A.
Latar
belakang
Al-Qur’an dan
hadis adalah sumber ajaran Islam. Sehingga tentunya harus dipelihara dan dijaga
keutuhannya, agar ajaran yang terkandung di dalamnya tetap murni, sebagaimana
keinginan peletaknya. Berbicara mengenai hadis, Sebagaimana yang dikeutahi bahwa hadis adalah perkataan,
perbuatan dan ketetapan Nabi Muh}ammad saw adalah sebagai pedoman
bagi setiap ummat muslim. Adapun dalam memahami hadis terkadang kita berbeda
pendpat, pandangan, atau sikap dalam menyikapinya. Karna begitu banyak
hadis-hadis yang terliah bertentangan dengan sisilain yang berbedah. Perbedaan
pendapat di antara kalangan umat Islam melingkuti berbagai macam hal, seperti siya>sah
(politik), dakwah, fikhi dan lainnya.[1] Pertentangan pada umumnya
adalah berlawanan. Tetapi perbedaan pendapat karna titik dan tujuanya sama,
adalah rahmat. Sebagai mana yang dimaksu dengan ungkapan ‘Umar ibn ‘Abd
al-‘Aziz
Artinya
: sesungguhnya perbedaan adalah rahmat.
kitab Ikhtila>ful
Hadi>s, adalah salah satu kitab yang membahas tentang hadis hadis
yang terlihat bertentangan yang dikarang oleh Ima>m Muhammad bin Idri>s
asy-Syafi’i dia adalah seorang Ulama yang mendalami ilmu Fikhi. Dilihat
dari judul kitab, jelas kitab ini khusus membahas Ikhtila>ful
Hadi>s. Kitab ini tentunya sangat bagus untuk diketahui, umumnya
seluruh ummat Islam dan khususnya penuntut ilmu yang bergelut di bidang ilmu
hadis. Selanjtnya penulis akan meneliti lebih jauh terkait kitab ini pada bab
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pemaparan latar belakang di atas, pemakalah dapat membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
biografi penulis kitab Ikhtila>ful Hadi>s ?
2.
Bagaimana gambaran
umum kitab Ikhtila>ful Hadi>s
?
3.
Bagaimana
metode penyusunan kitab Ikhtila>ful Hadi>s ?
4.
Apa kelebihan dan keterbatasan
kitab Ikhtila>ful Hadi>s
?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ima>m Asyafi’i
Nama lengkap Ima>m Asyafi’i
Ima>m Syafi’i bernama Abu Abdullah Muhammad bin
Idris bin al-Abba>s bin Utsm>an bin Syafi’ bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abdu
Yazid bin Ha>syim bin Almuththalib bin Abdul Mana>f bin Qushai al-Qurasyi Muththalibi Asy- Syaif’i al- Hijazi al-Hakki.[3] Bin Kilab bin Murrah bin
Kaab bin Lui> bin Go>lib bin Fahar bin Malik bin Nadri bin Kina>nah
bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudri bin Niza>r bin Muad bin
Adna>nah bin al-Humaisi bin Ummi Rasulullah saw.[4] Dia terhitung dari
keluarga Rasulullah saw yang keturunannya bertemu nasabnya pada Abdul Manaf al-Marku>ri.[5]
Ulama
sepakat bahwa Ima>m Syafi’i lahir pada tahun 150 H, ada juga yang berpendapat
bahwa beliau lahir pada pada tahun Ima>m Abu Hanifah Wafat. Menurut al-Baihaqi, penepatan kelahiran Ima>m Syafi’i bertepatan
dengan Abu Hanifah meninggal dunia adalah tidak benar.
Pendapat mashur yang dianut oleh ulama, bahwa Ima>m Syafi’i di lahirkan di Ghazha.
Ada juga yang berpendapat bahwa di lahirkan di Asqalan. Kedua dari daerah
tersebut adalah wilayah suci yang diberkati Allah. Sedangkan jarak antara kedua
wilayah tersebut sekitar dua marhala dari baitul maqdis. Ia kemudian di bawa ke
makkah saat berusia 2 tahun dan wafat di mesir pada tahun 204 H saat berusia 54
tahun.
Sedangkan
menurut ar-Rabi’ Ima>m Syafi’I wafat pada malam jum’at setelah maghrif saat
aku berarada disampinnya. Jazadnya kemudian disemanyamkan setelan ashar pada
hari jum’at, yaitu hari terakhir bulan Rajab tahun 204 H. kuburannya berada di
mesir. Ia sangat dihormati dan disanjung lantaran predikat Ima>m yang
disandangnya.[6]
Ima>m
al-Syafi’i dapat menghafal al-Qur'an dalam umur yang masih sangat muda.
Kemudian ia memusatkan perhatian menghafal hadits. Ia menerima hadits dengan
cara membaca dari atas tembikar dan kadang-kadang di kulit-kulit binatang. Ia seringkali
pergi ke tempat buangan kertas untuk memilih mana-mana yang masih dapat
dipakai.[7]
Riwayat pendidikan
Asyafi’i
Pendidikannya diawali
dengan belajar al-Qur'an. Guru pertama beliau adalah Muslim bin Khalid az-Zanji,
seorang mufti Makkah.[8] Dan
pada saat itu Imam Syafi’I anak yatim dalam asuhan ibunya dengan kondisi
ekonomi yang sangat sulit dan memperhatingkan, sejak kecil ia sudah duduk
bersama ulama dan memcacat Ilmu diatas tulan dan media yang lainnya lantaran
ketidak sediaan kertas saat itu. Ima>m Syafi’i juga mempelajari sya’ir,
sejarah, bangsa Arab, dan sastra kemudian fikhi.
Setelah
Imam Syafi’i belajar fiqhi dari Muslim bin Khalid Az-Zannji dan Imam Makkah
lainnya, Kemudian ia pergi ke Madinah dan berguru fiqih
kepada Imam Malik bin Anas.[9]
Dan perjalanannya itu kemudian menjadi terkenal lantaran sebuah tulisannya pada
saat itu. Ima>m Malik memperlakukannya dengan hormat lantaran garis
keturunan, Ilmu pemahaman, nalar dan sastar Imam Syafi’i yang dikuasainya. Ia
kemudian membaca kitab al-Muwaththa’ di hadapan Ima>m Malik dengan
cara menghafal hingga membuat Ima>m Malik kagum, bahkan ia memintanya untuk
membaca lagi al-Muwaththa’ lantara kekagumannya terhadap Imam Syafi’i
Ketika
ia sedang belajar dari Imam malik, Imam Malik berkata kepadanya, “Bertakwalah
kepada Allah, karna akan terjadi sesuatu yang besar pada dirimu.
Dalam
riwayat ini Imam Malik berkata kepadanya” allah telah memberikan cahaya dalam
hatimu, maka jaganlah engkau padamkan dengan maksiat”.
Ima>m
Asyafi’i datang menemui Ima>m Malik saat berusia tibelas tahun, kemudian ia
berangkat keyaman hingga dikenal masyarakat lantaran riwayat hidupnya yang baik
arahannya agar selalu berpedoman kepada sunnah, metode yang baik dan lain
sebagainya. Setelah itu ia pinda ke Irak. Disana ia mendalami ilmu yang serius,
menyebarkan ilmu hadis, menegakkan madzhab penduduk Irak, serta bembela sunnah
sehingga namanya di kenal dan semakin harum. Abdurrahman bin Mahdi, tokoh ahli
hadis di zamannya, kemudian memimtanya untuk menyusun kitab Ushul Fikhi.[10]
Guru-Guru Ima>m Asyafi'i
Imam Syafi'i
merupakan ulama sintesis yang beraliran antara ahli ra’yu dan ahli hadis di (Kufah
dan Madinah), di Kufah Im>am Syaf’’i menimba ilmu kepada Muhammad Ibn al-Hasan
al-Syaibani yang merupakan murid sekaligus sahabat dari Imam Hanafi. Sedangkan
di Madinah, Ima>m Syafi’i belajar kepada Ima>m Malik, Ima>m Malik
dikenal dengan sebutan ahli Hadis. Selain itu ia juga berguru kepada
ulama-ulama di Yaman, Mekah dan Madinah. Adapun ulama Yaman pernah menjadi guru
Ima>m Syafi’i yaitu :
1) Mut}araf
Ibn Mazim
2) Hisyam
Ibn Yusuf
3) ‘Umar
Ibn Abi Salamah
4) Yahya
Ibn Hasan
Adapun selama tinggal
di Mekkah, Ima>m Syafi’i belajar kepada beberapa ulama antara lain:
1) Sufyan
Ibn ‘Uyainah
2) Muslim
Ibn Khalid al-Zauji
3) Sa'id
Ibn Salim al-Kaddah
4) Daud
Ibn ‘Abdurrahman al-‘At}ar
5) ‘Abdul
Hamid ‘Abdul aziz Ibn Muhammad al-Dahrawardi
6) Ibrahim
Ibn Abi Sa’i>d Ibn Abi Fudaik
7) ‘Abdullah
Ibn Nafi’.[11]
Selain dua fikih di
atas ( aliran ra’yu dan hadis ), Im>am
Syafi’i juga belajar fikih aliran al-Auza’i dari ‘Umar Ibn Abi Salamah dan
fikih al-Lais\ dari Yahya Ibn Hasan.
Murid-Murid Ima>m
Asyafi'i
Ima>m
Syafi’i mempunyai banyak murid dalam meneruskan kajian fikih dalam alirannya.Yang
paling berperan dalam pengembangan aliran fikih Ima>m Syafi’i ini antara
lain :
1.
al-Muzani. Saat Imam
Syafi’i datang ke Mesir, al-Muzani menemuinya dan belajar fikih
kepadanya. al-Muzani dianggap orang yang paling pandai, cerdas serta yang
paling banyak menyusun kitab untuk mazhabnya.
2.
al-Buwaiti. Ia adalah
murid sekaligus sahabat Ima>m Syafi’I yang tertua berkembangsaan mesir dan
penggani atau penerus Ima>m Syafi’i.[12]
3.
Sulaiman bin
Dawud,al-Hasyi>mi,
4.
Abu Bakar Abdullah
bin az-Zubair al-Humaidi,
5.
Ibrahim bin al-Munzir
al-Himazi Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid,
6.
Ima>m Ahmad bin
Hambal,
7.
Abu Ya’kub Yusup bin
Yahya al- Buwathi,Harmala, Yunus bin Abdil A’la.
8.
Abu Yahya Muhammad
bin Sa’ad bin Ghalib al-Athhar,dan lain-lain.[13]
Karya
Ima>m Asyafi’i
al-Baihaqi
dalam manaqib asy-Syafi’i mengatakan bahwa Ima>m asy-Syafi’i
telah menghasilkan sekitar 140 kitab, baik dalam Ushul maupun maupun dalam
puru’ (cabang).[14] Sedangkan
menurut Fuat Sazkin dalam pernyataannya yang secara ringkasannya baha kitab
karya ima>m Asyafi’i jmlahnya mencapai sekiar 113-140 (antara seratus tiga
belas sampai empat pulu) kitab. Salah satu diantaranya ialah.
1.
al-Umm.
Kitab ini disusun langsung oleh Imam al-Syafi’i secara sistematis sesuai dengan
bab-bab fiqih dan menjadi rujukan utama dalam Madzhab Syafi’i.[15]
2.
Kitab Musnad,
3.
Kitab Ikhtilaf
al-Hadis yang dicetak manjadi satu kitab al-Umm
4.
Kitab al-Aqidah
5.
Kitab Ushul ad-Din wa Mas’il as-Sunnah
6.
Kitab Ahkam al-Qur’an
7.
Kitab al-Risalah.
8. Kitab Ikhtila>ful Hadi>s
9.
Kitab Imla al-Shagir
10.
Kitab Amali al-Kubra
11.
Kitab Mukhtasar al-Buwaithi[16]
Penilaian
ulama terhadap Ima>m Asyafi’i
Diriwayatkan dari Abu al-Hasan Aili bin
Ahmad ad-Dainuri az-Zahid, ia berkata, “Aku melihat Nabi saw dalam mimpiku,
lalu aku berkata, Wahai Rasulullsh, siapakah orang yang harus aku pegan
ucapannya?’ Rasulullah kemudian memberikan isyarat kepada Ali bin Abu Thalib
ra. Setelah itu rasulullah berkata, Railah tangannya lalu datangilah putra
pamam kami, Syafi’i agar ia mengamalkan madzhabnya, memberikan
bimbingan, dan mencapai pintu syurga. Kemudian ia berkata, keberadaan Syafi’I
di tengah-tenganh Ulama yang lain ibarat bulan purnama yang berada
ditengah-tengah gugusan bintang-bintang.[17]
B. Gambaran
umum kitab Ikhtila>ful Hadi>s
Kitab
yang menjadi objek kajian adalah kitab Ikhtila>ful
Hadi>s, yang merupakan salah satu kitab Musthalal Hadis yang
disusun oleh Ima>m Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i dan ditah}qi>q
oleh ‘A>mir Ahmad Haidar,
dan
sekaligus di takhrij[18] hadis-hadis yang terdapat
dalam kitab, ia juga mengklapikasi ayat
yang ada, mensyarah kalimat atau kosa kata dalam hadis-hadis tersebut, dan
mengkaji kesalahan-kesalahan yang sudah dianggap biasa yang di anggap benar.
Dalam setiap bab-bab dimulai dengan hadis, lalu di komentari oleh Ima>m
Syafi’i, sambil memberikan pendapat terhadap hadis yang di komentarinya.[19]
Adapun dalam penulisan sebuah
karya, tentu pengarang memiliki alasan tersendiri dalam pemberian judul
tersebut.
Penulis menduga bahwa pemberian judul kitab Ikhtila>ful
Hadi>s karena kitab tersebut membahas tentang hadis-hadis
yang terlihat bertentangan.
Kitab Ikhtila>ful
Hadi>s ini
terdiri dari I jilid yang terdiri dari 308 halaman. Adapun sumber-sumber
rujukan yang digunakan adalah hadis-hadis
kutubu sittah, dan kitab kitab yang lain.
C. Metode
penulisan kitab
Ikhtila>ful
Hadi>s
Dalam kitab yang menjadi kajian
pemakala adalah kitab Ikhtilaful Hadis ini karya Muhammad bin
Idris asy-Syafi’i. dan adapun pemaparan mengenai sistematika penyusunan kitab
ini sebagai berikut.
a. Pada
kitab ini disusung berdasarkan dengan bab-bab dan tema-tema hadis yang
tertentu dan yang terlihat bertenangan
yang sesuai dengan judul kiab tersebut Ikhtilaful Hadis dan seterusnya.
b. Seperti
pada halaman 67 yang dimulai dengan bab Ihktilaful min jahatu almuba>h
yaitu bab yang menjelaskan perbedaan yang berkaitang dengan mubah.
c. Dalam
setiap bab-bab dimulai dengan hadis, lalu di komentari oleh Ima>m Syafi’i,
sambil memberikan pendapat terhadap hadis yang di komentarinya dan seterusnya.
Untuk lebih jelasnya,
pemakalah menampilkan daftar isi dari kitab Ikhtilaful Hadis karya Muhammad bin Idris asy-Syafi’i ini
sebagai berikut:
|
NO
|
DAFTAR ISI
|
HALAMAN
|
|
1
|
مقدمة الحقق
|
5
|
|
2
|
منحج العمل
|
7
|
|
3
|
ترجمة الشافعي
|
9
|
|
4
|
ترجمت اربيع
|
29
|
|
5
|
مقدمة
الموءلف
|
35
|
|
6
|
باب الاختلاف من
جهة المباح
|
67
|
|
7
|
باب القراءة في
الصلا ة
|
69
|
|
8
|
باب في الش
|
70
|
|
9
|
باب سجود القران
|
72
|
|
10
|
باب القصر
ولاتمان في السفر, في الجوف وغير الخوف
|
73
|
|
11
|
باب الخلاففي ذلك
|
77
|
|
12
|
باب الفطر الصوم
في السفر
|
81
|
|
13
|
باب قتل الأساري
والمفاداة بهم والمن عليهم
|
90
|
|
14
|
باب الماء من
الماء
|
92
|
|
15
|
باب الجلاف في ان
الغسل لا يجب الا ببخروج الماء
|
95
|
|
16
|
باب التيمم
|
90
|
|
17
|
باب صلاة الإمام
جالساً ومن خلفه قياماً
|
90
|
|
18
|
باب صوم يوم
عاشورء
|
101
|
|
19
|
باب الطها رة
بالماء
|
103
|
|
20
|
باب السعات التى
تكره فيها الصلاة
|
115
|
|
21
|
باب الجلاف فى
هذا الباب
|
120
|
|
22
|
باب أكل الصّب
|
129
|
|
23
|
باب المجمل
والمفسر
|
131
|
|
24
|
باب الجلف فيمن
تؤخذ منه الجزية وفيمن دان دين أهل الكتاب قبل نزول القرآن
|
136
|
|
25
|
باب المعربين
يديالمصلي
|
138
|
|
26
|
باب خروج
النساءالي المساجد
|
141
|
|
27
|
باب غسلب الجمعة
|
148
|
|
28
|
باب نكاح البكر
|
151
|
|
29
|
باب النجس
|
154
|
|
20
|
باب في بيع الرجل
على بيع اخيه
|
155
|
|
21
|
باب بيع الحاضر
للبادي
|
157
|
|
22
|
باب تلقيا السلع
|
157
|
|
23
|
باب عطية الرجل
لولده
|
158
|
|
24
|
باب بيع المكاتب
|
159
|
|
26
|
باب الضحايا
|
162
|
|
27
|
باب المجتلفات
التى يوجدعلى ما يؤخذمنها دليلعلى عسل القدمين ومسحهما
|
166
|
|
28
|
باب
الإفارولتغليل بالفجر
|
169
|
|
29
|
باب رفع الأيدي
فى الصلاة
|
172
|
|
30
|
باب خلاف فيه
|
176
|
|
31
|
باب صلاة المنفرد
|
177
|
|
32
|
باب المجتلفات
التىيوجد على ما يؤجذ منهادليل على صلاة الجوف
|
181
|
|
33
|
باب صلاة كسوف
الشمش والقمر
|
183
|
|
34
|
باب الخلاف في
ذلك
|
188
|
|
35
|
باب من اصبح
جنباً فى س
|
190
|
|
36
|
باب هر رمضان
|
196
|
|
37
|
باب الحجامةللصاءم
|
199
|
|
38
|
باب نكاح الحرم
|
201
|
|
39
|
باب مايكره فى
الربا من الزيادة فى البيوع
|
203
|
|
40
|
باب من أقيم عنه
حد في شيء اربع مرات تم عاد له
|
204
|
|
41
|
باب الحوم
الضحايا
|
207
|
|
42
|
باب العقوبات فى
المعاص
|
201
|
|
43
|
باب نكاح المتعة
|
204
|
|
44
|
باب الخلاف في
نكاح المتعة
|
207
|
|
45
|
باب فى الجنا ءز
|
210
|
|
46
|
باب في الشفعة
|
213
|
|
47
|
باب في بكان الحي
على الميت
|
217
|
|
48
|
باب استقبال
القتلة للغاءط والبول
|
218
|
|
49
|
باب
الصلاة في الثوب الواحد ليس على عاتق المرء منه شيء
|
219
|
|
50
|
باب الكلام في
الصلاة
|
220
|
|
51
|
باب الخلاف في
الكلام سا هيأ
|
225
|
|
52
|
باب القنوت في
الصلوات كلها
|
228
|
|
53
|
باب الطيب
للإحرام
|
230
|
|
54
|
باب الخلاف في
تطيب المحرم للإحرام
|
232
|
|
55
|
باب ما يأكل
المحرم من الصيد
|
235
|
|
56
|
باب خطبة الرجل
علي خطبط أخيه
|
238
|
|
57
|
باب الصوم لرؤية
الهلال والفطرله
|
240
|
|
58
|
باب نفي الولد
|
243
|
|
59
|
باب في طلاق الثلا ث المجموعه
|
245
|
|
60
|
باب طلاق الحاءد
|
248
|
|
61
|
باب بيع الرطب
باليا بس في الطعام
|
251
|
|
62
|
باب الخلا في
العرايا
|
265
|
|
63
|
باب بيع الطعام
|
267
|
|
64
|
باب المصراة
الخاج بالضما
|
270
|
|
65
|
باب الخلا في
المصراة
|
273
|
|
67
|
باب كسب الحجام
|
279
|
|
68
|
باب الد عو ى
والبينات
|
270
|
|
69
|
باب الخلاف في
هذه الا حاديث
|
273
|
|
70
|
باب المختلفات
التي لا يثبت بعضها من متا ولم يحج او كان عليه نذر
|
276
|
|
71
|
باب المختلفات
التي لايثبت بعضه من أعتق شركان له في عبد
|
294
|
|
72
|
باب الخلاف في
هذا الباب
|
294
|
|
73
|
باب قتل المؤمن
بالكافر
|
298
|
|
74
|
باب الخلاف في
قتل المؤمن بالكا فر
|
299
|
|
75
|
باب جرح العجماء
جبار
|
302
|
|
76
|
باب المختلفات
التي عليها دلالة
|
305
|
Keterangan :
Pada bab yang
pertama Seperti pada halaman 67 yang dimulai dengan bab Ihktilaful min
jahatu almuba>h yaitu bab yang menjelaskan perbedaan yang berkaitan
dengan mubah Sebagai berikut:
باب الاختلاف من جهة
المباح
حد ثنا الربيع ,قال اخبرنا
الشا فعي, قال : اخبرنا عبد العزيز بن محمدعن زيد بن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابن
عباس : ان رسول الله صلله عليه وسلم وضا وجحح ويديه ومسح برأسه مرة "
اخبرنا
الشافعي قال: اخبرنا سفيان بن عييبة عن هشام بن عروة عن ابيه عن حمران مولى عثمان
بن عفان: ان النبي صلى الله عليه و سلم توضا ثلاثا ثلاثا
اخبرنا
الشافع, قال: اخبرنا مالك عن عمرو بن يحيى المازني عن ابيه: انه سمع رجلا يسال عبد
الله بن زيد عهل تستطيع ان تريني كيف كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يتوضا؟
فدعا بماء ثم ذكر انه غسل وجهه ثلاثا ويديه مرتين مرتين و مسح راسه و غسل رجليه [20]
Artinya :
Rabi>’ menceritakan
kepada kami, menceritakan kepada Asyafi’i, menceritakan kepada Abdul Aziz bin
Muhammad dari Zaid bin Aslam dari ‘Atha>i bin Yasa>r dari Ibnu
‘Abba>s” Bahwa sanya Rasulullah jikalau berudu ia membasu tangannya dan
menyapu kepalanya satu-satu kali.
Ima>m
Syafi’i berkata menceritakan kepada Sufya>n bin ‘Uyainah dari Hasyim bin
‘Urwah dari bapaknya Hamra>ni Maula> bin ‘Affa>n. Bahwa sanya
Rasulullah berudu tiga-tiga kali
Ima>m
Syafi’i berkata di ceritakan kepada Malik dari Umar bin Yahya al-Ma>zini
dari bapaknya. Bahwa sanya Ima>m Syafi’i mendengar seseorang laki-laki
bertanya kepada ‘Abdullah Ibnu Zaid apakah engkau senantiasa melihat bagai mana
Rasulullah berudhu, maka ketika Rasulullah mengabil air wudu menyebutkan
bahwasanya membasu wajahnya tiga kali dan tangannya dua-dua kali dan mengusap
kepalanya dan membasu kedua kakinya.
Ima>m
Syafi’i berkata tidak dikatakan sesuatu dari beberapa hadis tersebut Mutlak
berbedah. Akan tetapi perbuatan di dalamnya berbeda dari segi membasu wajah itu
mubah, tidak ada perbedaan halal dan haram, perintah dan larangan didalamnya,
kan tetapi sebagian kecil orang mengatakan tidak diperbolehkan berudu satu laki
basuhan dan yang paling sempurnah berudhu ialah membasu tiga kali.
Syafi‘iy
berkata, “Hadis yang menyebutkan bahwa Nabi mengusap sepatu ketika berwudu,
tidaklah bertentangan atau menyalahi hadis yang menjelaskan tentang pelaksanaan
wudu dengan membasuh kaki, melainkan hadis tersebut menjelaskan bahwa mengusap
sepatu merupakan keringanan atau rukhs}ah pada saat tertentu jika kurang
memungkinkan untuk membasuh kaki.”
Pada bab kedua
menjelaskan tentang al-qira>ah fi> al-s}ala>h yaitu bacaan dalam shalat pada halaman 69
باب
القراءة في الصلا ة
اخبرنا
الشافع قال : فيان عن مسعر عن الوليد بن سريع عن عمرو بن حريث قال: سمعت النبي
يقرا في الصباخبرنا سح :( والليل اذا عسعس) قال الشافع: يعني يقرا في الصبح(
اذا الشمس كورت)
اخبرنا
سفيان عن زياد بن علاقة عن عمه قال: سمعت النبي عليه السلام في الصبح يقرا : (و
النخل باسقات) قال الشافعي: يعني بقاف[21]
Artinya :
Ima>m
Syafi’i menceritakan kepada kami, Ima>m Syafi’I berkata menceritakan kepada
Safya>n dari Mas’ur dari Alwalid bin sari>’ dari ‘Umar bin Hari>s berkata : Saya mendengar Rasulullah saw
bembaca pada waktu subuh surah wallai>l idza> ‘as’as, Ima>m
Syafi’i berkata bahwa sanya nabi membaca pada waktu subuh idza> assamsu
kuwwirat.
Safyan
menceritakan kepada kami dari Zia>d bin ‘Ala>kah dari ‘Ummuh ia berkata :
saya mendengan Rasulullah saw membaca waktu shalat subuh pada surah wannahklu ba>sika>t,
lalu Ima>m Syafi’i berkata bahwa sanya yang dimaksud ialah bika>f.
Ima>m Syafi’i
berkata : ini bukan dianggap sebagai perbedaan walapun ketika melaksanakan
shalat ia membaca bacaan yang berbedah bedah, dengan tujuan untuk menjaga
hafalannya. Di sampin itu Allah membolehkan membaca ayat apa saja, dan Nabi
mempraktekkan mambaca surah al-fatiha dan ayat lain yang mudah atau yang ia
bisa baca, ini menunjukkan bahwa bacaan yang dibaca pada tiap-tiap bacaan
adalah surah al-fatiha dan juga disertai beberapa ayat pada dua rakaat yang
awal.
Kelebihan dan
keterbatasan.
Pada dasarnya, kitab-kitab yang
ada dengan pengarang masing-masing, memiliki sisi yang dapat disebut sebagai
kelebihan atau keterbatasan, yang bergantung pada berbagai latar yang melatari
sebuah penilaian. Namun untuk kitab Ikhtilaful Hadis ini karya
Muhammad bin Idris asy-Syafi’i. penulis mencoba mengamati dan mendapatkan beberapa
keistimewaan berikut ini:
a.
Kelebihan dalam kitab ini ialah dapat mamaparkan
dari beberapa hadis-hadis yang terliat bertentangan. lalu di komentari dan
diberiakan pendapat oleh Ima>m Asyafi’i itu sendiri.
b.
Dapat Memudahkan pembaca mendapatkan solusi jika
ada hadis yang bertentangan yang sulit dipahami.
c.
Memudahkan pembaca dengan dicantumkannya rujukan
pada footnote.
Adapun mengenai keterbatasannya, dalam kitab ini
tidak memberikan atau mencantumkan pendapat-pendapat dari Ulama yang lainnya,
mengenai tentang hadis-hadis yang bertentangan tersebut, hanya meberikan
penjelasanri Ima>m Asyafi’i sendiri, tanpa
ada penjelasan tambahan dari Ulam yang lain.
d.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a.
Ima>m
syafi’i bernama Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin al-Abba>s bin Utsm>an
bin Syafi’ bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Ha>syim bin
Almuththalib bin Abdu Mana>p bin Qushai al-Qurasyi Muththalibi Asy- Syaif’i al- Hijazi al-Hakki.
Bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Lui> bin Go>lib bin Fahar bin Malik bin
Nadri bin Kina>nah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudri bin
Niza>r bin Muad bin Adna>nah bin al-Humaisi bin Ummi Rasulullah saw. Dia
terhitung dari keluarga Rasulullah saw yang keturunannya bertemu nasabnya pada
Abdu Manaf al-Marku>ri.
Ulama
sepakat bahwa Ima>m Syafi’i lahir pada tahun 150 H, Pendapat
mashur yang dianut oleh ulama, bahwa Ima>m Syafi’i di lahirkan di Ghazha.
Ada juga yang berpendapat bahwa di lahirkan di Asqalan. Kedua dari daerah
tersebut adalah wilayah suci yang diberkati Allah. Sedangkan jarak antara kedua
wilayah tersebut sekitar dua marhala dari baitul maqdis. Ia kemudian di bawa ke
makkah saat berusia 2 tahun dan wafat di mesir pada tahun 204 H saat berusia 54
tahun.
b.
Kitab yang menjadi objek kajian
adalah kitab Ikhtila>ful Hadi>s,
yang
merupakan salah satu kitab Musthalal Hadis yang disusun oleh Ima>m
Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i dan ditah}qi>q oleh ‘A>mir
Ahmad Haidar, dan
sekaligus di takhrij hadis-hadis yang terdapat dalam kitab, ia juga mengklapikasi ayat yang ada,
mensyarah kalimat atau kosa kata dalam hadis-hadis tersebut, dan mengkaji
kesalahan-kesalahan yang sudah dianggap biasa yang di anggap benar. Dalam
setiap bab-bab dimulai dengan hadis, lalu di komentari oleh Ima>m Syafi’i, sambil
memberikan pendapat terhadap hadis yang di komentarinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Asyafi’i, Abu Abdullah Muhammad bin
Idris. Musnad Imam Syafi’I. Pustaka
Azzam Penerjemah Rahmatullah. Cet. I;
Jakarta Pustaka Azzam,2008.
Zakariyya>,
Abu> al-H{usai>n Ah}mad ibn Fa>ris ibn, Mu‘jam Maqa>yi>s
al-Lugah, Juz II; Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H./ 1979 M.
As\qala>ni,
Ah}mad ibn ‘Ali ibn H{ajar al-Tahz\i>b al-Tahz\i>b. Juz I; Beirut:
Da>r al-Fikr, 1984.
Syurbasyi, Ahmad Asy, Al-Aimmah
al-Arba'ah. Terj. Futuhlm Arifin, "Biografi
Abu> Bakar, Ahmad bin al Husaini bin
Ali bin Musa al- Baihaqi. Mana>kib
as-Syafi’i. Juz I; Da>r Attara>t Mesir 1979-1390.
Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedi
Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.
Baso Midong, Mukhtalaf al-Hadis
Makassar: Alaudd University Press, 2012.
Syurashi, Ahmad, Biografi Empat Imam
Mazhab. Solo: Media Insani Press, 2006.
Ibkholka>n,Wapiya>tu
al-I’ya>ni wa anba>i Abna>I Azzama>n. Juz IV t. th
asy-Syafi’I,
Ima>m Muhammad bin Idri>s. Ikhtila>ful Hadi>s. Penerbit
Muassasah al-Kutub Assiqopiah:Cet I; Bairut,1985M 1405 H.
Mahmud Syalthut, Fiqih Tujuh
Madzhab, terj. Abdullah Zakiy al-Kaaf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.
Minjahuddin, Posisi Fikhi Muka>ran: Fikhi Perbandingan dalam
Penyelesaian Masalah Ihktilafiyah.
Muhammad Ali As-Sayis, Tārikh al-Fiqh al-Islāmi, diterjemahkan oleh Nurhadi Aga
dengan judul Sejarah Fikih Islam, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2003.
Saifudin Nur, Ilmu Fiqh Suatu
Pengantar Komprehensif Kepada Hukum Islam,Bandung: Tafakur, 2007.
Ash
Shiddieqy TM, Hasbi. Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang: PT Putaka
Rizki Putra, 1997.
[1] Baso Midsitzong, Mukhtalaf
al-Hadis (Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 29.
[2]
Minhajuddin, Posisi Fikhi Muka>ran: Fikhi Perbandingan dalam
Penyelesaian Masalah Ihktilafiyah,h. 23.
[3]
‘Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-safi’I, Musnad Imam
Syafi’I, Pustaka Azzam Penerjemah Rahmatullah. Juz I (Cet. I; Jakarta
Pustaka Azzam,2008). Jld 1. h. 1.
[4]
Ahmad
bin al-Husaini
bin Ali bin Musa al- Baihaqi Abu>
Bakar, Mana>kib as-Syafi’i. Juz I (Da>r Attara>t Mesir
1979-1390.), hal. 88.
[5] Ibkholka>n,Wapiya>tu
al-I’ya>ni wa anba>i Abna>I Azzama>n Juz IV t. th. Hlm 163.
[6]
Abu Abdullah Muhammad bin
Idris asy-safi’I, Musnad Imam Syafi’I, Pustaka Azzam Penerjemah
Rahmatullah. Juz I (Cet. I; Jakarta Pustaka Azzam,2008). Jld 1. h. 5.
[7]
Mahmud Syalthut, Fiqih
Tujuh Madzhab, terj. Abdullah Zakiy al-Kaaf, (Bandung:CV Pustaka Setia,
2000), hlm. 17.
[9]
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi
Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hal. 1680
[10]
Abu Abdullah Muhammad bin
Idris asy-safi’I, Musnad Imam Syafi’I, Pustaka Azzam Penerjemah
Rahmatullah. Juz I (Cet. I; Jakarta Pustaka Azzam,2008). Jld . h. 10.
[11]
Saifudin Nur, Ilmu
Fiqh Suatu Pengantar Komprehensif Kepada Hukum Islam,Bandung: Tafakur,
2007, hal. 99-100
[12]
Muhammad Ali
As-Sayis, Tārikh al-Fiqh al-Islāmi, diterjemahkan oleh Nurhadi Aga
dengan judul Sejarah Fikih Islam, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2003, hal. 156
[13]. Ah}mad ibn ‘Ali ibn H{ajar
al-‘Asqala>ni>, Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Juz I, (Beirut:
Da>r al-Fikr, 1984),
h. 9
[14] Manaqib. Asy-Syafi’I karya
albaihaqi h.1
[15]
TM. Hasbi
Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, (Semarang: PT Putaka
Rizki Putra, 1997), hlm.’ 480 – 481.
[16] Ahmad Asy Syurbasyi, Al-Aimmah
al-Arba'ah, Terj. Futuhlm Arifin, "Biografi
Empat
Imam Madzhabi", Jakarta: Pustaka Qalami, 2003, hlm. 144.
[17]
Abu Abdullah Muhammad bin
Idris asy-safi’I, Musnad Imam Syafi’I, Pustaka Azzam Penerjemah
Rahmatullah. Juz I (Cet. I; Jakarta Pustaka Azzam,2008). Jld . h. 10.
[18]
kata takhri>j adalah bentuk masdar dari
kata kharraja-yukharriju-takhri>jan, berakar dari huruf-huruf kha,
ra, dan jim, mempunyai dua makna dasar yaitu: al-nafa>z\ ‘an al -syai’ yang artinya menembus sesuatu dan ikhtila>f launain yang artinya
perbedaan dua warna. Lihat Abu> al-H{usain
Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah,
Juz II (Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M)n, h. 175.
[19]Ima>m
Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i, Ikhtila>ful Hadi>s, Penerbit Muassasah al-Kutub
Assiqopiah:.(Cet I Bairut,1985M 1405 H.)
h 67.
[20]
Ima>m
Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i, Ikhtila>ful Hadi>s, Penerbit Muassasah al-Kutub
Assiqopiah:.(Cet I Bairut,1985M 1405 H.)
h 67.
[21]
Ima>m
Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i, Ikhtila>ful Hadi>s, Penerbit Muassasah al-Kutub
Assiqopiah:.(Cet I Bairut,1985M 1405 H.)
h 69.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar