnad
Ah{mad bin H{anbal
h. Muat{t{a’
Ma>lik
i.
Sunan al-Da>rimi>
j.
Sunan al-Baihaqi>
k. Sunan
al-Da>rqut{ni>
l.
Sunan Said bin Mansu>r
m. al-Mustadrak
Ala> al-Shah{ih{ain
n. Shah}ih{
Ibn H{ibba>n
o. Shah}ih{
Ibn Khuzaimah
p. Mu’jam
al-T{abra>ni>
q. Musnad
Abi> Daud al-Taya>lisi>
r.
Musnad Abdilla>h Ibn
al-Muba>rak
s. Musnad
al-Syafi’i>
t.
Musnad Abu> H{ani>fah
u. Musnad
Ibn Abi> Syaibah
v. Musnad
Abu> Ya’la
w. Musnad
al-Bajja>r
x. Musnad
al-Sira>j
y. Musnad
Abd al-Rajja>q
z. Musnad
Ish{aq bin Ra>hawaih
aa. Musnad
al-Ha>ris\
3.
Metode dan Corak kitab al-Diraya>h
Berdasarkan sistematika penyusunan kitab yang menjadi
objek kajian, bila ditinjau dari segi metode, maka kitab tersebut masuk dalam
kategori metode maudu>’i (tematik), karena menggunakan metode
berdasarkan tema atau bab-bab fiqih. Dan bila dilihat dari sisi coraknya maka kitab
tersebut termasuk kitab yang bercorak hukum/fiqih.
4. Penilaian
ulama terhadap kitab
Terkait dengan
penilaian ulama terhadap kitab yang menjadi objek kajian, penulis tidak banyak
menemukan penilaian-penilaian dari ulama, yang ada hanya penilaian Mah{mu>d
al-T{ah{h{a>n. Mah{mud al-T{ah{h{a>n mengatakan ketika menilai kitab Nasb
al-Raya>h yang dikarang oleh al-H{afiz
al-Zaila>’i yang secara tidak langsung merupakan penilaian terhadap kitab al-Dira>yah, bahwa kitab Nasb al-Raya>h adalah
kitab Takhri>j yang tidak ada
bandingannya pada masanya. Hanya ada yang hampir menyamainya yaitu Ibn H{ajar,
karena dia mengikuti metode al-H{afiz al-Zaila>’i. dan Mah{mud
al-T{ah{h{a>n juga mengatakan bahwa kitab al-Dira>yah adalah kitab yang mudah dipahami dan tidak
membutuhkan waktu yang lama[24].
5. Kelebihan
dan keterbatasan
Tentunya tidak bisa dipungkiri bahwa setiap sesuatu
memiliki kelebihan dan keterbatasan, demikian pula dalam dunia keilmuan, setiap
karya (kitab) yang dihasilkan oleh setiap orang (ulama) pasti memiliki
kelebihan dan keterbatasan, tergantung dari sisi atau aspek yang dinilai. Oleh
karena penulis mencoba memberikan penilaian terhadap kitab yang menjadi objek
kajian.
a. Kelebihan
1) Menyebutkan
sumber-sumber hadis baik dari Shah{ih{ Bukha>ri, Shah{ih{ Muslim dst,
sehingga akan mudah bagi peneliti untuk mengetahui jumlah jalur sanadnya.
2) Menyebutkan
semua rawi a’la> apabila lebih dari satu. Hal ini akan
memudahkan bagi peneliti hadis dalam melakukan i’tibar[25]
dalam penelitian, karena dengan adanya penyebutan semua rawi a’la>
yang terlibat dapat diketahui ada atau tidaknya periwayat yang berstatus sya>hid[26].
3) Kadang
menyebutkan kualitas hadis
sekaligus jarh wa ta’dil dalam sanad sehingga dapat
diketahui hadis-hadis atau jalur sanad yang dapat dijadikan sebagai
hujjah atau tidak.
b. Keterbatasan
1) Tidak
menyebutkan seluruh rawi yang terdapat dalam setiap jalur sanad, sehingga
harus merujuk pada kitab asli, tetapi
hal ini tidak terlepas dari tujuan kitab ini, yaitu sebagai kitab ringkasan.
2) Karena
tidak adanya penyebutan seluruh rawi yang terlibat dalam periwayatan sehingga metode penerimaannya pun tidak
jelas. Hal ini memaksa setiap peneliti untuk kembali ke kitab-kitab aslinya
untuk melihat adanya kemungkinan tadli>s
atau hal-hal lain yang dapat merusak
keabsahan hadis.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Nama lengkap
Ibn H{ajar adalah Al-Imam Al-Hafizh Syihabuddin Abu
Al-Fadhal Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali
bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar, al-Kinani (dari kabilah Kinanah), al-Asqalani
(berasal dari Asqalan), al-Mishri sebagai tempat kelahiran, tempat pertumbuhan,
tanah air, dan tempat wafatnya, Ia lahir di Kairo
Mesir pada tanggal 12 Sya’ban 773 H, yang bertepatan dengan tanggal 18 Februari
1372 M[27].
dan wafat tanggal 28 Dzulhijjah 852 H, yang bertepatan dengan tanggal 22
Februari 1449 M di Mesir dimakamkan di Qarafah ash-Shugra
2.
Ibn H{ajar
al-Asqalani adalah salah satu ulama
besar pada masanya, pakar dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang hadis. Ia telah banyak menghasilakan
karya dalam dunia pendidikan. Sehingga banyak sanjungan yang ditujukan
kepadanya baik dari segi keilmuan maupun perilakunya.
3. Kitab
al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\ al-H{idayah disusun
berdasarkan tema atau bab-bab fiqih.
4. Salah
satu kelebihan kitab al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>dis\
al-H{idayah adalah menyebutkan semua rawi a’la> apabila
lebih dari satu yang terlibat dalam meriwayatkan hadis dari nabi saw.
Dan keterbatasanya adalah tidak
jelasnya bentuk periwayatan dalam sanad.
Daftar Pustaka
Abdi Gazirah, Terjemah
Fath al-Ba>ri Syarah Shahih Bukhari, Ummah,
Jakarta: Pustaka Azzam, 2002
Ahmad
Arifuddin, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi Jakarta: Insan Cemerlang,
t.th,
Ah}mad Abu>
al-H{usain ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M
Amiruddin
Muh{ammad Ali, Ibn H{ajar al-Asqala>ni> Jarh dan Ta’dil Periwayat
Hadis, Alauddin University Press, 2012
Asla>m
‘Abu> Hasa>n, Asla>m bin Sahl, Ta>rikh Wa>sit}, Cet. I
Beirut; ‘A<lim al-Kita>b, 1406 H
al-Asqala>ni
Ibn H{ajar, al-Dira>yah fi> Takhri>j Aha>di>s\ al-H{idayah, Beirut:
Da>r al-Ma’a>rif, 1384 H
, Fath al-Ba>ri
bi Syarh Shah{ih{ al-Bukha>ri, , Beirut: Da>r al-Fikr, 1996
, Tahz\i>b
al-Tahz\i>b, Beirut: Da>r al-Fikr, 1984
al-Azi>z Abd’ al-Rasyi>d Abd’ Salim, Syarh
Bulug al-Mara>m, Surabaya: Halim
Jaya, 2005
Ensiklopedi Islam,
“Ibn H{ajar al-Asqala>ni” Ensiklopedi Islam, Cet. IX. Jakarta. PT
Ichtiar Baru Van Hoeve. 2001
Farid Ah{mad, 60
Biografi Ulama Salaf, diterjemahkan oleh Masturi Irham, Pustaka
al-Kaustsar, 2006
al-Ha>di
Ah{mad bin Muh{ammad >, T{abaqa>t al-Mufassiri>n, Cet, I,
Saudiyah; Maktabah al-‘Ulu>m, 1417 H
Ismail
M.Syuhudi, “Metodologi Penelitian
Hadis Nabi”, cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992
Machfuddin M.
Aladip, Terjemah Bulug al-Mara>m, Semarang: Toha Putra , 1985
Majid Hamid Abdul, Ringkasan Amir al-Mu’minin
fi> al-H{adi>s\ Ah{mad bin Ali> bin H{ajar al-‘Asqalani, al-Majlis
al-A’la> li al-Syu’yun al-Islamiah, t.th
Majid Nur Kholis, Sunnah Dan Peranannya Dalam Penetapan Hukun Islam:
Sebuah Pembelaan Kaum Sunni, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992,
Mustafa Muhammad ‘Azami, Metodelogi Kritik Hadits,
Bandung: Pustaka Hidayah.1996
al-Rah{man Abd
bin Abi> Bakr, Najm al-Uqya>n fi> A’ya>n al-A’ya>n Beirut
Maktabah al-‘Alamiyah, t,th
Rudiyana Muhammad
Dede,. Perkembangan Pemikiran Ulum Hadits Dari Klasik Sampai Modern. Pustaka
Setia Bandung. Cetakan I 2004.
al-Sakhawi Syam al-Di>n Muh{ammad bin Abd’ al-Rah{man,
Al-Jawha>r wa al-Dura>r, Da>r Ibn Hazm, t.th
, al-Dau’
al-La>mi’ Beirut; Da>r al-Jai>l,
t.th
al-Shan’any, Subul
al-Sala>m, Riyadh; Maktabah Nazr Musta>fa>, 1995
al-T{ah{h{a>n
Mah{mud, Usu>l Takhri>j wa Dira>sati al-Asa>nid, Riyadh :
Maktabah al-Ma’a>rif, 1417 H
[2]Nur Kholis Majid, Sunnah Dan Peranannya Dalam
Penetapan Hukun Islam: Sebuah Pembelaan Kaum Sunni (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1992), h. 32
[4]Ibn H{ajar al-Asqala>ni, Fath
al-Ba>ri bi Syarh Shah{ih{ al-Bukha>ri, juz I, (Beirut: Da>r
al-Fikr, 1996)
[5]Ensiklopedi Islam, “Ibn H{ajar
al-Asqala>ni” Ensiklopedi Islam, Jilid II(Cet. IX. Jakarta. PT
Ichtiar Baru Van Hoeve. 2001).
h.154-155.
[6]M. Machfuddin Aladip, Terjemah
Bulug al-Mara>m,( Semarang: Toha Putra , 1985 ),h. 25
[7]Al- Shan’any, Subul al-Sala>m,
(Riyadh; Maktabah Nazr Musta>fa>, 1995), h. 1
[8]Muhammad Dede
Rudiyana, MA. Perkembangan Pemikiran Ulum Hadits Dari Klasik Sampai Modern. Pustaka
Setia Bandung. Cetakan I 2004. H. 88
[10]Syam al-Di>n Muh{ammad bin
Abd’ al-Rah{ma>n, al-Sakhawi,> al-Dau’ al-La>mi’ Juz II
(Beirut; Da>r al-Jai>l). h. 39
[11]Ah}mad
ibn ‘Ali ibn H{ajar al-‘Asqala>ni>, Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Juz
I, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1984),
h. 6
[12]Abd al-Rah{man bin Abi> Bakr,
Najm al-Uqya>n fi> A’ya>n al-A’ya>n (Beirut Maktabah
al-‘Alamiyah, t,th) h.45
[13]Muh{ammad Ali Amiruddin, Ibn
H{ajar al-Asqala>ni> Jarh dan Ta’dil Periwayat Hadis, (Alauddin
University Press, 2012), h. 11
[14]Ibn H{ajar Al-Asqalani, Fath
al-Ba>ri Syarah Shahih Bukhari, penerjemah, Gazirah Abdi Ummah,(Jakarta: Pustaka Azzam,
2002), h. 4
[15]Ah}mad
ibn ‘Ali ibn H{ajar al-‘Asqala>ni>, Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Juz
I, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1984),
h. 11
[16]‘Abu> Hasa>n, Asla>m
bin Sahl bin Asla>m, Ta>rikh Wa>sit}, Cet. I (Beirut; ‘A<lim
al-Kita>b, 1406 H), Juz I. h 278
[17]Syam al-Di>n Muh{ammad bin
Abd’ al-Rah{ma>n, al-Sakhawi>, al-Dau’ al-La>mi’ Juz II (Beirut; Da>r al-Jai>l, t.th). h.
39
[18]Ah{mad Farid, 60 Biografi
Ulama Salaf, diterjemahkan oleh Masturi Irham, (Pustaka al-Kaustsar, 2006),
h. 839
[19]Syam al-Di>n Muh{ammad bin
Abd’ al-Rah{man al-Sakhawi, Al-Jawha>r wa al-Dura>r, (Da>r Ibn
Hazm, t.th) h. 204
[20]Hamid Abdul Majid, Ringkasan
Amir al-Mu’minin fi> al-H{adi>s\ Ah{mad bin Ali> bin H{ajar
al-‘Asqalani, (al-Majlis al-A’la> li al-Syu’yun al-Islamiah, t.th),
Vol.23, h. 15
[21]Ah{mad bin Muh{ammad
al-Ha>di>, T{abaqa>t al-Mufassiri>n, Juz I (Cet, I,
Saudiyah; Maktabah al-‘Ulu>m, 1417 H), h. 291, Abu> Muh{ammad, Muh{yiddi>n
al-H>{anafi>, al-Jawa>hir fi> T{abaqa>t al-H{anafiyah, Juz
II,h.235, Khair al-Di>n bin Mah{mu>d, al-A’la>m, Juz
III(Da>r; al-‘Ilm li al-Mala>bi>n), h. 63. Selanjutnya disebut
al-Zarka>li>.
[22] kata takhri>j adalah bentuk masdar dari kata kharraja-yukharriju-takhri>jan,
berakar dari huruf-huruf kha, ra, dan jim, mempunyai dua makna dasar
yaitu: al-nafa>z\ ‘an al -syai’ yang artinya menembus sesuatu dan ikhtila>f
launain yang artinya perbedaan dua warna. Lihat Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>,
Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz II (Beirut: Da>r al-Fikr, 1399
H/ 1979 M), h. 175.
[23]Ibn H{ajar al-Asqala>ni, al-Dira>yah
fi> Takhri>j Aha>di>s\ al-H{idayah, Juz I (Beirut: Da>r
al-Ma’a>rif, 1384
H ) h. 10
[24]Mah{mud al-T{ah{h{a>n, Usu>l
Takhri>j wa Dira>sati al-Asa>nid, (Riyadh : Maktabah
al-Ma’a>rif, 1417H),h. 24
[25]I’tiba>r
masdar
dari kata إعتبر yang berarti peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud
untuk dapat mengetahui sesuatu yang sejenis. Sedangkan menurut istilah adalah
menyetarakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu yang hadis itu
pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja; dan dengan
menyetarakan sanad-sanad yang lain tesebut akan dapat diketahui apakah ada
periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis
dimaksud. Lihat M.Syuhudi Ismail, “Metodologi Penelitian Hadis Nabi”, (cet. I;
Jakarta:Bulan Ibntang, 1992), h. 51
[26]Sya>h}id
adalah periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai sahabat
Nabi. Lihat M.Syuhudi Ismail, “Metodologi
Penelitian Hadis Nabi”, (cet. I; Jakarta:Bulan Ibntang, 1992), h. 52
Tidak ada komentar:
Posting Komentar