Selasa, 12 Januari 2016

METODOLOGI PENYUSUNAN KITAB IKHTILAFUL HADIS, KARYA IMAM SYAFI"I

Tidak ada komentar:
A.    Latar belakang
Al-Qur’an dan hadis adalah sumber ajaran Islam. Sehingga tentunya harus dipelihara dan dijaga keutuhannya, agar ajaran yang terkandung di dalamnya tetap murni, sebagaimana keinginan peletaknya. Berbicara mengenai hadis, Sebagaimana  yang dikeutahi bahwa hadis adalah perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muh}ammad saw adalah sebagai pedoman bagi setiap ummat muslim. Adapun dalam memahami hadis terkadang kita berbeda pendpat, pandangan, atau sikap dalam menyikapinya. Karna begitu banyak hadis-hadis yang terliah bertentangan dengan sisilain yang berbedah. Perbedaan pendapat di antara kalangan umat Islam melingkuti berbagai macam hal, seperti siya>sah (politik), dakwah, fikhi dan lainnya.[1] Pertentangan pada umumnya adalah berlawanan. Tetapi perbedaan pendapat karna titik dan tujuanya sama, adalah rahmat. Sebagai mana yang dimaksu dengan ungkapan ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz
         ان الإختلاف رحمة[2]                                             
Artinya : sesungguhnya perbedaan adalah rahmat.
kitab Ikhtila>ful Hadi>s, adalah salah satu kitab yang membahas tentang hadis hadis yang terlihat bertentangan yang dikarang oleh Ima>m Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i dia adalah seorang Ulama yang mendalami ilmu Fikhi. Dilihat dari judul kitab, jelas kitab ini khusus membahas Ikhtila>ful Hadi>s. Kitab ini tentunya sangat bagus untuk diketahui, umumnya seluruh ummat Islam dan khususnya penuntut ilmu yang bergelut di bidang ilmu hadis. Selanjtnya penulis akan meneliti lebih jauh terkait kitab ini pada bab selanjutnya.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, pemakalah dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana biografi penulis kitab Ikhtila>ful Hadi>s ?
2.      Bagaimana gambaran umum kitab Ikhtila>ful Hadi>s ?
3.      Bagaimana metode penyusunan kitab Ikhtila>ful Hadi>s ?
4.      Apa kelebihan dan keterbatasan kitab Ikhtila>ful Hadi>s ?












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Ima>m Asyafi’i
           Nama lengkap Ima>m Asyafi’i
           Ima>m Syafi’i bernama Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin al-Abba>s bin Utsm>an bin Syafi’ bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Ha>syim bin Almuththalib bin Abdul Mana>f bin Qushai al-Qurasyi  Muththalibi Asy- Syaif’i al- Hijazi al-Hakki.[3] Bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Lui> bin Go>lib bin Fahar bin Malik bin Nadri bin Kina>nah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudri bin Niza>r bin Muad bin Adna>nah bin al-Humaisi bin Ummi Rasulullah saw.[4] Dia terhitung dari keluarga Rasulullah saw yang keturunannya bertemu nasabnya pada Abdul Manaf al-Marku>ri.[5]
          Ulama sepakat bahwa Ima>m Syafi’i lahir pada tahun 150 H, ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada pada tahun Ima>m Abu Hanifah Wafat. Menurut al-Baihaqi, penepatan kelahiran Ima>m Syafi’i bertepatan dengan Abu Hanifah meninggal dunia adalah tidak benar. Pendapat mashur yang dianut oleh ulama, bahwa Ima>m Syafi’i di lahirkan di Ghazha. Ada juga yang berpendapat bahwa di lahirkan di Asqalan. Kedua dari daerah tersebut adalah wilayah suci yang diberkati Allah. Sedangkan jarak antara kedua wilayah tersebut sekitar dua marhala dari baitul maqdis. Ia kemudian di bawa ke makkah saat berusia 2 tahun dan wafat di mesir pada tahun 204 H saat berusia 54 tahun.
          Sedangkan menurut ar-Rabi’ Ima>m Syafi’I wafat pada malam jum’at setelah maghrif saat aku berarada disampinnya. Jazadnya kemudian disemanyamkan setelan ashar pada hari jum’at, yaitu hari terakhir bulan Rajab tahun 204 H. kuburannya berada di mesir. Ia sangat dihormati dan disanjung lantaran predikat Ima>m yang disandangnya.[6]
          Ima>m al-Syafi’i dapat menghafal al-Qur'an dalam umur yang masih sangat muda. Kemudian ia memusatkan perhatian menghafal hadits. Ia menerima hadits dengan cara membaca dari atas tembikar dan kadang-kadang di kulit-kulit binatang. Ia seringkali pergi ke tempat buangan kertas untuk memilih mana-mana yang masih dapat dipakai.[7]
Riwayat pendidikan Asyafi’i
Pendidikannya diawali dengan belajar al-Qur'an. Guru pertama beliau adalah Muslim bin Khalid az-Zanji, seorang mufti Makkah.[8] Dan pada saat itu Imam Syafi’I anak yatim dalam asuhan ibunya dengan kondisi ekonomi yang sangat sulit dan memperhatingkan, sejak kecil ia sudah duduk bersama ulama dan memcacat Ilmu diatas tulan dan media yang lainnya lantaran ketidak sediaan kertas saat itu. Ima>m Syafi’i juga mempelajari sya’ir, sejarah, bangsa Arab, dan sastra kemudian fikhi.
            Setelah Imam Syafi’i belajar fiqhi dari Muslim bin Khalid Az-Zannji dan Imam Makkah lainnya, Kemudian ia pergi ke Madinah dan berguru fiqih kepada Imam Malik bin Anas.[9] Dan perjalanannya itu kemudian menjadi terkenal lantaran sebuah tulisannya pada saat itu. Ima>m Malik memperlakukannya dengan hormat lantaran garis keturunan, Ilmu pemahaman, nalar dan sastar Imam Syafi’i yang dikuasainya. Ia kemudian membaca kitab al-Muwaththa’ di hadapan Ima>m Malik dengan cara menghafal hingga membuat Ima>m Malik kagum, bahkan ia memintanya untuk membaca lagi al-Muwaththa’ lantara kekagumannya terhadap Imam Syafi’i
          Ketika ia sedang belajar dari Imam malik, Imam Malik berkata kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah, karna akan terjadi sesuatu yang besar pada dirimu.
          Dalam riwayat ini Imam Malik berkata kepadanya” allah telah memberikan cahaya dalam hatimu, maka jaganlah engkau padamkan dengan maksiat”.
Ima>m Asyafi’i datang menemui Ima>m Malik saat berusia tibelas tahun, kemudian ia berangkat keyaman hingga dikenal masyarakat lantaran riwayat hidupnya yang baik arahannya agar selalu berpedoman kepada sunnah, metode yang baik dan lain sebagainya. Setelah itu ia pinda ke Irak. Disana ia mendalami ilmu yang serius, menyebarkan ilmu hadis, menegakkan madzhab penduduk Irak, serta bembela sunnah sehingga namanya di kenal dan semakin harum. Abdurrahman bin Mahdi, tokoh ahli hadis di zamannya, kemudian memimtanya untuk menyusun kitab Ushul Fikhi.[10]
Guru-Guru Ima>m Asyafi'i
Imam Syafi'i merupakan ulama sintesis yang beraliran antara ahli ra’yu dan ahli hadis di (Kufah dan Madinah), di Kufah Im>am Syaf’’i menimba ilmu kepada Muhammad Ibn al-Hasan al-Syaibani yang merupakan murid sekaligus sahabat dari Imam Hanafi. Sedangkan di Madinah, Ima>m Syafi’i belajar kepada Ima>m Malik, Ima>m Malik dikenal dengan sebutan ahli Hadis. Selain itu ia juga berguru kepada ulama-ulama di Yaman, Mekah dan Madinah. Adapun ulama Yaman pernah menjadi guru Ima>m Syafi’i yaitu :
1)      Mut}araf Ibn Mazim
2)      Hisyam Ibn Yusuf
3)      ‘Umar Ibn Abi Salamah
4)      Yahya Ibn Hasan
Adapun selama tinggal di Mekkah, Ima>m Syafi’i belajar kepada beberapa ulama antara lain:
1)      Sufyan Ibn ‘Uyainah
2)      Muslim Ibn Khalid al-Zauji
3)      Sa'id Ibn Salim al-Kaddah
4)      Daud Ibn ‘Abdurrahman al-‘At}ar
5)      ‘Abdul Hamid ‘Abdul aziz Ibn Muhammad al-Dahrawardi
6)      Ibrahim Ibn Abi Sa’i>d Ibn Abi Fudaik
7)      ‘Abdullah Ibn Nafi’.[11]
Selain dua fikih di atas ( aliran ra’yu dan hadis ), Im>am Syafi’i juga belajar fikih aliran al-Auza’i dari ‘Umar Ibn Abi Salamah dan fikih al-Lais\ dari Yahya Ibn Hasan.
Murid-Murid Ima>m Asyafi'i
Ima>m Syafi’i mempunyai banyak murid dalam meneruskan kajian fikih dalam alirannya.Yang paling berperan dalam pengembangan aliran fikih Ima>m Syafi’i ini antara lain :
1.                  al-Muzani. Saat Imam Syafi’i datang ke Mesir, al-Muzani  menemuinya dan belajar fikih kepadanya. al-Muzani dianggap orang yang paling pandai, cerdas serta yang paling banyak menyusun kitab untuk mazhabnya.
2.                  al-Buwaiti. Ia adalah murid sekaligus sahabat Ima>m Syafi’I yang tertua berkembangsaan mesir dan penggani atau penerus Ima>m Syafi’i.[12]
3.                  Sulaiman bin Dawud,al-Hasyi>mi,
4.                  Abu Bakar Abdullah bin az-Zubair al-Humaidi,
5.                  Ibrahim bin al-Munzir al-Himazi Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid,
6.                  Ima>m Ahmad bin Hambal,
7.                  Abu Ya’kub Yusup bin Yahya al- Buwathi,Harmala, Yunus bin Abdil A’la.
8.                  Abu Yahya Muhammad bin Sa’ad bin Ghalib al-Athhar,dan lain-lain.[13]
          Karya Ima>m Asyafi’i
          al-Baihaqi dalam manaqib asy-Syafi’i mengatakan bahwa Ima>m asy-Syafi’i telah menghasilkan sekitar 140 kitab, baik dalam Ushul maupun maupun dalam puru’ (cabang).[14] Sedangkan menurut Fuat Sazkin dalam pernyataannya yang secara ringkasannya baha kitab karya ima>m Asyafi’i jmlahnya mencapai sekiar 113-140 (antara seratus tiga belas sampai empat pulu) kitab. Salah satu diantaranya ialah.
1. al-Umm. Kitab ini disusun langsung oleh Imam al-Syafi’i secara sistematis sesuai dengan bab-bab fiqih dan menjadi rujukan utama dalam Madzhab Syafi’i.[15]
2.      Kitab Musnad,
3.      Kitab Ikhtilaf al-Hadis yang dicetak manjadi satu kitab al-Umm
4.    Kitab al-Aqidah
5.    Kitab Ushul ad-Din wa Mas’il as-Sunnah
6.    Kitab Ahkam al-Qur’an
7.    Kitab al-Risalah.
8.   Kitab Ikhtila>ful Hadi>s
9.    Kitab Imla al-Shagir
10.   Kitab Amali al-Kubra
11.   Kitab Mukhtasar al-Buwaithi[16]
Penilaian ulama terhadap Ima>m Asyafi’i
Diriwayatkan dari Abu al-Hasan Aili bin Ahmad ad-Dainuri az-Zahid, ia berkata, “Aku melihat Nabi saw dalam mimpiku, lalu aku berkata, Wahai Rasulullsh, siapakah orang yang harus aku pegan ucapannya?’ Rasulullah kemudian memberikan isyarat kepada Ali bin Abu Thalib ra. Setelah itu rasulullah berkata, Railah tangannya lalu datangilah putra pamam kami, Syafi’i agar ia mengamalkan madzhabnya, memberikan bimbingan, dan mencapai pintu syurga. Kemudian ia berkata, keberadaan Syafi’I di tengah-tenganh Ulama yang lain ibarat bulan purnama yang berada ditengah-tengah gugusan bintang-bintang.[17]
B. Gambaran umum kitab Ikhtila>ful Hadi>s
Kitab yang menjadi objek kajian adalah kitab Ikhtila>ful Hadi>s, yang merupakan salah satu kitab Musthalal Hadis yang disusun oleh Ima>m Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i dan ditah}qi>q oleh ‘A>mir Ahmad Haidar, dan sekaligus di takhrij[18] hadis-hadis yang terdapat dalam kitab,  ia juga mengklapikasi ayat yang ada, mensyarah kalimat atau kosa kata dalam hadis-hadis tersebut, dan mengkaji kesalahan-kesalahan yang sudah dianggap biasa yang di anggap benar. Dalam setiap bab-bab dimulai dengan hadis, lalu di komentari oleh Ima>m Syafi’i, sambil memberikan pendapat terhadap hadis yang di komentarinya.[19]
 Adapun dalam penulisan sebuah karya, tentu pengarang memiliki alasan tersendiri dalam pemberian judul tersebut. Penulis menduga bahwa pemberian judul kitab Ikhtila>ful Hadi>s karena kitab tersebut membahas tentang hadis-hadis yang terlihat bertentangan.
Kitab Ikhtila>ful Hadi>s ini terdiri dari I jilid yang terdiri dari 308 halaman. Adapun sumber-sumber rujukan yang digunakan adalah hadis-hadis  kutubu sittah, dan kitab kitab yang lain.
 C.   Metode penulisan kitab Ikhtila>ful Hadi>s
         Dalam kitab yang menjadi kajian pemakala adalah kitab Ikhtilaful Hadis ini karya Muhammad bin Idris asy-Syafi’i. dan adapun pemaparan mengenai sistematika penyusunan kitab ini sebagai berikut.
a.       Pada kitab ini disusung berdasarkan dengan bab-bab dan tema-tema hadis yang tertentu   dan yang terlihat bertenangan yang sesuai dengan judul kiab tersebut Ikhtilaful Hadis dan seterusnya.
b.       Seperti pada halaman 67 yang dimulai dengan bab Ihktilaful min jahatu almuba>h yaitu bab yang menjelaskan perbedaan yang berkaitang dengan mubah.
c.       Dalam setiap bab-bab dimulai dengan hadis, lalu di komentari oleh Ima>m Syafi’i, sambil memberikan pendapat terhadap hadis yang di komentarinya dan seterusnya.
Untuk lebih jelasnya, pemakalah menampilkan daftar isi dari kitab Ikhtilaful Hadis  karya Muhammad bin Idris asy-Syafi’i ini sebagai berikut:



NO

DAFTAR ISI
HALAMAN
1
مقدمة الحقق
5
2
منحج العمل
7
3
ترجمة الشافعي
9
4
ترجمت اربيع
29
5
مقدمة الموءلف 
35
6
باب الاختلاف من جهة المباح
67
7
باب القراءة في الصلا ة
69
8
باب في الش
70
9
باب سجود القران
72
10
باب القصر ولاتمان في السفر, في الجوف وغير الخوف
73
11
باب الخلاففي ذلك
77
12
باب الفطر الصوم في السفر
81
13
                              باب قتل الأساري والمفاداة بهم والمن عليهم
90
14
باب الماء من الماء
92
15
باب الجلاف في ان الغسل لا يجب الا ببخروج الماء
95
16
باب التيمم
90
17
باب صلاة الإمام جالساً ومن خلفه قياماً
90
18
باب صوم يوم عاشورء
101
19
باب الطها رة بالماء
103
20
باب السعات التى تكره فيها الصلاة
115
21
باب الجلاف فى هذا الباب
120
22
باب أكل الصّب
129
23
باب المجمل والمفسر
131
24
باب الجلف فيمن تؤخذ منه الجزية وفيمن دان دين أهل الكتاب قبل نزول القرآن
136
25
باب المعربين يديالمصلي
138
26
باب خروج النساءالي المساجد
141
27
باب غسلب الجمعة
148
28
باب نكاح البكر
151
29
باب النجس
154
20
باب في بيع الرجل على بيع اخيه
155
21
باب بيع الحاضر للبادي
157
22
باب تلقيا السلع
157
23
باب عطية الرجل لولده 
158
24
باب بيع المكاتب
159
26
باب الضحايا
162
27
باب المجتلفات التى يوجدعلى ما يؤخذمنها دليلعلى عسل القدمين ومسحهما
166
28
باب الإفارولتغليل بالفجر
169
29
باب رفع الأيدي فى الصلاة
172
30
باب خلاف فيه
176
31
باب صلاة المنفرد
177
32
باب المجتلفات التىيوجد على ما يؤجذ منهادليل على صلاة الجوف
181
33
باب صلاة كسوف الشمش والقمر
183
34
باب الخلاف في ذلك
188
35
باب من اصبح جنباً فى س
190
36
باب هر رمضان
196
37
باب  الحجامةللصاءم
199
38
باب نكاح الحرم
201
39
باب مايكره فى الربا من الزيادة فى البيوع
203
40
باب من أقيم عنه حد في شيء اربع مرات تم عاد له
204
41
باب الحوم الضحايا
207
42
باب العقوبات فى المعاص
201
43
باب نكاح المتعة
204
44
باب الخلاف في نكاح المتعة  
207
45
باب فى الجنا ءز
210
46
باب في الشفعة
213
47
باب في بكان الحي على الميت
217
48
باب استقبال القتلة للغاءط والبول
218
49
باب الصلاة في الثوب الواحد ليس على عاتق المرء منه شيء
219
50
باب الكلام في الصلاة
220
51
باب الخلاف في الكلام سا هيأ
225
52
باب القنوت في الصلوات كلها
228
53
باب الطيب للإحرام
230
54
باب الخلاف في تطيب المحرم للإحرام
232
55
باب ما يأكل المحرم من الصيد
235
56
باب خطبة الرجل علي خطبط أخيه
238
57
باب الصوم لرؤية الهلال والفطرله
240
58
باب نفي الولد
243
59
          باب في طلاق الثلا ث المجموعه 
245
60
باب طلاق الحاءد
248
61
باب بيع الرطب باليا بس في الطعام
251
62
باب الخلا في العرايا
265
63
باب بيع الطعام
267
64
باب المصراة الخاج بالضما
270
65
باب الخلا في المصراة
273
67
باب كسب الحجام
279
68
باب الد عو ى والبينات
270
69
باب الخلاف في هذه الا حاديث
273
70
باب المختلفات التي لا يثبت بعضها من متا ولم يحج او كان عليه نذر
276
71
باب المختلفات التي لايثبت بعضه من أعتق شركان له في عبد
294
72
باب الخلاف في هذا الباب
294
73
باب قتل المؤمن بالكافر
298
74
باب الخلاف في قتل المؤمن بالكا فر
299
75
باب جرح العجماء جبار
302
76
باب المختلفات التي عليها دلالة
305

 Keterangan :
Pada bab yang pertama Seperti pada halaman 67 yang dimulai dengan bab Ihktilaful min jahatu almuba>h yaitu bab yang menjelaskan perbedaan yang berkaitan dengan mubah Sebagai berikut:



باب الاختلاف من جهة المباح
 حد ثنا الربيع ,قال اخبرنا الشا فعي, قال : اخبرنا عبد العزيز بن محمدعن زيد بن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابن عباس : ان رسول الله صلله عليه وسلم وضا وجحح ويديه ومسح برأسه مرة "
اخبرنا الشافعي قال: اخبرنا سفيان بن عييبة عن هشام بن عروة عن ابيه عن حمران مولى عثمان بن عفان: ان النبي صلى الله عليه و سلم توضا ثلاثا ثلاثا
اخبرنا الشافع, قال: اخبرنا مالك عن عمرو بن يحيى المازني عن ابيه: انه سمع رجلا يسال عبد الله بن زيد عهل تستطيع ان تريني كيف كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يتوضا؟ فدعا بماء ثم ذكر انه غسل وجهه ثلاثا ويديه مرتين مرتين و مسح راسه و غسل رجليه [20]
Artinya :
Rabi>’ menceritakan kepada kami, menceritakan kepada Asyafi’i, menceritakan kepada Abdul Aziz bin Muhammad dari Zaid bin Aslam dari ‘Atha>i bin Yasa>r dari Ibnu ‘Abba>s” Bahwa sanya Rasulullah jikalau berudu ia membasu tangannya dan menyapu kepalanya satu-satu kali.
Ima>m Syafi’i berkata menceritakan kepada Sufya>n bin ‘Uyainah dari Hasyim bin ‘Urwah dari bapaknya Hamra>ni Maula> bin ‘Affa>n. Bahwa sanya Rasulullah berudu tiga-tiga kali
Ima>m Syafi’i berkata di ceritakan kepada Malik dari Umar bin Yahya al-Ma>zini dari bapaknya. Bahwa sanya Ima>m Syafi’i mendengar seseorang laki-laki bertanya kepada ‘Abdullah Ibnu Zaid apakah engkau senantiasa melihat bagai mana Rasulullah berudhu, maka ketika Rasulullah mengabil air wudu menyebutkan bahwasanya membasu wajahnya tiga kali dan tangannya dua-dua kali dan mengusap kepalanya dan membasu kedua kakinya.
Ima>m Syafi’i berkata tidak dikatakan sesuatu dari beberapa hadis tersebut Mutlak berbedah. Akan tetapi perbuatan di dalamnya berbeda dari segi membasu wajah itu mubah, tidak ada perbedaan halal dan haram, perintah dan larangan didalamnya, kan tetapi sebagian kecil orang mengatakan tidak diperbolehkan berudu satu laki basuhan dan yang paling sempurnah berudhu ialah membasu tiga kali.
Syafi‘iy berkata, “Hadis yang menyebutkan bahwa Nabi mengusap sepatu ketika berwudu, tidaklah bertentangan atau menyalahi hadis yang menjelaskan tentang pelaksanaan wudu dengan membasuh kaki, melainkan hadis tersebut menjelaskan bahwa mengusap sepatu merupakan keringanan atau rukhs}ah pada saat tertentu jika kurang memungkinkan untuk membasuh kaki.”
Pada bab kedua menjelaskan tentang al-qira>ah fi> al-s}ala>h  yaitu bacaan dalam shalat pada halaman 69
باب القراءة في الصلا ة
اخبرنا الشافع قال : فيان عن مسعر عن الوليد بن سريع عن عمرو بن حريث قال: سمعت النبي يقرا في الصباخبرنا سح :( والليل اذا عسعس) قال الشافع: يعني يقرا في الصبح( اذا الشمس كورت)
اخبرنا سفيان عن زياد بن علاقة عن عمه قال: سمعت النبي عليه السلام في الصبح يقرا : (و النخل باسقات) قال الشافعي: يعني بقاف[21]

Artinya :
Ima>m Syafi’i menceritakan kepada kami, Ima>m Syafi’I berkata menceritakan kepada Safya>n dari Mas’ur dari Alwalid bin sari>’ dari ‘Umar bin Hari>s  berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bembaca pada waktu subuh surah wallai>l idza> ‘as’as, Ima>m Syafi’i berkata bahwa sanya nabi membaca pada waktu subuh idza> assamsu kuwwirat.
Safyan menceritakan kepada kami dari Zia>d bin ‘Ala>kah dari ‘Ummuh ia berkata : saya mendengan Rasulullah saw membaca waktu shalat subuh  pada surah wannahklu ba>sika>t, lalu Ima>m Syafi’i berkata bahwa sanya yang dimaksud ialah bika>f.
Ima>m Syafi’i berkata : ini bukan dianggap sebagai perbedaan walapun ketika melaksanakan shalat ia membaca bacaan yang berbedah bedah, dengan tujuan untuk menjaga hafalannya. Di sampin itu Allah membolehkan membaca ayat apa saja, dan Nabi mempraktekkan mambaca surah al-fatiha dan ayat lain yang mudah atau yang ia bisa baca, ini menunjukkan bahwa bacaan yang dibaca pada tiap-tiap bacaan adalah surah al-fatiha dan juga disertai beberapa ayat pada dua rakaat yang awal.
Kelebihan dan keterbatasan.
Pada dasarnya, kitab-kitab yang ada dengan pengarang masing-masing, memiliki sisi yang dapat disebut sebagai kelebihan atau keterbatasan, yang bergantung pada berbagai latar yang melatari sebuah penilaian. Namun untuk kitab Ikhtilaful Hadis ini karya Muhammad bin Idris asy-Syafi’i. penulis mencoba mengamati dan mendapatkan beberapa keistimewaan berikut ini:
a.                   Kelebihan dalam kitab ini ialah dapat mamaparkan dari beberapa hadis-hadis yang terliat bertentangan. lalu di komentari dan diberiakan pendapat oleh Ima>m Asyafi’i itu sendiri.
b.                  Dapat Memudahkan pembaca mendapatkan solusi jika ada hadis yang bertentangan yang sulit dipahami.
c.                   Memudahkan pembaca dengan dicantumkannya rujukan pada footnote.
Adapun mengenai keterbatasannya, dalam kitab ini tidak memberikan atau mencantumkan pendapat-pendapat dari Ulama yang lainnya, mengenai tentang hadis-hadis yang bertentangan tersebut, hanya meberikan penjelasanri Ima>m Asyafi’i  sendiri, tanpa ada penjelasan tambahan dari Ulam yang lain.


d.                   
BAB III
PENUTUP
  A.  Kesimpulan
a.        Ima>m syafi’i bernama Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin al-Abba>s bin Utsm>an bin Syafi’ bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Ha>syim bin Almuththalib bin Abdu Mana>p bin Qushai al-Qurasyi  Muththalibi Asy- Syaif’i al- Hijazi al-Hakki. Bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Lui> bin Go>lib bin Fahar bin Malik bin Nadri bin Kina>nah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudri bin Niza>r bin Muad bin Adna>nah bin al-Humaisi bin Ummi Rasulullah saw. Dia terhitung dari keluarga Rasulullah saw yang keturunannya bertemu nasabnya pada Abdu Manaf al-Marku>ri.
          Ulama sepakat bahwa Ima>m Syafi’i lahir pada tahun 150 H, Pendapat mashur yang dianut oleh ulama, bahwa Ima>m Syafi’i di lahirkan di Ghazha. Ada juga yang berpendapat bahwa di lahirkan di Asqalan. Kedua dari daerah tersebut adalah wilayah suci yang diberkati Allah. Sedangkan jarak antara kedua wilayah tersebut sekitar dua marhala dari baitul maqdis. Ia kemudian di bawa ke makkah saat berusia 2 tahun dan wafat di mesir pada tahun 204 H saat berusia 54 tahun.
b.       Kitab yang menjadi objek kajian adalah kitab Ikhtila>ful Hadi>s, yang merupakan salah satu kitab Musthalal Hadis yang disusun oleh Ima>m Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i dan ditah}qi>q oleh ‘A>mir Ahmad Haidar, dan sekaligus di takhrij hadis-hadis yang terdapat dalam kitab,  ia juga mengklapikasi ayat yang ada, mensyarah kalimat atau kosa kata dalam hadis-hadis tersebut, dan mengkaji kesalahan-kesalahan yang sudah dianggap biasa yang di anggap benar. Dalam setiap bab-bab dimulai dengan hadis, lalu di komentari oleh Ima>m Syafi’i, sambil memberikan pendapat terhadap hadis yang di komentarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Asyafi’i, Abu Abdullah Muhammad bin Idris. Musnad Imam Syafi’I.  Pustaka Azzam   Penerjemah Rahmatullah. Cet. I; Jakarta Pustaka Azzam,2008.
Zakariyya>, Abu> al-H{usai>n Ah}mad ibn Fa>ris ibn, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz II; Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H./ 1979 M.
As\qala>ni, Ah}mad ibn ‘Ali ibn H{ajar al-Tahz\i>b al-Tahz\i>b. Juz I; Beirut: Da>r al-Fikr, 1984.
Syurbasyi, Ahmad Asy, Al-Aimmah al-Arba'ah. Terj. Futuhlm Arifin, "Biografi
Abu> Bakar, Ahmad bin al Husaini bin Ali bin Musa  al- Baihaqi. Mana>kib as-Syafi’i. Juz I; Da>r Attara>t Mesir 1979-1390.
 Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.
Baso Midong, Mukhtalaf al-Hadis Makassar: Alaudd University Press, 2012.
Syurashi, Ahmad, Biografi Empat Imam Mazhab. Solo: Media Insani Press, 2006.
Ibkholka>n,Wapiya>tu al-I’ya>ni wa anba>i Abna>I Azzama>n. Juz IV t. th
asy-Syafi’I, Ima>m Muhammad bin Idri>s. Ikhtila>ful Hadi>s. Penerbit Muassasah al-Kutub Assiqopiah:Cet I; Bairut,1985M  1405 H.
Mahmud Syalthut, Fiqih Tujuh Madzhab, terj. Abdullah Zakiy al-Kaaf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.
Minjahuddin, Posisi  Fikhi Muka>ran: Fikhi Perbandingan dalam Penyelesaian Masalah Ihktilafiyah.
Muhammad Ali As-Sayis, Tārikh al-Fiqh al-Islāmi, diterjemahkan oleh Nurhadi Aga dengan judul Sejarah  Fikih Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003.
Saifudin Nur, Ilmu Fiqh Suatu Pengantar Komprehensif Kepada Hukum Islam,Bandung: Tafakur, 2007.
Ash Shiddieqy TM, Hasbi. Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang: PT Putaka Rizki Putra, 1997.






[1] Baso Midsitzong, Mukhtalaf al-Hadis (Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 29.
[2] Minhajuddin, Posisi  Fikhi Muka>ran: Fikhi Perbandingan dalam Penyelesaian Masalah Ihktilafiyah,h. 23.
[3] ‘Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-safi’I, Musnad Imam Syafi’I, Pustaka Azzam Penerjemah Rahmatullah. Juz I (Cet. I; Jakarta Pustaka Azzam,2008). Jld 1. h. 1.
[4] Ahmad bin al-Husaini bin Ali bin Musa  al- Baihaqi Abu> Bakar, Mana>kib as-Syafi’i. Juz I (Da>r Attara>t Mesir 1979-1390.), hal. 88.
[5] Ibkholka>n,Wapiya>tu al-I’ya>ni wa anba>i Abna>I Azzama>n Juz IV t. th. Hlm 163.
[6] Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-safi’I, Musnad Imam Syafi’I, Pustaka Azzam Penerjemah Rahmatullah. Juz I (Cet. I; Jakarta Pustaka Azzam,2008). Jld 1. h. 5.
[7] Mahmud Syalthut, Fiqih Tujuh Madzhab, terj. Abdullah Zakiy al-Kaaf, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2000), hlm. 17.
[8]Dr. Ahmad Syurashi, Biografi Empat Imam Mazhab, Solo: Media Insani Press,2006, hlm. 209.
[9] Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hal. 1680

[10] Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-safi’I, Musnad Imam Syafi’I, Pustaka Azzam Penerjemah Rahmatullah. Juz I (Cet. I; Jakarta Pustaka Azzam,2008). Jld . h. 10.
[11] Saifudin Nur, Ilmu Fiqh Suatu Pengantar Komprehensif Kepada Hukum Islam,Bandung: Tafakur, 2007, hal.  99-100
[12] Muhammad Ali As-Sayis, Tārikh al-Fiqh al-Islāmi, diterjemahkan oleh Nurhadi Aga dengan judul Sejarah  Fikih Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003hal. 156
[13]. Ah}mad ibn ‘Ali ibn H{ajar al-‘Asqala>ni>, Tahz\i>b al-Tahz\i>b, Juz I, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1984), h. 9
[14] Manaqib. Asy-Syafi’I karya albaihaqi h.1
[15] TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, (Semarang: PT Putaka Rizki Putra, 1997), hlm.’ 480 – 481.
[16] Ahmad Asy Syurbasyi, Al-Aimmah al-Arba'ah, Terj. Futuhlm Arifin, "Biografi
Empat Imam Madzhabi", Jakarta: Pustaka Qalami, 2003, hlm. 144.
[17] Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-safi’I, Musnad Imam Syafi’I, Pustaka Azzam Penerjemah Rahmatullah. Juz I (Cet. I; Jakarta Pustaka Azzam,2008). Jld . h. 10.
[18] kata takhri>j adalah bentuk masdar dari kata kharraja-yukharriju-takhri>jan, berakar dari huruf-huruf kha, ra, dan jim, mempunyai dua makna dasar yaitu: al-nafa>z\ ‘an al -syai’ yang artinya menembus sesuatu dan ikhtila>f launain yang artinya perbedaan dua warna. Lihat Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lugah, Juz II (Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/ 1979 M)n, h. 175.
[19]Ima>m Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i, Ikhtila>ful Hadi>s, Penerbit Muassasah al-Kutub Assiqopiah:.(Cet I Bairut,1985M  1405 H.) h 67.
[20] Ima>m Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i, Ikhtila>ful Hadi>s, Penerbit Muassasah al-Kutub Assiqopiah:.(Cet I Bairut,1985M  1405 H.) h 67.

[21] Ima>m Muhammad bin Idri>s asy-Syafi’i, Ikhtila>ful Hadi>s, Penerbit Muassasah al-Kutub Assiqopiah:.(Cet I Bairut,1985M  1405 H.) h 69.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Translate

Pengikut

 
back to top